Hari-hari berlalu, tidak ada yang berubah, masih sama seperti awal-awal Jisoo pertama sekolah disini. Bahkan, pada saat dia mengajak Jungkook dan teman-temannya ke kantin tidak ada kemajuan untuk dirinya lebih bersosialisasi. Pernah waktu itu Jimin bertanya kepadanya, "Kemarin Lo ngajak kita ke kantin, berarti kita udah temanan kan?."
Dengan santainya Jisoo menjawab, "Tanpa gw ajak pun, kalian bakal tetap ke kantin kan?." Agak kejam memang, tapi itulah Jisoo. Mereka hanya meringis mendengar perkataan kejam yang dilontarkan oleh Jisoo.
Entah kenapa mereka tidak tersinggung mendengar perkataan Jisoo karena memang dari awal Jisoo sudah membatasi diri, mereka nya saja yang tetap ingin berteman dengan nya. Tapi disisi lain, Joy dan Wendy yang tidak sengaja mendengar perkataan Jisoo menganggap bahwa Jisoo adalah orang yang sombong.
"Belagu banget ga sih, anak baru itu?." Ucap Wendy yang langsung disambut Joy dengan seringai.
"Wen, pulang sekolah nanti kita jalanin rencana yang pertama." Wendy mengangguk mantap, entah kenapa semakin kesini dia tidak menyukai Jisoo, padahal waktu pertama kali melihat Jisoo dia berpikir Jisoo adalah gadis pendiam dan memiliki tutur kata yang lembut, ternyata kebalikannya.
"Jisoo!."
Sontak Jisoo membalikkan badannya saat seseorang memanggil namanya. Rupanya Nayeon. Gadis pendiam yang merupakan teman sekelasnya dan juga saingannya besok dalam ber olimpiade.
Jisoo hanya berdiam diri, membiarkan Nayeon yang berjalan kearahnya. Apa yang akan dibicarakan Nayeon kepadanya? Kalau tidak salah terakhir kali mereka berbicara saat di kantin dan disaat itu pula Jisoo penasaran dengan kejeniusan Kim Taehyung, seperti yang diceritakan Nayeon kepadanya.
"Minggu depan kita udah mau olimpiade, mau belajar bareng ga?." Tanya Nayeon tidak lupa dengan cengiran khasnya yang menampilkan gigi kelincinya.
"Gw ga bisa."
Cengiran Nayeon turun perlahan. "Kenapa?", Tanyanya dengan nada sedih.
"Karena gw ga mau", Nayeon sudah menduga Jisoo tidak akan mau menerima ajakannya tapi karena dia memegang prinsip 'Kita tidak akan tau kalau kita tidak mencobanya' dan ya, dugaan nya benar.
"Ya udah deh, aku pergi dulu. Sorry udah ganggu waktunya, Jis", Nayeon pun berlalu dari hadapan Jisoo. Sementara itu Jisoo hanya menatap lekat punggung Nayeon yang mulai menjauh, entah apa yang ada dipikirannya.
"Takut kalah ya?."
Jisoo mengalihkan pandangannya kesamping dimana 4 orang perempuan sudah berdiri disebelahnya.
Karena tidak ada jawaban dari Jisoo, mereka mengulangi pertanyaan nya kembali, "Takut kalah saing sama Nayeon?."
"Pertanyaan itu cocoknya buat Lo ga sih?." Tanya Jisoo sembari melipat kedua tangannya di dada. Joy tersenyum sinis, anak baru yang ada dihadapannya ini memang pandai memutar kata.
"Buat apa gw takut kalah saing sama Nayeon?", Joy tersenyum mengejek, sementara ketiga temannya seolah-olah sudah bersiap untuk menyerang Jisoo dengan kata-kata pedasnya.
"Karena dia ikut olimpiade, siswi terpintar, kesayangan guru, dan selama masa sekolah namanya belum pernah tercantum di buku guru BK. Dan Lo?," Jisoo menatap Joy dari atas sampai kebawah dengan tatapan yang tak kalah mengejeknya.
"Langganan BK dari kelas 10 karna makeup yang menor, baju ketat, rok pendek, bahkan gw dengar Lo juga pernah terciduk ngerokok di belakang sekolah." Jisoo memperhatikan raut wajah Joy dan teman-temannya. Kenapa mereka masih tersenyum?
Joy tertawa sambil bertepuk tangan. "Wow! Kok Lo bisa tau? Lo ngestalk gw ya?."
"Oke oke, ekspresi nya bisa biasa aja nggak? Ga usah serius gitu", Ucap Joy memukul pelan pundak Jisoo. Sementara itu, Jisoo menepis tangan Joy yang ada dipundaknya.
"Gw nakal karna kemauan gw sendiri, karna disana gw merasa bebas. Dan karna kata-kata Lo tadi yang seolah-olah bandingin gw dengan Nayeon yang bisa ikut olimpiade berstandar nasional, gw ga marah kok sama Lo justru gw merasa kasihan", Kata 'kasihan' dibisikkan Joy ke telinga Jisoo.
"Lo tau, kenapa?." Joy berjalan memutari tubuh Jisoo, sembari menggulung rambutnya dengan tangan kanannya.
"Karna Lo ikut olimpiade atas paksaan orang tua Lo."
Deg!
Jantung Jisoo seolah-olah berhenti berdetak. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Joy mengetahui hal itu? Rahasia yang hanya dia yang tahu, bahkan Jungkook dan keluarganya tidak tahu kalau selama ini Jisoo sangat tertekan apalagi saat dipaksa harus mengikuti olimpiade.
Joy memperhatikan raut wajah Jisoo yang terpaku dengan kata-katanya barusan. Tepat sasaran. Itulah isi pikirannya.
Ketiga temannya tersenyum, mereka memang hanya sekedar menonton karena mereka tahu Joy pasti bisa menaklukkan mangsanya.
"Ada yang salah sama perkataan gw barusan?."
Tidak. Jisoo tidak boleh berdiam diri seperti ini, itu artinya dia kalah. Jangan jadikan perkataan Joy tadi menjadi kelemahan nya.
"Orang tua gw bukan maksa, tapi menuntun. Beliau menuntun anaknya kejalan yang baik, membentuk karakter anaknya. Dan gw ga merasa terpaksa karna yang gw lakuin itu benar, gw ikut olimpiade, menang, lalu dapat penghargaan. Orang tua gw bangga, orang tua gw lakuin itu karna mereka peduli sama gw, peduli sama masa depan gw. Orang tua Lo peduli saat Lo kena masalah karna kenakalan yang Lo perbuat?." Jisoo tidak pernah sebelumnya berbicara dengan kalimat panjang seperti ini apalagi perkataannya membela orang tuanya, ayahnya lebih tepatnya. Karna ibu nya tidak pernah memaksa apapun untuk dirinya.
"So?", Tanya Jisoo saat melihat Joy terdiam. Setelah melihat Joy yang terdiam, Jisoo beranjak pergi dari hadapan keempat perempuan itu.
Wendy menyentuh bahu Joy, membuat gadis itu tersadar dan mengepalkan kedua tangannya. Wendy tahu, Joy sangat sensitif jika bersangkutan dengan orang tuanya.
Jisoo telah menyinggung hal sensitif yang ada di kehidupan Joy. Membuat amarah Joy semakin memuncak.
--------------------
Saat Jisoo memasuki kelas, Jungkook langsung menghampirinya. "Jis, kata Lea, Lo tadi dikerubungi Joy sama teman-temannya, beneran, Jis?."
"Lea, siapa?." Tanya Jisoo, karna dia memang belum tau sepenuhnya nama teman-teman sekelasnya.
"Ga usah nanya Lea siapa. Jawab pertanyaan gw!." Jungkook mengguncang pundak Jisoo. Jujur, dia sangat khawatir pada Jisoo, dia tidak mau sepupunya itu kena masalah dan pastinya akan berlanjut masalah dengan ayahnya.
"Apaan sih, Jung! Gw ga takut mau dikerubungi tawon sekalipun", Ucap Jisoo dan melepaskan tangan Jungkook yang ada dipundaknya.
"Iya! Gw tau Lo ga takut, cuman masalahnya--"
"Itu urusan gw, Lo ga perlu ikut campur dan ikut mikir apa yang terjadi sama gw."
Jisoo melihat Joy dan Wendy masuk kedalam kelas. Dia pun memilih pergi ketempat duduknya daripada memperpanjang masalah mereka tadi. Jisoo tidak takut. Dia hanya merasa tidak punya energi hari ini, rasanya dia ingin bolos sekolah, tapi itu tidak mungkin dia lakukan.
Dia pun melirik kesamping dimana meja sebelahnya kosong. Ya, Taehyung tidak masuk hari ini dengan alasan ada urusan keluarga. Entah urusan sepenting apa sehingga dia tidak masuk sekolah.
Apa dia merindukan Taehyung? Tentu saja jawabannya, tidak. Karna otaknya selalu menyangkal apa yang ada di hatinya.
____________________
Next?
Instagram:
@anisaamdani_
@taetae.socutee
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE GIRL [ON GOING]
Fiksi RemajaBenang kusut yang terjadi antara dirinya dan sang Ayah mampu merubah watak Jisoo dari yang dulunya gadis periang dan memiliki senyuman yang indah menjadi gadis dingin dan tak berperasaan. Senyuman yang dulu sangat sering dia tampilkan sekarang tidak...