Dance Practice

49 3 0
                                    

Jiniel membuka pintu kamarnya, menengok kekanan dan kekiri sebentar lalu turun melalui tangga, namun anehnya dia tidak menemukan siapapun dirumah ini. Bahkan Jiniel juga sudah kedapur tapi tidak ada ibunya disana. Kalau tidak ada didapur berarti kemungkinan ibunya masih tidur. Segera Jiniel kembali naik keatas dan membuka pintu kamar Jihyo secara perlahan dan benar ibunya masih terlelap.

Jiniel perlahan mengendap-endap, naik keatas kasur lalu menidurkan dirinya disamping Jihyo, memandang wajahnya lama sekali, terlihat rasa lelah dari sana mengingat semalam Jihyo harus recording sampai malam untuk mengurus album solonya, bahkan ketika pulang larut pun Jihyo masih belum istirahat, pekerjaan rumah belum dia sentuh membuatnya harus istirahat terlambat.

"Jiniel, anak Eomma udah bangun?" Merasa ada yang naik ke kasurnya membuat Jihyo terbangun, dia tersenyum ketika melihat putra kesayanganya ada disampingnya.

"Udah, apa Jiniel disini membangunkan Eomma?" Tanya Jiniel merasa bersalah.

"Enggak, ini udah waktunya Eomma bangun juga kan? Jiniel cari Eomma ya heum? Hari ini Eomma tidak masak karena kita sudah punya lauk dan sayur dari kantin kemaren, nanti Eomma hangatkan ya?" Jihyo mengubah posisinya menjadi kesamping agar dirinya bisa menatap Jiniel lebih mudah.

"Iya, Eomma capek banget ya?" Jihyo tersenyum, tanganya terulur untuk mengusap puncak kepala Jiniel dengan lembut.

"Eomma nggak capek Jiniel, Eomma baik-baik aja." Jiniel tahu bahwa ibunya berbohong, masih terlihat betapa lelah Jihyo dari matanya.

"Jangan capek-capek Eomma, nanti kalau Eomma sakit, Jiniel nangis." Kata Jiniel sambil memanyunkan bibirnya, sontak hal itu membuat Jihyo tertawa, rasa lelah yang dia rasakan seketika menghilang.

"Eomma tidak akan membiarkan anak yang paling Eomma sayang menangis, Eomma baik-baik aja Jiniel, Eomma akan tetap menjaga kesehatan Eomma, oke?"

"Iya. Sayang Eomma Jihyo banyak-banyak." Kata Jiniel lalu mencium pipi ibunya dengan lembut. Jihyo tersenyum, dia mendekat kearah Jiniel lalu menggelitiknya jahil.

"Sayang Jiniel banyak-banyak juga."

"Eomma geli hahahaha udah Eomma geli hahahaha." Tapi sayang moment mesra itu berakhir ketika Jihoon membuka pintu, seketika ibu dan anak itu langsung balik natap Jihoon yang mukanya masih kusut.

"Oh pantes rumah sepi banget, lagi pada mesra-mesraan di kamar ternyata."

"Apa sih kamu Hoon, rusak suasana aja!" Tanpa berpikir panjang Jihyo langsung lempar bantalny kearah Jihoon.

"Mbak nggak pernah tuh gituin aku." Jihoon memanyunkan bibirnya cemburu.

"Kamu cemburu toh ceritanya, kamu dah gede, nggak cukup kasurnya."

"Mbak, itu makanan di kulkas udah aku angetin. Mau makan kapan Mbak sama Jiniel?" Jihoon masuk kedalam kamar Jihyo lalu ikut main tiduran di kasurnya, dia emang paling seneng kalau udah rusuhin kamar Mbaknya.

"Beneran? Makasih loh udah bantu Mbak."

"Santai aja, Mbak pasti capek banget kemaren aku denger jam 11 malem baru balik."

"Debut solo tuh emang secapek itu ya Hoon? Rasanya kayak sendirian juga, pantes kamu curhat sama Mbak kalau lebih nyaman waktu masih sama Wanna One dibanding sekarang."

"Iya, beda Mbak jalan sendiri sama bareng-bareng. Jalan sendiri kita lakuin semuanya sendiri, mau suka mau duka itu sendirian, susah juga sendiri beda kalau bareng-bareng, susah pun kita masih ada temenya kan?"

"Mbak nanti mau latihan, first time latihan sendiri buat debut, walaupun dulu pernah solo project tapi beda banget. Kamu tahu kan Mbak kalau sama orang baru tuh gimana?" Pada akhirnya Jihyo curhat sama Jihoon, menang tempat terbaik Jihyo untuk curhat selain kepada Hanna yaitu ke Jihoon.

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang