Keesokan harinya, Jisoo tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Entah kenapa perasaan nya tidak enak, apa mungkin dia akan gagal dalam olimpiade kali ini? Jangan sampai! Jisoo sangat-sangat berharap hal itu tidak terjadi. Entah apa yang akan ayahnya lakukan kepadanya.
Jisoo melirik ponselnya yang tergeletak diatas meja, 'Jungkook is calling'. Jisoo hanya menghela nafas panjang, sudah dari tadi malam sampai saat ini sepupunya itu sibuk menelfon nya, karena Jisoo malas mendengar rentetan pertanyaan dari Jungkook akhirnya dia memilih untuk mengabaikan telepon itu.
Setelah memasukkan buku-bukunya kedalam tas dan menolak panggilan dari Jungkook, dia pun turun kebawah. Semoga dia tidak bertemu dengan Hansol pagi ini, mood nya benar-benar sedang tidak baik.
"Pagi, Bu." Sapa Jisoo sembari mencium kedua pipi Arum.
"Pagi sayang, hari ini kamu mau bawa bekal ga?" Tanya Arum sembari mengaduk susu hangat untuk Jisoo.
"Hari ini engga dulu ya Bu, soalnya Jisoo banyak bawa buku." Tolak Jisoo dengan lembut. Hanya dengan Arum Jisoo bersikap lemah lembut seperti ini, dulu dia pernah bersikap seperti ini saat SMP, tapi itu dulu.
"Ya udah sayang, tapi jangan di skip makan siang nya ya." Arum tau kalau putrinya ini sering kali melewatkan makan siang, ya karena jam istirahat itu kantin sangat ramai sudah pasti Jisoo tidak akan merasa nyaman.
"Ga janji, hehe."
Arum bernafas lega saat melihat senyuman Jisoo. Setidaknya dengan Jisoo tersenyum seperti itu, dia baik-baik saja kan?" Nanti Ibu telfon Jungkook, jangan sampai kamu ga makan siang." Ancam Arum dengan sedikit mencubit hidung mancung anaknya.
"Iyaa ibu aku yang cantikk." Jisoo memeluk ibunya dari samping. Pikirannya melayang kepada apa yang akan terjadi ke depan, bagaimana hasil olimpiade nya. Sebelumnya dia tidak pernah se gelisah dan se khawatir ini.
"Ibu." Panggil Jisoo dengan lirih. Gadis itu mengangkat kepalanya, dia pun menggenggam hangat kedua tangan ibunya.
"Apapun hasilnya nanti, Ibu ga marah, kan?"
Arum tersenyum, dia membalikkan posisi tangannya dan menggenggam hangat tangan putrinya, "Sayang, kamu ga perlu khawatir. Apapun hasilnya nanti Ibu akan tetap bangga sama kamu. Putri ibu ini tetap juara di hati ibu." Jawab Arum dengan memberikan sentuhan hangat pada Jisoo.
Jisoo tersenyum mendengar jawaban ibunya tapi senyuman itu langsung luntur saat satu nama terlintas di ingatannya, "Tapi ayah--"
"Kenapa?" Suara berat itu mengagetkan keduanya. Hansol bergabung dengan Jisoo dan Arum di meja makan, laki-laki itu sudah rapi padahal dia baru pulang setelah kegaduhan kemarin.
"Kamu mau di hukum? Lihat udah jam berapa sekarang!"
Jisoo pun melirik jam yang ada dipergelangan tangannya, benar saja 10 menit lagi bel akan berbunyi. Dengan tergesa-gesa dia salim dengan ibunya tak lupa dengan Hansol walaupun sangat terpaksa.
Saat ingin masuk kedalam mobilnya, suara klakson motor yang berada didepan gerbang mengalihkan atensinya.
"Jungkook?"
"Ternyata benar Lo belum berangkat, udah mau telat nih, ayok sama gw aja." Ucap Jungkook seraya memberikan satu helm kepada Jisoo.
Jisoo pun menerima helm tersebut dan langsung memakainya. Dalam hati dia bersyukur pagi ini ada pelajaran olahraga jadi dia memakai pakaian olahraga dari rumah. Dia pun menaiki motor sport merah kesayangan Jungkook ini. "Peluk Jis, gw mau ngebut nih!"
"Modus Lo!" Jisoo memukul helm Jungkook, dia pun memegang sisi kiri-kanan jaket pria itu.
____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE GIRL [ON GOING]
Teen FictionBenang kusut yang terjadi antara dirinya dan sang Ayah mampu merubah watak Jisoo dari yang dulunya gadis periang dan memiliki senyuman yang indah menjadi gadis dingin dan tak berperasaan. Senyuman yang dulu sangat sering dia tampilkan sekarang tidak...