54. Bersama

1K 101 0
                                    






Seratus vote next part berikutnya ✨



Jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia  agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku 🌼



Thanks to 50k pembacanya 🎉












Happy reading
________________________/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Tiga belas kali lonceng kuil dibunyikan dengan pukulan yang kencang. Suara bising itu diciptakan oleh beberapa orang. Banyak tamu yang mulai berdatangan, begitu pula dengan keluarga dari penyihir kerajaan.

Eren memegang bagian belakang kepalanya, sepertinya ia merasa agak pusing. Beberapa bayangan samar seakan-akan datang menubruk seperti ingin mengatakan bahwa ia pernah berada di acara yang seperti ini.

Tidak ada kerumunan para rakyat yang datang untuk menonton. Karena ini musim dingin, dan raja mengeluarkan surat untuk melarang hal itu, sekaligus mencegah terjadinya orang-orang hanyalah terkena hipotermia. Tetapi tetap saja para kstaria terus bertugas untuk memantau keadaan, ada beberapa bendera yang digantung pada beberapa tiang sebagai hiasan.

"Itu semua bendera beberapa keluarga yang memiliki kekuasaan di seluruh wilayah Serven," kata Sean menjelaskan apa yang mereka lewati.

Kereta kuda bergerak memutari sebuah bundaran yang memiliki patung kuda perang lengkap dengan para .senjata. Di depan dan belakang  mereka juga mulai banyak kereta kuda yang mulai berdatangan.

Dara dengan mantel merahnya duduk dengan anggun, di lehernya terdapat syal berbulu dengan warna perak. Itu membuat wanita dua anak itumenjadi sangat berkelas.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jeffry yang agak khawatir, ia mengelus punggung adiknya. Keduanya duduk bersebelahan. Di depannya ayah dan ibu mereka duduk menghadap ke depan.

Sedangkan Jeffry dan Eren duduk menghadap ke belakang. "Baik, mungkin aku sedang kelelahan," jawab Eren dengan sangat pelan.

Biasanya posisi duduk di kereta kuda juga ditentukan oleh kasta dan jabatan seseorang.

Dara mengambil bagian bawah dagu putrinya. "Jangan memaksakan dirimu," ujar Dara. Ia tidak mau membuat keributan jika sudah berada di dalam.

Sean memberikan sedikit pijatan, "Sabarlah setelah ini kita akan langsung pulang."

Eren akhirnya menyakinkan dirinya bahwa ia bisa melawan itu semua.

Pertama-tama Sean turun dari kereta kuda, ia mengulurkan tangannya untuk membantu istrinya turun dari kerata kuda. "Hati-hati," kata Sean saat Dara telah menggeser tas tangannya sedikit lebih ke samping.

Dengan perlahan Dara turun dengan anggun, ia melihat ke sekelilingnya. Selanjutnya Jeffry turun dengan lancar, ia berdiri di samping ayahnya.

Eren memegang tangan ayahnya, ia memakai sepatu dengan hak yang lebih tinggi. Gaun yang ia pakai berwarna merah dengan mantel yang menutupi di bagian luar.

"Terima kasih ayah," kata Eren dengan menaikkan kepalanya. Sean melepaskan uluran tangannya, kali ini ia menggandeng istrinya untuk masuk ke dalam kuil.

Jeffry berjalan beriringan dengan adiknya mereka tidak saling bergandengan tangan, tapi berjalan dengan dua bahu yang bersentuhan.

"Selamat datang tuan Koctha," kata pendeta dengan memberikan sapaan. Ia tersenyum dengan jubah panjang yang berada di belakang punggungnya.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang