2. Tolong Perhatikan diriku

8.6K 780 8
                                    


SUKA BANGET KALIAN WALAUPUN BARU SEDIKIT YANG BACA TAPI NGEHARGAIN AKU BANGET ♥️

VOTE AND KOMEN KALIAN MEMBANTU CERITA INI MENDAPATKAN RANK YANG BAIK UNTUK MINGGU PERTAMANYA ♥️

SEMOGA KALIAN BETAH YA🗯️

VOTE DULU YA BIAR BANYAK YANG TAU CERITA INI♥️

HAPPY READING FOR ROOS


∅⁰∅⁰∅

Deretan kursi panjang mengelilingi pinggir sebuah meja berbentuk persegi panjang. Duke Yuran yang menjadi kepala keluarga sudah pasti berada di paling ujung. Diikuti di sisi kanannya barisan putra sulungnya dan begitu seterusnya.

Melihat jumlah anak-anaknya sepertinya sudah lengkap ia memulai untuk melakukan makan siang.

"Mulai, untuk menyambut kemenangan Aranda yang ke seribu tujuh ratus empat puluh lima," ucap duke dengan mengangkat secangkir arak.

Beberapa anak yang mencapai di usia legal ikut mengangkat arak, di sisi lain beberapa adik-adiknya meminum jus anggur yang berwarna sama tapi sebelum difermentasi.

"Selamat."

Setelah mengucapkan kata-kata itu semua orang meneguk isi minumnya, beberapa lagi asik berbicara santai semua orang bersikap biasa saja hingga satu yang membuat mereka mengerinyit.

Serena datang dengan langkah kecil, langsung berjalan ke arah kursi miliknya yang paling ujung, sudah yang paling kecil dirinya berada paling jauh pasti kehadirannya juga tak terlihat karena tertutup tubuh para kakaknya yang lebih besar.

Sang pangeran pertama bertanya. "Mengapa baru sampai? ayah bahkan sudah membuka acaranya," tegurannya pada sang adik.

Ketika pangeran Rexi membuka suaranya langsung membuat semua adik-adik menatap tajam ke arah si bungsu.

Dengan wajah merah, Serena yang sedari tadi menahan kesal itu langsung membanting sendok di depannya. "Apa kakak pikir aku bisa berjalan secepat itu menyusul jalan kalian yang secepat kerbau itu?" tanya Serena menatap semua barisan pria di sekelilingnya.

Gadis itu sudah sangat kesal ia menendang-nendang gaun yang dipakainya, mata miliknya sudah mengeluarkan air mata karena kesalnya.

Tapi mereka semua seperti batu, tak paham memperlakukan perempuan seperti apa!

"Jangan merusak gaunmu di medan perang kain itu sulit di dapatkan," bujuk Rexi yang melihat adiknya mulai menangis.

Bernan pangeran ke empat belas yang berada di sisi Serena juga menarik tubuh adiknya agar tetap sopan.

"Perang-perang terus! Lain kali tak usah pulang sekalian," teriak Serena sebelum pergi. Ia berlari tanpa makan apapun.

Duke Yuran yang melihat putrinya mengamuk itu mengerinyit. "Kenapa dia marah?"

Tangan kanannya menjawab. "Mungkin putri kesal karena anda dan para pangeran pergi meninggalkannya sendirian selama enam bulan." Lord Gara sendiri meringis bagaimana tuannya dan putranya sama sekali tak pernah mengirimkan surat untuk nonanya, jangankan surat. Ia sendiri yakin bahwa mereka semua tak mengingat nama Serena sekalipun di medan perang.

∅°∅°∅

Dengan langkah kasar Serena masuk ke dalam kamarnya. Tangannya sibuk mengambil sebuah buku yang baru ia temukan beberapa minggu yang lalu.

Di dalam buku tersebut dituliskan semua perempuan kedudukannya adalah sama, baik secara perlakuan, gelar, kehidupan dan juga menentukan pilihan.

"Jika perempuan bisa menentukan garis hidupnya, maka kebahagiaan juga akan menghampiri," ucap Serena sambil membaca sebuah paragraf dalan buku bersampul biru itu.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang