73. Sengketa Tanah

391 44 1
                                    





UPDATE🚨

Jangan lupa untuk tinggalkan vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku❤

Tandai jika kalian menemukan typo menemukan typo 🔍👀❗












Happy Reading 🌻




°°°






"Tidak ada yang tau banyak tentangnya, dia hanya beberapa kali terlihat di muka umum. Selebihnya menghilang."


Eren menyapu halaman dengan memikirkan apa yang tadi ia bicarakan dengan Bernan. Ada sedikit rasa aneh. "Apakah kau pernah mendengar sesuatu yang membuatmu merasakan seperti mengenal hal itu?"

"Mungkin kau pernah merasakannya," balas Julius. Tadi ia hanya kebetulan lewat, setalah profesor datang ia diminta untuk beristirahat.

"Ah maafkan saya, tadi saya mengira Vionna masih ada di sini," lirih Eren. Matanya tak kuat untuk terus beradu pandang dengan Julius.

Julius maju satu langkah, ia terpaku pada Serenanya, gadis ini berubah menjadi sangat cantik. "Kau bisa menemuiku jika telah mendapat jawabannya," ucap Julius pelan. Ia sengaja membiarkan Eren mendengar deru nafasnya.

Di dalam tubuhnya Lius telah memberontak, ia berusaha untuk mengambil kesadarannya. Hal ini agak menyebalkan, tapi Julius masih mampu untuk menahannya.

"Terima kasih atas tawarnya, tapi tidak perlu," balas Eren. Ayahnya selalu mewanti-wanti agar Eren tidak memiliki hubungan dengan orang asing.

Julius menggeleng, ia merengkuh pinggang mungil Serena. "Saat matahari tertutup awan, itu tidak membuat orang-orang langsung percaya jika matahari itu hilang. Pasalnya ia hanya akan pergi sebentar dan kembali lagi."

Ibu jari Julius memegang lembut bibir Serena, persetan dengan gadis ini yang hanya mengingat jika dia adalah Eren. Tapi kali ini ia sendiri akan membantu mematahkan kutukan itu.

Tubuh Eren kaku, matanya seolah-olah langsung terpaku. Bibirnya terkunci saat tiba-tiba penyihir menengah Julius mendekatkan bibir mereka.

"Cup."

"Manis, aku akan selalu menunggu untuk hal yang lebih lagi," putus Julius, di usianya yang telah kepala tiga ini pertama kalinya ia memberikan kecupan pada seorang gadis.

Wajahnya tersenyum, saat Serena kebingungan dengan apa yang ia lakukan. "Tidak usah dipikirkan, aku benar-benar menyukai dirimu," balas Julius. Ia mengganti rengkuhan di pinggang Serena menjadi sebuah elusan ke arah sensual.

Mata Eren membulat saat penyihir menengah ini kembali menyatukan bibir merah. Sensasi basah dan lembut itu terus berulang dengan tempo yang berbeda-beda, kadang cepat, lambat dan juga panjang.

>>>>

Grand duke memeluk istrinya. "Tidak usah terlalu dipusingkan, kakak ipar hanya marah padamu," beber Yuran. Ia gak ingin istrinya berakhir sakit.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang