26

267 39 0
                                    

Hanna membantu Arum dan seorang pembantu menyiapkan makan malam. Wanita yang masih terlihat sangat cantik meski umurnya sudah tidak muda lagi itu tampak prihatin melihat kondisi Arum dan putrinya yang tampak berantakan, jadi wanita itu berniat akan menemani Arum dan Jisoo sampai kondisinya membaik.

"Aku udah hubungi Taehyung dan teman-temannya, sebentar lagi mereka akan sampai," ucap Hanna sembari membantu menata meja makan.

"Makasih ya Han," Hanna tersenyum hangat menatap Arum.

Arum menatap lantai dua dengan pandangan sendu, sudah satu jam lebih tetapi putrinya belum juga turun, dia sangat khawatir ditambah putrinya itu baru saja mendapat tamparan lagi dari mantan suaminya. Dia benar-benar ibu yang buruk yang tidak bisa melindungi putrinya, sekarang fisik dan batin putrinya terluka sedangkan dia sendiri tidak bisa apa-apa untuk menghibur putrinya.

Hanna yang melihat itu langsung mengusap hangat tangan Arum, "Dia butuh waktu sendiri Rum, nanti kalau kondisinya sudah membaik dia pasti akan turun."

Arum hanya menganggukkan kepalanya, dia harus segera menemui mantan suaminya. Kali ini dia harus bersikap tegas agar mantan suaminya itu tidak lagi menyakiti putri semata wayang nya. Sudah cukup kemarin-kemarin dia hanya berdiam tanpa melakukan pembelaan untuk putrinya, sekarang sudah saat dia bersikap tegas terhadap Hansol.

Sementara itu, di kamar yang minim penerangan tampak Jisoo sedang duduk di depan jendela kamar seorang diri. Sudah satu jam dia termenung didepan jendela tanpa melakukan apapun. Meski kamar itu sangat sunyi tetapi isi kepala gadis itu berkecamuk dan berisik membuatnya berkali-kali memukul kepalanya sendiri.

"Brengsek!" umpat gadis itu sembari mengusap kasar pipinya yang masih dialiri air mata.

Tok! tok! tok!

Gadis itu mengalihkan pandangan nya dan melihat ibunya datang bersama bunda Hanna, kembali gadis itu mengusap pipinya untuk menghilangkan bekas air mata. Bunda Hanna menekan seklar lampu membuat ruangan yang minim cahaya tadi menjadi terang. Jisoo pun mengalihkan pandangannya menghindari kontak mata ibunya dan bunda Hanna.

"Sayang, ibu bawa makanan buat kamu. Ayok makan, biar ibu suapi," Arum menahan air matanya melihat kondisi putrinya yang sedang tidak baik-baik saja. Hanna memilih keluar dari kamar, memberi waktu untuk ibu dan anak itu, sebagai seorang ibu, dia tau betapa hancurnya perasaan Arum.

"Jisoo belum lapar, bu."

Perlahan Arum meletakkan nampan berisi makanan tersebut diatas meja, wanita itu meraih tangan dingin anaknya lalu mengusapnya dengan hangat. "Maafin ibu sayang, ibu ga bisa lindungin kamu. Ibu gagal jadi ibu yang baik buat kamu,"

Air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya tumpah juga. Hati Arum benar-benar sakit melihat kondisi kesehatan mental Jisoo, dia benar-benar gagal menjadi ibu yang baik yang bisa melindungi putrinya. Sekarang senyuman putrinya sudah lenyap. Dunianya sudah hancur sekarang, bagaimana caranya supaya dia bisa mengembalikan senyuman putrinya itu?

"Maafin ibu sayang, keluarga kita akan baik-baik saja kalau ibu tidak lumpuh, ini semua salah ibu," Jisoo menggelengkan kepalanya setelah mendengar perkataan ibunya barusan.

"Ibu jangan minta maaf, ibu ga salah," gadis itu menjatuhkan dirinya dan duduk berlutut dihadapan ibunya.

"Dunia emang sebercanda ini ya bu? Kenapa sikap ayah bisa berubah drastis seperti itu bu?" Pipi yang sudah kering tadi mulai di banjiri air mata. Dadanya kembali sesak mengingat perlakuan ayahnya yang begitu kejam, ayahnya sekarang tidak segan-segan melayangkan tangannya kepada Jisoo padalah dulu ayahnya adalah seorang tipe yang hangat dan penyayang.

"Ayah berubah karna ibu sudah lumpuh, ibu ini udah ga berguna. Ini semua salah ibu, maaf karna ibu kamu jadi mengalami hal berat seperti ini." Gadis itu berhambur memeluk sang ibu, mereka berdua menangis sambil berpelukan. Isakan pilu mereka membuat orang-orang yang berada diluat kamar ikut meneteskan air matanya.

MY ICE GIRL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang