Satu minggu berlalu. Hubungan Taehyung dengan Jisoo sedikit ada kemajuan, ingat, hanya sedikit. Ditambah lagi entah sejak kapan gadis itu jadi sering bertukar pesan dengan bunda lelaki itu. Apakah Jisoo sudah menganggap bunda Taehyung sebagai ibu keduanya? Entahlah, hanya gadis itu yang tau.
Sedikit banyak gadis itu juga bercerita pada ibunya tentang kebaikan keluarga Taehyung, tentu saja hal itu membuat hati ibu tersentuh. Setelah sekian lama, putrinya kembali membuka diri terhadap lingkungan baru, meskipun belum sepenuhnya. Ibunya juga seperti merasakan Dejavu, dulu putrinya itu juga sering bercerita tentang temannya yang sekarang sudah tenang di alam sana.
Kim Ji Yeon. Gadis lucu yang hidup bersama neneknya, gadis itu yatim piatu. Gadis yang diberi nama kesayangan oleh Jisoo, Bona. Kedua sahabat itu dekat dari awal masuk sekolah menengah pertama, sampai akhirnya maut memisahkan mereka.
Ingatan Arum kembali berputar beberapa tahun silam, dimana putrinya yang masih memakai seragam putih biru itu menangis begitu keras saat mendapat kabar bahwa sahabatnya sudah pergi untuk selamanya. Sahabat satu-satunya yang Jisoo punya.
"Bu!" Lamunan Arum buyar, saat anak gadisnya menyentuh pundaknya.
"Eh, sayang, udah siap?" Jisoo menganggukkan kepalanya, dia pun menatap ibunya dengan kening mengkerut.
"Ibu mikirin apa?"
"Ibu tiba-tiba kepikiran Bona, udah lama kita ga pergi ke makam sahabat kamu." Raut wajah Jisoo berubah jadi sendu, benar, sudah lama dia tidak mengunjungi tempat peristirahatan terakhir sahabatnya.
"Gimana kalo pas pulang sekolah, kita ke makam Bona, Bu?" Ajak Jisoo dengan semangat, tiba-tiba semangatnya luntur mengingat suatu hal.
"Sayangnya ibu ga bisa, kamu tau kan, ibu mau pergi sama Tante Sarah nanti."
Jisoo pun hanya menganggukkan kepalanya pasrah, kenapa akhir-akhir ini ibunya sering berpergian dengan Tante Sarah? Bukan apa, tapi Jisoo hanya merasa ada sesuatu yang disembunyikan ibunya. Apalagi sudah satu minggu ini ayahnya tidak pulang, kata ibunya, ayah pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan.
"Udah jam tujuh, kamu berangkat gih!" Jisoo menyalimi tangan ibunya tak lupa mencium kedua pipi sang ibunda tercinta.
____________________
Jam pelajaran pertama, siswa kelas XII IPA 3, disuguhi dengan deretan angka yang minta dikerjakan, dicari jalan keluarnya, dan dibuktikan jawabannya. Apalagi kalau bukan matematika. Memusingkan!
Berbagai macam raut wajah terpampang jelas, helaan nafas yang sepertinya tampak putus asa, saat yang sedang diperjuangkan tak bertemu juga jalan keluarnya. Kelas ini sedang melaksanakan ulangan harian, hampir seluruhnya pasrah dengan hasilnya, mau apalagi, mereka sudah berjuang sepenuhnya untuk mendapat nilai diatas KKM.
Berjuang disini ada beberapa macam, pertama; berjuang mengingat rumus apa yang akan digunakan, kedua; berjuang menjawab soal karena dikejar waktu, ini hanya berlaku bagi yang pintar, ketiga; berjuang memanggil teman yang entah kenapa disaat-saat seperti ini mereka tuli dan bisu, keempat; berjuang mencontek ke teman sebelah, dan yang terakhir; berjuang melihat catatan kecil yang disembunyikan diberbagai tempat.
"Huft!" Helaan nafas lega itu terdengar begitu nyaring disaat-saat hening seperti ini, mereka memutar kepala melihat siapa yang baru saja terdengar seperti sudah menyelesaikan ke sepuluh soal matematika itu.
Kim Taehyung.
Mereka pun memutar bola matanya, memang siapa lagi kalau bukan si jenius Kim Taehyung itu yang akan selesai terlebih dahulu. Laki-laki itu tampak berjalan ke depan dengan kertas yang mereka harap dapat melihat jawabannya walaupun tidak memungkinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE GIRL [ON GOING]
Teen FictionBenang kusut yang terjadi antara dirinya dan sang Ayah mampu merubah watak Jisoo dari yang dulunya gadis periang dan memiliki senyuman yang indah menjadi gadis dingin dan tak berperasaan. Senyuman yang dulu sangat sering dia tampilkan sekarang tidak...