Jiniel dan Mati Lampu

72 2 0
                                    

    Malam ini semua berjalan baik-baik saja dan ya seperti biasa. Jiniel sibuk mewarnai gambar yang baru saja dia buat menggunakan crayon baru hasil dia beli pakai tabungan ayamnya, serius banget sampai Jihyo yang sejak tadi mondar-mandir karena urusan kerjaan rumah aja sampai heran, tapi Jihyo memilih untuk tidak menegurnya dia biarkan saja Jiniel dengan dunianya karena selain anaknya anteng juga Jihyo bisa mengerjakan kerjaan rumah ini dengan lancar jaya.

 Kenapa Jihyo ngurusin rumahnya malam-malam? Ya karena dia kalau pagi udah sibuk dengan ruang latihan jadi mana sempat nyentuh sapu, pel, apalagi cucian. Jihyo menaiki tanga dengan hati-hati untuk menyapu tingkat rumahnya dimana disitu hanya ada kamarnya dan juga ruang kerja dia untuk membuat lagu, oh ya ada juga satu tempat kosong yang baru kemaren jadi rencana buat kamarnya Jiniel ketika nanti Jiniel harus tidur sendiri.

    Hujan turun lumayan deras malam ini, ada angin juga bahkan beberapa petir juga kadang bunyi. Untung aja mereka berdua sudah ada dirumah jadi aman, baiklah kembali  ke Jiniel.  Gambaran Jiniel sudah selesai berupa seorang anak laki-laki yang sedang digendong oleh wanita dewasa yang merupakan ibunya, fyi Jiniel ini bisa gambar guys jago malah, gambaranya bisa rapi bahkan proposi warnanya bagus, bahkan babeh Jinyoung kadang minta Jiniel buat jadi ilustratornya artis-artis JYP yang mau comeback.

     Tapi hujan semakin detik semakin deras, suara petir juga lebih sering terdengar. Jiniel mulai ketakutan, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.

"Jiniel tidak apa-apa, petir ini tidak akan sampai kedalam rumah, Jiniel nggak boleh takut." Jiniel berbicara kepada dirinya sendiri tapi baru saja Jiniel selesai menutup mulut tiba-tiba lampu mati disertai dengan kilatan petir selanjutnya.

"EOMMA!" Teriak Jiniel ketakutan, dia menoleh kesana kemari namun dia tidak bisa menemukan keadaan ibunya karena rumah yang sangat gelap, Jiniel tidak bisa melihat apapun apalagi keadaan yang gelap itu petir terus menyambar tanpa henyi.

"Eomma, Eomma. Eomma dimana." Kali ini Jiniel udah nangis, dia berusaha berdiri lalu berjalan sebisa dia, mengandalkan isnting pikiran yang dia punya, tapi tetap saja dalam otak Jiniel dia takut ada hantu mengerikan yang tiba-tiba datang, petir selanjutnya datang lagi.

DUARRR

"EOMMAAAA!" Teriakan serta tangisan Jiniel semakin keras.

.....

"Atas lemari kayaknya kotor banget." Guman Jihyo sambil memandang atas lemarinya yang udah bentukanya jadi sarang laba-laba, Jihyo mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali dia menyentuh atas lemarinya dan sepertinya sudah hampir setengah tahun tidak Jihyo bersihkan.

"Pantes kotor banget." Tapi jujur Jihyo kalau suruh gapai lemari pakai jinjit dia nggak sampai, akhirnya Jihyo memutar otak dengan menaiki kursi meja belajarnya sambil bawa sulak di tangan kananya, tapi baru aja Jihyo naik kursi tiba-tiba mak pet. Keadaan rumahnya langsung gelap gulita setelah ada kilat dan juga petir yang bunyi.

 Jihyo terkejut, apalagi ketika dia merasakan nafasnya menjadi sesak, bayangan akan trauma dan juga ketakutan masa kecilnya seketika muncul dalam pikiranya. Jihyo berusaha tenang, dia berjongkok sambil meremat dadanya, memaksa dirinya untuk bernafas dengan normal namun keadaanya tetap tidak membaik. Pikiranya terus terpikir wajah ayahnya, bahkan saat ini Jihyo ada pada titik hendak mulai menangis, namun daun telinganya menangkap teriakan seorang anak kecil memanggilnya.

"EOMMAA!!"

"Jiniel." Seketika Jihyo sepenuhnya tersadar, bagaimana dia lupa kalau ada Jiniel dalam rumahnya yang butuh dirinya, trauma  kambuh membuatnya lupa dengan tanggung jawab yang seharusnya dia punya. Tanpa memikirkan rasa traumanya Jihyo langsung berlari secepat yang dia bisa, mengambil senter di meja belajarnya lalu turun ke tangga dengan berlari.

Dunia Park JinielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang