Dengan hati yang lagi-lagi dilukai sang ayah, Jisoo buru-buru keluar dari kantor. Luka yang dulu mungkin sudah mulai mengering, kini kembali terasa sakit saat tamparan yang sama kerasnya seperti waktu dimana Jisoo gagal dalam olimpiade kembali dia rasakan.
Tidak habis pikir, kenapa ayahnya mudah sekali menyakitinya, menyakiti darah dagingnya sendiri. Padahal dulu ayahnya adalah seseorang yang sangat hangat dan penyayang. Julukan monster memang pantas disematkan kepada ayahnya itu.
Saat sampai di lantai dasar, Jisoo tidak masuk kedalam mobilnya. Gadis itu berlari tak tentu arah dengan air mata yang sudah mulai menetes. Anak perempuan mana yang tidak sakit hati saat sang ayah yang merupakan cinta pertamanya ternyata juga merupakan luka dan trauma pertama nya.
Setelah dirasa sudah jauh dari kantor sang ayah, Jisoo menghentikan langkahnya. Nafas gadis itu tersengal-sengal, dia menatap ke sekelilingnya, jalanan di sore hari sangat ramai, banyak orang yang berlalu lalang menatap aneh kepadanya.
Jisoo menundukkan kepalanya saat orang-orang itu menatap dirinya, dia takut jika ada yang mengenalinya, apalagi kondisinya sedang seperti ini. Dengan pipi yang masih basah, Jisoo kembali berjalan mencari tempat yang dapat menenangkan dirinya.
Sementara itu, Pak Lee yang merupakan supir pribadi Jisoo masih setia menunggu kedatangan Jisoo walaupun sudah hampir satu jam lamanya. Mungkin saja banyak hal yang dibahas ayah dan anak itu mengingat hubungan keduanya yang kurang baik. Sang supir berdoa semoga hubungan antara ayah dan anak itu segera membaik.
Tidak berapa lama kemudian Pak Lee melihat sang majikan keluar bersama seorang wanita yang tidak dikenalnya. Dari dalam mobil, pak Lee dapat melihat perlakuan majikannya yang sepertinya sangat mengistimewakan wanita itu.
"Siapa wanita itu?"
Mobil Hansol sudah meninggalkan area parkir. Pak Lee merasa mungkin sebentar lagi Jisoo akan segera keluar, tetapi sudah 10 menit berlalu, Jisoo tak juga muncul. Akhirnya pak Lee memutuskan untuk menghubungi Jisoo. Saat sudah menyambungkan panggilan, terdengar suara getaran hp di kursi belakang.
"Astaga, hp non Jisoo ketinggalan,"
Akhirnya pak Lee memutuskan untuk mencari Jisoo kedalam kantor. Tetapi yang dicari sudah tidak ada di sana, satpam mengatakan bahwa dia melihat Jisoo berlari keluar.
"Astaga, bagaimana ini?"
Pak Lee dan satpam pun mencari keberadaan Jisoo disekitar kawasan kantor, tetapi beberapa saat berlalu mereka belum menemukan keberadaan anak tuannya itu.
"Apa sebaiknya kita lapor polisi saja pak?" tanya pak Lee, beliau tampah cemas karena belum menemukan keberadaan Jisoo.
"Sebaiknya jangan dulu pak, coba bapak hubungi orang-orang terdekat nona Jisoo, siapa tau mereka tau dimana nona Jisoo sekarang."
Pak Lee pun mengingat-ingat siapa teman dekat Jisoo, setelah bekerja bertahun-tahun dengan keluarga Hansol, pak Lee tidak pernah melihat Jisoo dekat dengan siapapun kecuali sahabat nya yang sekarang sudah meninggal dunia.
"Ah iya!" Akhirnya pak Lee mengingat seseorang yang mungkin tau dimana keberadaan Jisoo sekarang.
____________________
Danau yang tampak tenang begitu nyaman untuk dipandang. Tempat ini tidak terlalu banyak dikunjungi orang sehingga menjadi tempat yang sepertinya sangat cocok untuk menyendiri. Karena itulah Jisoo berada disini sekarang, gadis itu menatap kosong ke depan dengan air mata yang sudah mengering. Sepertinya air matanya sudah habis, sehingga yang keluar kini hanya helaan nafas berat.
Disekitarnya sangat sepi tetapi kenapa kepalanya sangat berisik? Ingin sekali rasanya Jisoo menenggelamkan dirinya di danau yang tenang ini, agar kepalanya berhenti memikirkan hal-hal yang sangat membebani pikirannya. Haruskah dia coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE GIRL [ON GOING]
Teen FictionBenang kusut yang terjadi antara dirinya dan sang Ayah mampu merubah watak Jisoo dari yang dulunya gadis periang dan memiliki senyuman yang indah menjadi gadis dingin dan tak berperasaan. Senyuman yang dulu sangat sering dia tampilkan sekarang tidak...