Jiniel dan Peliharaan🐈

58 5 0
                                    

Haii Lai update
Wkwkw berapa minggu ga pegang wattpad😭, ya soalnya kesimpulanya cuman satu kawan kawan. Tugasnya buanyak, hehehe anak sekolah maklum.

Ini aja baru selesai kerjain praktikum Fisika, deadline jam 12 malam, terus kemaren tugas power point agama materi iman kepada nabi dan rasul, terus kemarenya lagi proposal penelitian bahasa indonesia, habis itu powe point PKWU, seni budaya penialian kain, Kimia juga kemaren ulangan tapi remidi dan belum jadi-jadi.

Sejarah juga power point, tapi udah presentasi, dan ya ini PKN otw ada tugas lagi cuman tadi kepotong bel isitrhat. Intinya ya semangat kawan-kawan wkwk.

......

Hari ini Jiniel full muka cemberut

Tidak ada tawa, tidak ada senyum, yang ada hanya muka dengan bibir maju kedepan sambil memandangi pemandangan dari jendela dimana hujan deras melanda kompleks perumahan mereka. Hari masih siang dimana seharusnya Jiniel sekarang sudha tidak ada dirumah melainkan bermain bersama teman-temanya entah apapun itu mainanya yang penting mereka ketawa.

  Sudah lama Jiniel disitu, matanya terus memandangi rintikan air sambil berharap bahwa tolong hujan ini berhenti satu jam saja, tapi jangankan berhenti begitu Jiniel berdoa begitu malah ada petir yang keras seakan hujan nolak buat berhenti.

   Jihyo mengedarkan pandanganya kesana kemari, mencari keberadaan putra satu-satunya yang dia punya  rencananya Jihyo akan mengajak Jiniel untuk tidur siang, padahal sebenarnya yang mau tidur siang itu dia tapi daripada Jiniel nggak ada yang jaga maka akan lebih baik kalau Jihyo ajak Jiniel untuk tidur siang.

Hingga akhirnya langkah Jihyo terhenti di kamar tamu rumay mereka, dia menemukan Jiniel sedang menempelkan kepalanya pada lipatan tangan, terus memandangi hujan tanpa adanya lelah. Seketika Jihyo paham apa yang Jiniel rasakan sekarang.

Senyum terlukis dari wajahnya, dia menghampiri Jiniel lalu memeluk tubuh Jiniel dari belakang.

"Jiniel ngapain kok berdiri di depan jendela? Masuk yok dingin." Tapi Jiniel hanya diam saja, dia biarkan ibunya itu memeluknya tanpa dia jawab perkataanya.

"Kenapa? Heum? Kok anaknya Eomma cemberut? Cerita sini sama Eomma."

"Hujan." Jawab Jiniel sambil menunjuk jendela yang sudah basah.

"Hujan?"

"Iya, Jiniel nggak suka hujan. Karena hujan Jiniel jadi nggak bisa main, padahal hari ini kita berencana bermain lempar sandal tapi malah hujan. Kenapa harus ada hujan? Kan jadi tidak menyenangkan Jiniel nggak bisa bermain."

"Kalau tidak ada hujan nanti buminya kering, udara akan sangat panas lalu air sungai akan mengering, belum lagi tanahnya juga akan mudah retak. Kalau tidak ada hujan, pohon-pohon bahkan bunganya Eomma tidak akan tumbuh. Coba Jiniel bayangkan kalau Jiniel hidup di tempat yang panas sekali tidak ada air, rasanya gimana?"

"Haus Eomma, kalau tidak ada air nanti Jiniel minum apa? Lalu pasti akan tidak nyaman kalau udaranya panas."

"Nah makanya itu hujan adalah penolongnya,  hujan itu rahmat Nak, Tuhan yang baik mengirimkan hujan untuk membesihkan bumi, untuk membuat bumi tidak mengalami kekeringan juga. Eomma tahu kalau Jiniel kecewa karena tidak bisa bermain, tapi mungkin saja nanti hujanya akan berhenti sendiri."

"Kalau berhentinya waktu udah sore?"

"Ya bermainya besok sayang, kan masih ada hari esok. Besok Jiniel bisa tuh bermain lagi sama temen-temenya Jiniel ya? Turunin dong bibirnya, main sama Eomma aja yok."

"Ayok!" Pekik Jiniel seketika sangat senang, hal yang paling membuatnya bahagia ketika berada dirumah adalah  bermain bersama Eommanya. Tapi ketika hendak pergi entah karena ikatan batin atau apa, Jiniel dan Jihyo sama-sama melihat ada kucing kecil yang menggigil kedinginan di bawah pohon. Kucing itu mengeong keras seakan meminta pertolongan.

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang