Jiniel dan Perahu Kertas⛵️

74 3 0
                                    

Aku lagi suka sama perahu kertas jujur kayak lagunya bagus banget.

........

Cerita ini terjadi ketika seorang Park Jiniel berumur 26 bulan.

    Sejak tadi, Jiniel tidak hentinya memasang muka serius, mencari setiap potongan lego agar bisa dia susun menjadi sebuah bangunan atau menara . Sebenarnya legonya juga lego biasa, bukan sebuah lego kecil-kecil yang rumitnya minta ampun.

"Jiniel..." Jihyo yang sudah selesai menyelesaikan pekerjaan rumahnya segera menghampiri Jiniel, mendudukan tubuhnya disampibg Jiniel yang masih begitu serius.

"Mau bermain bersama Eomma?"

"Ayo!" Pekik Jiniek sangat senang, akhirnya sudah sejak lama dia kesepian dan menginginkan teman bermain. Melihat itu Jihyo tersenyum, dia mengambil beberapa potongan lego yang sudah kemana-mana.

"Jiniel ini mau buat apa?"

"Buat menara yang tinggi itu, tapi tidak bisa Eomma."

"Bukan tidak bisa Jiniel, hanya belum bisa. Sini, Eomma coba." Kali ini Jihyo mengambil alih, dia mengambil beberapa potong untuk membentuk persegi panjang terlebih dahulu.

Sebenarnya Jihyo juga enggak jago-jago amat alias dia cuman bisa buat kotak.

    Jiniel memperhatikan itu dengan seksama, menganggukan kepalanya tanda mengerti. Tapi memang lihat doang gampang praktekinya susah, Jiniel sudah menyusun legonya tapi entah kenapa kotaknya itu tidak lurus, bahkan ada beberapa yang tidak bisa kepasang.

Jiniel yang semula lelah menjadi semakin lelah, dia sudah sejak tadi menyusun lego tapi tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya rasa kesal dan marah itu mulai  menguasai diri Jiniel, tanpa bisa Jiniel deskripsikan menggunakan kata-kata.

Pada akhirnya, tantrum itu terbentuk. Ketika seorang anak balita berumur satu sampai tiga tahun, mereka belum bisa mendeskripsikan apa yang mereka rasakan, sehingga ketika  mereka merasa lelah, lapar, kesal yang mereka lakukan hanyalah menangis bahkan sampai berteriak.

Jiniel melempar lego itu kencang, beberapa potongan sudah kembali kemana-mana. Tentu Jihyo terkejut, dia segera menghampiri Jiniel namun karena mungkin Jiniel emang ngantuk dia sudah menangis.

"Arrghh susah Jiniel nggak suka! Jiniel benci, Jiniel nggak suka!" Tangisan  Jiniel berubah menjadi teriakan, kemudian Jiniel berdiri, dia melempari semua lego yang ada di depanya.

"AAAAAAAAA, HUAAAAAAA!"

"Jiniel, Nak." Disini Jihyo sudah menyadari bahwa putranya tantrum untuk pertama kalinya, segera Jihyo berusaha mendekat namun Jiniel yang sudah marah kepalang tidak sengaja melempar lego kearah Eommanya.

Lego yang terlempar kencang itu dengan mulus mengenai hidung tulang hidung Jihyo. Rasa ngilu dan sakit itu mulai menjalar, Jihyo memegang hidungnya kesakitan, dia meringis merasakan sakit pada hidungnya hingga dapat Jihyo rasakan ada cairan mengalir dari kedua lubang hidungnya. Jihyo terkejut, dia  menjauhkan telapak tanganya dan terlihat cairan kental bewarna merah dari sana.

Beberapa detik tanpa suara diantata keduanya, Jiniel masih terus menangis dan Jihyo yang menahan amarah cukup besar, emosi Jihyo yang semula tidak ada langsung mencapai puncak, dia matanya yang semula penuh kelembutan berubah mentap Jiniel penuh ketajaman. Jiniel yang merasa Eommanya terdiam perlahan menghentikan tangisanya, perlahan Jiniel mulai menyadari bahwa dia membuat ibunya terluka.

"Eomma..."Panggil Jiniel mendekat, namun Jihyo segera ikut berdiri, dia menarik tangan Jiniel kencang menuju dinding. Jiniel terkejut, dia berusaha melepaskan pegangan tangan Eommanya tapi percuma saja tenaga ibunya lebih kuat.

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang