"Tell me what you want, tell me what you need." Lagi dan lagi, kesembilan orang itu sibuk menggerakan badanya di depan kaca, mendengarkan setiap musik yang kelak akan mereka nyanyikan di atas panggung.
"Eh istirahat yok." Mohon Nayeon sambil memegang lututnya yang terasa pegal.
"Istirahat? Nanggung Unnie, tinggal gerakan reff terakhir ini." Momo mencoba membujuk, karena dia gregetan kalau tinggal dikit lagi tapi ketunda.
"Ayolah, kita udah latihan dari tadi jam 7 ini jam berape? Jam 4 sore. Capek gue." Mina setuju dengan saran Nayeon untuk istirahat.
"Iya weh, gue laper." Tzuyu langsung rebahan di lantai, dia tidak peduli kalau bajunya kotor yang penting adem.
"Kita ikut Jihyo gaes, kalau misal dia bilang udah ya udahan." Pada akhirnya Jeongyeon memberi saran yang lebih adil, yaitu membiarkan leader mereka yang menentukan.
"Iya, istirahat aja. Udah latihan hari ini, kita dari pagi sampe saat ini udah jauh lebih dari cukup. Jangan terlalu capek, inget masih ada hari esok." Perkataan Jihyo membuat semua orang sumringah, begitu juga dengan Momo yang tadi sempat pengen lanjut.
"Btw, tapi sebelum itu. Gue mau bicara sama kalian, kita duduk melingkar." Tapi perkataan Jihyo selanjutnya berhasil menggantikan wajah sumringah menjadi wajah penasaran, tapi mereka juga menuruti duduk melingkar dengan Jihyo yang ada di tengah.
Setelah semua sudah terkumpul, Jihyo menarik nafasnya sejenak, menatap satu persatu member yang sudah menjadi keluarganya selama 7 tahun.
"Gaes, eumm ini soal kontrak kita. Sekarang gini aja kita saling jujur, keluarkan semua isi hati masing-masing mulai dari impian kalian dan sebagainya. Mau perpanjang mau tidak apapun itu kasih alasanya." Sebenarnya sejak kemarin Jihyo ingin membicarakan soal ini, mengingat kontrak mereka yang sebentar lagi habis.
"Dimulai dari, siapa mau gue apa yang paling tua dulu?" Jihyo melirik Nayeon yang malah asyik makan kacang godog.
"Gue dulu aja gapapa Hyo." Nayeon yang menyadari itu langsung berhenti makan, dia menegakan posisi duduknya sambil menatap satu persatu adiknya.
"Gue belum tahu, disatu sisi kalian adalah saudara gue, kalian keluarga gue yang sama berharganya kayak keluarga kandungku. Aku nggak mau kita pisah, aku nggak mau kita enggak bareng-bareng kayak gini lagi tapi kalian tahu kan aku kuliah? Ya walaupun daftar telat tapi aku ambil cuti, udah sekitar hampir 4 semester aku cuti, dan kalau misalnya aku kayak ginu terus bisa-bisa aku di drop out. Idol penting tapi pendidikan juga nggak kalah penting, dan bakal susah kalau misal aku kuliah sambil tetep jadi idol, walaupun bisa di sambi tapi mungkin rada susah. Udah itu aja."
"Oke, makasih Nayeon Unnie udah mau jujur. Sekarang siapa yang mau cerita lagi habis Nayeon Unnie, kalau gue terakhir gapapa."
"Gue." Jeongyeon mengangkat tangan setelah Jihyo menutup mulut.
"Sama kayak Nayeon Unnie, gue nggak mau kita pisah. Asli kalau gue disuruh pisah sama kalian gue bakal nangis bombay sih. Cuman mungkin gue udah nggak bisa sekuat kayak dulu lagi sebelum gue sakit, dan ini aja gue masih tahap penyembuhan minum obat, gue masih masa pemulihan. Udah sih itu aja yang mau gue jujurin."
"Jeong, gapapa. Kalau misal kamu beneran sakit istirahat sampe kamu sembuh, jangan di paksain." Sana menepuk pundak Jeongyeon pelan.
"Selanjutnya aku ya.." Momo mulai ingin bercerita.
"Jujur aku nggak nyangka bisa debut sama kalian, aku masih inget banget waktu aku ke eliminasi, tapi untungnya Tuhan masih beri aku kesempatan buat jadi bagian dari keluarga ini. Mungkin aku belum cerita kalau ada agensi Jepang yang contac aku nawarin gabung ke agensinya, mereka janji bakal buat aku lebih bersinar dan lebih sesuai dengan apapun yang aku mau. Dan ya aku pengen ngejar mimpiku jadi model."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
RandomIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...