Pagi ini Jisoo sudah siap dengan seragam sekolah nya. Walaupun sebenarnya dia tidak mau pindah sekolah tapi melihat Ibu nya yang memohon malam itu seketika membuatnya luluh.
"Ingat, kamu jangan pernah buat kesalahan di sekolah baru kamu ini!."
Jisoo hanya diam sambil memakan roti selainya. Rasanya telinganya sudah muak mendengar kata-kata itu dari kemarin-kemarin. Yang dipikirkan Jisoo hanya satu bagaimana caranya supaya dia nyaman di sekolah yang baru itu.
"Kamu mau Ayah anterin?." Tanya sang Ayah membuat Jisoo langsung mengangkat kepalanya.
"Sekarang kita satu arah jadi sekalian Ayah anterin kamu." Sambungnya lagi.
Jisoo hanya menganggukkan kepalanya sembari menghabiskan susu hangat yang disiapkan sang pembantu. Sial! Kenapa matanya tiba-tiba memanas begini hanya karena Ayahnya menawarkan diri untuk mengantarnya ke sekolah.
Sang Ibu pun tersenyum dalam hati. Sudah lama dia tidak melihat suaminya memperhatikan anaknya seperti ini. Dalam hati dia berharap semoga hubungan ayah dan anak ini segera membaik.
Setelah selesai makan, Jisoo berpamitan dengan sang Ibu, dia mencium punggung tangan wanita itu lalu tidak lupa memberi kecupan di pipi kanan dan kirinya.
"Baik-baik ya sayang."
Jisoo tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Lalu berjalan menuju mobil sang Ayah, dia pun duduk disebelah Ayahnya. Jisoo melambaikan tangannya pada sang Ibu sebelum mobil keluar dari pekarangan rumah.
Selama diperjalanan tidak ada yang membuka suara. Jisoo memilih diam sembari mendengarkan musik ditelinga nya sementara sang Ayah fokus menyetir dengan sesekali melirik ke arah Jisoo.
--------------------
"Kak Jisoo!!!." Teriak seorang gadis yang kini tengah berlari kearahnya.
Jisoo hanya berdiri diam sembari menunggu gadis itu berlari kearah nya. "Bocil!."
"Haahh..hahh..." Gadis itu mengatur nafasnya setelah sampai didepan Jisoo.
"Kok pindah ga bilang-bilang sih?." Tanya nya setelah nafasnya mulai teratur.
"Emang Lo nanya?."
"Ish! Nyebelin tau ga! Sama aja kayak kak Jungkook." Gadis itu memanyunkan bibirnya.
Jisoo hanya menggelengkan kepalanya melihat Somi yang cemberut seperti anak kecil, padahal sekarang adik Jungkook itu sudah kelas X.
"Btw kak Jisoo di kelas berapa?." Tanya Somi setelah rasa kesalnya hilang.
"XII IPA 3."
"Wah, sekelas sama kak Jungkook."
Jisoo menghela nafas berat, kenapa dia malah sekelas dengan sepupu lucknat nya itu. Dia berpikir mungkin Ayahnya sengaja supaya Jungkook bisa mengawasinya.
--------------------
Jisoo berjalan mengikuti sang guru yang ternyata adalah wali kelasnya, namanya Bu Soojin. Tadi saat dia sedang berbincang dengan Somi, bel masuk berbunyi dia pun segera pergi ke kelas bersama sang guru begitupun dengan Somi yang harus segera pergi ke kelasnya.
Ditatapnya pintu ruang kelas XII IPA 3 itu, dia memejamkan matanya disaat mendengar suara kebisingan dari luar kelas. Dia menduga kalau kelas yang akan dia tempati ini adalah kelas yang berisik.
I hate it!
Bu Soojin perlahan membuka pintu kelas, satu persatu suara kebisingan tadi mulai berhenti saat Jisoo ikut memasuki kelas itu. Sudah dipastikan semua mata memandang kearahnya dan Jisoo benci jadi pusat perhatian.
Suasana yang tadinya hening kini malah terdengar bisik-bisikan yang tidak jelas. Jisoo berusaha menutupi kegugupannya dan berusaha untuk tetap tenang dikala satu pasang mata menatapnya seolah-olah mengejeknya.
Jeon Jungkook sialan! Awas Lo!
"Sstt!!! Kalian bisa diam? Kasian teman baru kalian berdiri kelamaan." Ucap sang wali kelas.
Suasana kembali hening.
"Silahkan perkenalkan diri kamu." Bu Soojin tersenyum ramah pada Jisoo.
Jisoo menatap lurus kedepan. "Perkenalkan, Kim Jisoo bisa dipanggil Jisoo."
Tawa seseorang pecah setelah melihat Jisoo yang dengan kakunya memperkenalkan dirinya. "Kalo gw ga mau panggil Jisoo, gimana?."
Semua mata memandang kearah pria yang baru saja tertawa terbahak-bahak itu. Jeon Jungkook pelakunya.
"Ga peduli!."
Mereka menatap heran pada Jisoo dan Jungkook. Mereka saling memandang dengan tatapan permusuhan.
"Sudah-sudah! Jisoo silahkan kamu duduk disebelah Rosse."
Mendengar namanya dipanggil, Rosse segera mengangkat tangannya akhirnya dia punya teman sebangku juga.
Jisoo menatap Rosse yang duduk disudut sebelah kiri paling belakang, tempat yang cocok untuk Jisoo yang suka menyendiri.
"Woi kembang! Awas Lo pengaruhin otak tuh cewe." Ucap Jungkook sementara Rosse hanya mendelik tajam.
Jisoo sudah duduk anteng di kursinya, sebenarnya dia lebih nyaman kalau duduk sendiri tapi yaa mau bagaimana lagi. Dia segera mengeluarkan buku dan alat tulis nya saat Bu Soojin sudah mulai menjelaskan pelajaran.
BRAKK!!!
Semua terlonjak kaget saat pintu kelas terbuka dengan keras. Dan pelakunya adalah dua sejoli sehidup semati yang tidak pernah terpisahkan.
"Taehyung, Jimin?."
"Kalian berdua ini, kenapa sering banget telat!?." Bu Soojin rasanya sudah pusing melihat dua biang kerok yang ada dihadapannya ini.
Taehyung dan Jimin hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mereka berdua sudah kehabisan alasan karena seringnya terlambat.
"Pasti Lo berdua main PS sampai tengah malam kan? Kebiasaan ga ajak-ajak gw!." Ucap Jungkook menatap jengkel pada kedua sahabatnya itu.
"Dua aja Ibu pusing apalagi ditambah sama kamu!."
"Seperti biasa, kalian berdua bersihin toilet." Perintah Bu Soojin yang sudah pusing dengan mereka berdua.
"Yah Bu, masa bersihin toilet lagi. Yang lain deh Bu." Pinta Jimin yang notabenenya adalah ketua kelas.
"Yang lain-yang lain. Emang kalian pikir Ibu ga tau kalo kalian pergi tidur di UKS? Bukannya bersihin toilet kalian berdua malah tidur."
Jimin merutuki dirinya sendiri, seharusnya dia tidur di perpus atau setidaknya dia pergi makan di kantin. Berbeda dengan Taehyung, laki-laki itu malah tidak mendengarkan ocehan Bu Soojin, matanya fokus pada seorang gadis yang asik dengan bukunya.
Bangku kosong disebelah si kembang arwahnya keluar? Cantik banget hantunya.
--------------------
Next?
Instagram:
@anisamdani_
@taetaesocutee_Tiktok:
@wintervsnow
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE GIRL [ON GOING]
Teen FictionBenang kusut yang terjadi antara dirinya dan sang Ayah mampu merubah watak Jisoo dari yang dulunya gadis periang dan memiliki senyuman yang indah menjadi gadis dingin dan tak berperasaan. Senyuman yang dulu sangat sering dia tampilkan sekarang tidak...