Kau di mana, Eomma?

68 3 0
                                    

Btw, ini adalah cerita random yang tiba-tiba aja muncul di imajinasi, dan ini sama sekali nggak ada hubunganya sama Wedding, dan cerita ini mungkin akan terbagi menjadi beberapa episode lanjutan.

Sebenarnya aku dah pernah bilang kalau mau buat cerita ini dulu-dulu, setelah dipikir-pikir kalau misal dibuang gitu aja kan sayang yah. Oke, mari kita mulai.

...........

Malam ini adalah malam yang sangat tenang, penuh ketenangan dan juga senyuman. Begitu pikir Jiniel, karena malam ini setelah sekian lama dia merasakan kembali rasanya tidur satu kasur bersama ibunya setelah sekian lama.

Sejak tadi, kedua mata Jiniel seakan tidak bisa lepas dari paras cantik itu, dari mata yang besar seakan menjadi ciri khasnya, hidung mancung, kulit putih dengan rambut hitam panjang sungguh membuat semua orang akan berkata padanya satu kata

"Cantik."

Begitu juga dengan Jiniel, yang padahal wajah miliknya sendiri mewarisi wajah itu, banyak orang berkata pada Jiniel bahwa dia sangat mirip dengan ibunya, dan Jiniel rasa semua itu tidak salah. Tidak jarang dia memandang kaca dan benar, dia persis seperti ibunya.

"Kok belum bobok sayang?" Suara lembut itu terdengar, disertai senyuman dan belaian lembut di kepala.

"Belum, tapi kalau Eomma sudah mengantuk Eomma boleh kok bobok dulu." Kemudian wanita itu tertawa kecil, mengubah posisinya sambil menghadap putra kesayanganya.

"Eomma belum mengantuk." Jiniel tahu bahwa itu semua bohong, karena sudah terlihat dengan jelas bahwa Eommanya itu sangat lelah.

"Ada yang mau Jiniel ceritakan nggak sama Eomma?" Lanjutnya lagi membuat Jiniel mengerutkan keningnya tidak mengerti, dan Jihyo mengerti semua itu, dia merubah posisinya menjadi lebih dekat kearah Jiniel.

"Cerita apa Eomma?"

"Apa saja, bagaimana Jiniel hari ini, tentang teman-teman Jiniel, kartun yang Jiniel tonton, atau kalau Jiniel punya masalah Jiniel boleh cerita ke Eomma, siapa tahu Eomma bisa memberi saran."

"Eumm, bolehkah Jiniel bertanya sama Eomma?"

"Boleh, Jiniel mau tanya apa?"

"Jiniel ngga tahu kenapa pertanyaan ini ada di pikiran Jiniel, hehe."

"Emang Jiniel mau tanya apa, toh?"

"Eomma sayang nggak sama Jiniel?" Jihyo terdiam, sejujurnya dia terkejut dengan pertanyaan Jiniel tapi Jihyo tahu kalau inu hanya iseng.

"Sayang, sayanggg banget. Tidak ada seorang ibu yang tidak menyayangi anaknya sendiri, semua ibu itu sayang sama anaknya begitu juga dengan Eomma, Eomma sayang sama Jiniel. Bahkan ketika suatu saat ada kondisi dimana ada bahaya, Eomma akan melindungi putra Eomma sebisa Eomma."

"Jiniel juga sayang sama Eomma, apa Eomma tahu? Jiniel tidak hentinya berterimakasih kepada Tuhan yang baik karena Eomma menjadi ibunya Jiniel, bagi Jiniel, Eomma itu adalah segalanya. Eomma yang melindungi Jiniel, Eomma yang suka bermain bersama Jiniel, Eomma yang baik hati banget. Bolehkan Jiniel minta sesuatu kepada Eomma?"

"Apapun itu, sayang."

"Jangan pernah pergi dari Jiniel ya Eomma, di dunia ini Jiniel cuman punya Eomma sebagai orangtuanya Jiniel, jika Eomma pergi Jiniel akan sangat sedih, jangan pergi dari Jiniel ya Eomma?" Kedua bibir Jihyo tertarik, tangan yang semula mengelus puncak kepala Jiniel berubah menjadi memeluknya.

"Tidak akan pernah Nak, apapun yang terjadi Eomma akan selalu bersama Jiniel."

Dan semua itu hanya mimpi

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang