"Eomma.." Suara Jiniel yang melengking terdengar di seluruh lorong rumah, dirinya berlari kecil mencari kemana Eommanya itu berada.
"Ya?" Jihyo sedikit mengeraskan suaranya.
"Eomma dimana?"
"Di dapur."
"Dapur mana?"
"Ya dapur belakang dong Jiniel, kan dapur rumah cuman satu." Jiniel berlari kecil menuju dapur, sambil membawa bola sepak di tanganya. Jihyo yang baru sibuk membaca komik horor dan itu lagi adegan seru-serunya, tentu harus merelakan adegan itu sementara. Dirinya menatap Jiniel yang sudah membawa bola.
Disini sudah jelas kenapa alasan Jiniel memanggilnya.
Minta ijin buat main.
"Kenapa Jiniel? Heum?" Tapi walau begitu Jihyo tetap bertanya, padahal dia sudah tahu kenapa Jiniel sampe teriak-teriak manggil dia.
"Eomma, Jiniel mau main."
"Main?"
"Iya. Boleh Jiniel bermain Eomma?" Jihyo terdiam sesaat, bukanya tidak boleh hanya saja Jiniel bahkan baru pulang sekolah, bahkan masih pake seragam, tapi untungnya tadi di TK Jiniel dapat nasi kotak jadi anaknya udah makan.
"Jiniel nggak capek baru pulang sekolah?"
"Enggak." Jiniel menggelengkan kepalanya mantap, iya Jihyo juga tahu Jiniel bakal bilang kalau dirinya nggak capek, karena namanya anak kecil mana tahu rasa capek, apalagi kalau udah main. Tinggal nanti tiba-tiba rewel, dan paling-paling demam karena kecapekan.
Tapi ya jangan sampe.
"Ya Eomma ya?" Jiniel mulai merengek.
"Jiniel bobok siang dulu aja gimana?"
"Nggak mau. Bobok siang itu tidak menyenangkan Eomma."
"Ya ampun Nak, kalau aja Jiniel tahu betapa nikmatnya tidur siang, pasti Jiniel nggak akan nolak." Batin Jihyo dalam hatinya.
"Ya boleh main, tapi seragamnya di lepas, ganti baju bebas ya?"
"Iya."
"Sini, Eomma bantu lepaskan kancingnya." Jihyo mengangkat tubuh Jiniel ke pangkuanya, melepas satu persatu kancing baju seragam dengan telaten, kemudian Jihyo mengambil satu baju Jiniel yang baru aja tadi pagi selesai dia setrika cuman kelupaan masukkn lemari, memakaikan baju itu di tubuh Jiniel.
Kalau buat celananya, Jiniel udah ganti duluan. Iya jadi Jiniel gantinya nggak sepaket, celana doang bajunya kagak dia ganti.
"Dah selesai." Jihyo kembali menurunkan Jiniel ke lantai.
"Jiniel mau main dimana toh?"
"Itu taman Eomma, tempat biasa. Nanti disana ada Darren, terus ada Revan, ada Steve, ada Jinwoo, ada Minyoung ada Bomin, ada Michele, ada Charel." Jiniel menyebutkan satu persatu teman-temanya secara lengkap menggunakan jarinya, anak-anak tetangga yang satu komplek sama dirinya, kecuali Darren yang emang dia antar jemput sekalian Sejeong pulang kerja.
"Ohh, seneng ya temenya banyak ya?"
"Iya, hari ini Jiniel sama temen-temen mau main bola. Boleh ya Eomma."
"Boleh, tapi Jiniel nggak boleh nakal ya? Berteman yang baik sama temen-temen, nggak boleh bertengkar oke?"
"Siap Eomma." Jiniel berlagak hormat.
"Ya udah Jiniel pergi dulu, assalamualaikum Eomma." Tidak lupa Jiniel menyalami punggung tangan Eommanya sebelum dia berlari menuju keluar rumah. Tapi baru saja sampai ambang pintu tiba-tiba ada satu mobil berhenti di depan rumahnya, dan Jiniel tahu betul siapa pemilik mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Park Jiniel
RandomIni adalah dunia Park Jiniel, anak laki-laki dari pasangan idol terkenal. Jiniel lahir memegang sendok emas. Tiap kehadirannya membawa senyum. Namun, di bahunya tersimpan beban. Perceraian orang tuanya membuat Jiniel enggan melihat dunia lebih luas...