"Park Jihyo!" Panggil Hanna dari arah dapur membuat moment ketika Jihyo sedang memperagakan dinosaurus kepada Jiniel harus berhenti, siang ini mereka sedang bermain bersama.
"Sebentar ya Jiniel, Eomma menghampiri nenek dulu." Jiniel sedikit kecewa namun dia juga tidak bisa menolak, hanya tatapan mata yang bisa menggambarkan perasaan Jiniel sekarang.
"Ada apa, ibu?" Tanya Jihyo namun dia dikejutkan dengan pemandangan dapur yang penuh dengan kue.
"Ini, ibu buat kue kering, antarkan kepada ayahmu ya?" Kata Hanna sambil menyodorkan sekotak kue yang terlihat sangat lezat.
"Nggak!" Tolak Jihyo langsung, dia tidak akan membantah suruhan ibunya satu kalipun, namun kalau ini menyangkut ayahnya Jihyo akan menolaknya mentah-mentah.
"Hyo, ayolah. Hanya mengantarkan kok nggak lama terus pulang."
"Lalu Jihyo harus melihat wajahnya? Dan istri juga anak-anaknya yang menyebalkan itu? Hyo tidak mau Bu, suruh saja Jihoon yang mengantar."
"Orang yang kamu sebut barusan itu ayah kandungmu Hyo, sebutlah dengan sebutan ayah. Ibu tidak pernah mengajarimu menjadi anak durhaka."
"Kenapa sih Ibu masih baik sama Ayah? Dia sudah membuatku hampir mati Bu, dia juga sudah meninggalkan Ibu."
"Kenapa kamu masih baik kepada Daniel? Walaupun dia sudah meninggal, tapi bukankah kamu mau memaafkan segala perbuatanya padahal dia sudah membuat kamu menangis Park Jihyo?" Sontak Jihyo terdiam, dia bingung mau menjawab apa.
"Setidaknya sejahat apapun Daniel sebelum dia pergi, dia sempat meminta maaf kepada Hyo dan Jiniel , Ibu. Daniel masih jauh lebih baik daripada Ayah, setidaknya Daniel tahu kata maaf dan menyesal bukan seperti orang itu sampai sekarang dia tidak ada tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga."
"Hyo tahu kalau Ibu mencintai Ayah, Hyo pernah menikah jadi tahu rasanya. Jihyo juga mengerti kalau Ibu berusaha membuat Ayah dan Hyo baikan, tapi Ibu, dia hampir membuat Hyo pergi, dia membuat Hyo harus menanggung penyakit ini dan minum obat setiap hari, Ibu mungkin bisa memaafkan Ayah tapi Hyo butuh waktu, Ibu."
"Tapi tenang, Hyo masih menghormati dan menghargai dia sebagai seorang Ayah. Ibu tidak perlu khawatir, dan untuk kuenya biar Jihoon yang antar jangan Hyo."
"Tapi Hyo, Jihoon kan enggak ada dirumah, dia di apartemenya sedangkan yang dirumah cuman ada kamu."
"Ibuk..." Seketika Jihyo merangkap menjadi anak kecil yang merengek sebal sambil menghentakkan kakinya.
"Makanya nih anterin. Ibu masih ada kerjaan manggang kue sama bersih-bersih."
"Hyo aja deh yang bersih-bersih sama manggang kue."
"Nggak! Kamu bikin kue aja gapernah bener terakhir buat kue kordenya Ibuk kamu bakar." Tanpa disuruh Hanna langsung menolak mentah-mentah, Jihyo yang tidak ada pilihan lain akhirnya dengan muka asem dia ambil itu kue sama kunci mobil.
"Ajak Jiniel juga, nanti nangis anaknya."
.....
"Eomma mau kemana?" Melihat ibunya yang membawa kunci mobil membuat Jiniel bertanya.
"Eomma mau pergi sebentar, Jiniel ikut yok temenin Eomma." Seketika Jiniel langsung berdiri sambil tersenyum, sontak Jihyo tertawa kecil, tingkah laku Jiniel setidaknya membuat gundah dihati Jhyo sedikit berkurang.
Mobil melaku ke jalanan raya yang lumayan senggang, menuju kerumah Mr.Park yang sebenarnya tidak terlalu jauh dan hanya ditempuh satu jam, namun ekspreksi Jihyo sudah sangat datar, kalau saja bukan suruhan Hanna dia tidak pernah sudi menginjakkan kaki disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
RandomIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...