20

302 51 4
                                    

Sebelum baca, boleh author minta bintang nya?

Makasii(⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)

____________________

Jisoo termenung di balkon kamar milik bunda Hanna, gadis itu menatap lurus sembari menikmati suara guyuran hujan yang masih turun dengan derasnya.

Selimut hangat bertengger dipundak gadis itu, Jisoo pun mengalihkan pandangannya dan melihat bunda Hanna melempar senyum indah kepadanya. Senyuman itu persis seperti milik ibunya, Jisoo pun ikut tersenyum.

"Ini bunda bikinin coklat panas buat kamu, gapapa kan?" Jisoo memandangi minuman tersebut yang masih mengepulkan asap diatasnya.

"Gapapa bun, Jisoo suka."

Hanna tersenyum, setelah itu wanita itu pergi entah kemana lalu kembali dengan membawa kotak P3K ditangannya. "Pipi kamu makin memar, biar bunda kasih salep."

Jisoo hanya diam menerima pengobatan dari bunda Taehyung ini. Lagi-lagi didalam hati dia membatin, bunda Hanna benar-benar sangat mirip seperti ibunya, Jisoo jadi merindukan sang ibu. Rasanya Jisoo ingin menangis dalam pelukan ibunya, tetapi dia tidak bisa. Alasannya sangat klise, dia tidak mau ibunya khawatir dengan keadaan nya.

"Ayok di minum, nanti keburu dingin." Ucap Hanna setelah selesai mengobati pipi gadis itu.

Lagi-lagi Jisoo hanya diam dan meminum sedikit demi sedikit coklat panas kesukaan nya itu, rasa hangat menjalar dari kerongkongan sampai ke perutnya. Tapi entah kenapa, kehangatannya pun sampai ke relung hati Jisoo, gadis itu memejamkan matanya. Kenapa bunda Hanna dan rumah ini sangat nyaman di hati Jisoo?

Jisoo membuka matanya saat merasakan tangan lembut itu mengusap tangannya, seperti mengalir kehangatan didalamnya. "Terkadang kita butuh seseorang buat menceritakan keluh kesah kita. Orang itu ga harus orang terdekat, tapi orang itu adalah orang yang mampu memberi kamu kenyamanan saat kamu menceritakan keluh kesah kamu."

Mendengar perkataan bunda Hanna secara tiba-tiba, Jisoo mengerutkan keningnya. Kenapa bunda Hanna bisa menebak suasana hatinya? Ah benar, tadi saat diruang tamu, Jisoo tidak sengaja melihat foto wisuda bunda Hanna dengan gelar Magister Psikologi atau disingkat M.Psi.

"Selagi masih bisa dipendam sendiri, kenapa tidak bun?" Hanna tersenyum mendengar tanggapan gadis cantik didepannya ini. Pemikiran seperti inilah yang membuat seseorang mengalami stress akibat masalah yang selalu dipendam sendiri.

"Selama ini aku memendam semua masalah ku sendirian, sampai membuat aku frustasi dan merasa kalau dunia ini ga adil."

"Tapi terkadang aku juga ingin menceritakan masalah ku kepada seseorang bun, tapi aku belum menemukan orang yang tepat."

Hanna menggenggam tangan gadis itu, bermaksud memberinya kekuatan. "Bunda paham dan bunda juga mengerti kenapa kamu memendam semuanya sendirian, tapi kenapa kamu tidak berbagi dengan orang tua kamu?"

"Arti kata rumah ga selalu ada di orang tua bun, kalaupun ada, rumahku sekarang udah hancur. Penyebabnya adalah kepala rumah itu sendiri." Perlahan air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya meluncur juga. Membahas tentang orang tua adalah hal sensitif bagi gadis itu.

Hanna berdiri dan memeluk gadis yang tengah terisak itu, sungguh dia tidak bermaksud untuk membuat gadis didepannya ini menangis tersedu-sedu.

MY ICE GIRL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang