56. Sampai

901 93 5
                                    





Peringatan!

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku 🌼

Hargailah orang lain, sebelum kalian ingin mendapatkan penghargaan dari orang lain.










Happy reading

_____________________________(=`ェ´=)











"Ini adalah tempat kalian tinggal, di sini semua penyihir akan beristirahat dan beraktivitas sebelum pergi dan pulang dari menara sihir," jelas pria dengan pakaian penyihir lengkap.

Julius menatap sebuah menara yang berdiri menjulang di depannya, saat ini ia sedang di pandu ke sekeliling kompleks menara sihir.

"Ah  yang itu adalah menara sihir utama. Jika kalian telah mencapai batas yang telah sesuai para senior, kalian bisa memasuki menara utama. Di sana kalian pasti memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Sean Koctha, ia adalah penyihir kerajaan yang memiliki banyak pengetahuan, jika kalian berhasil mendapatkan pelajaran dan kesempatan bekerja darinya," jelas pria itu dengan sangat ramah.

"Aku adalah salah satu penyihir kelas menengah, untuk mencapai batas unggulan kalian harus belajar dengan giat, jadi apakah kalian siap?" tanya Soren yang memiliki rambut jingga.

Dia terkenal dengan sifat ramahnya, oleh karena itu pada kesempatan kali ini ia yang ditugaskan untuk menjaga anak-anak baru.

"Siap," teriak murid dengan antusias, kecuali Julius yang hanya diam saja.

Di pikirannya Julius menyesali keputusan Lius untuk menyamar sebagai penyihir, apakah si mata merah itu tidak berpikir dulu bahwa ini akan sedikit sulit.

Bagaimana bisa mencari Serena bila mereka akan terkurung di menara. "Dia benar-benar bodoh, jika seperti ini siapa yang akan bertanggung jawab," dumel Julius yang tau bahwa setelah ini Lius tidak akan muncul dalam waktu yang relatif lama.

"Apakah kau melihat jika tempat ini sangatlah besar?" kata Abra pada Julius, ia adalah orang yang membantu Julius saat muntah-muntah. Orang dengan rambut keriting dan kecamatan itu kini selalu membuntuti Julius.

"Iya," jawab Julius pendek. Sebenarnya ia tidak terlalu kaget melihat bangunan besar, pasalnya sedari dalam kandungan juga ia telah tinggal di istana yang luasnya lebih besar dari tempat ini.

Tidak seperti istana yang memiliki bangunan lebih besar, kompleks bangunan ini memiliki tiga menara hanya saja lebih banyak area tanah yang di kosongkan sebagai halaman.

Mungkin untuk tempat berlatih, pasalnya sihir juga memerlukan tempat yang lebih luas untuk melakukan beberapa percobaan agar dampak dari sihir yang gagal tidak terlalu besar.

"Ayo masuk," ajak Julius pada Abra. Keduannya mengikuti langkah penyihir yang lainnya, semua murid masuk ke dalam menara sihir bungsu. Itu adalah nama sebutan dari menara yang akan mereka tempati.

Menara berwarna hitam itu memiliki banyak ruangan, ada satu ruangan makan besar, perpustakaan, ruang tidur dan juga beberapa kamar mandi.

"Kita akan tidur berlima?" tanya Abra dengan mata melotot. "Bagaimana jika ingin buang angin," ringis Abra kecil.

Julius yang mendengar itu langsung bergidik, bayangkan tinggal berlima sambil beradu buang angin bukanlah hal yang patut di adu. "Simpan itu dalam bokongmu," balas Julius dengan menjaga jarak dari Abra.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang