20. Wah Kalian Terlihat Berbeda

2.7K 266 2
                                    





Terimakasih 900 pembaca 🔜 yuk gas 1k pembaca ♥️

Vote dulu yuk 💅

Bertemu di Sabtu jangan lupa untuk follow @ViPril_Aprilia







Happy reading 🧘🏻‍♀️





∅⁰∅⁰∅







Karen, Jerry dan Serena menundukkan kepalanya, tangannya tergenggam erat.

"Puji ... puji ... puji." Tiga kata itu wajib diulang sebanyak tiga kali.

Buku ini bisa dibilang suci, pasalnya beberapa bagian merajuk kepada kitab suci yang dipercaya membawa keberuntungan. Raja pertama menuliskan ini untuk dipelajari oleh semua pangeran atau putri, secara umum buku ini bisa dibaca oleh semua orang.

Digunakan juga sebagai salah satu pelajaran wajib di Aranda. Namun, buku ini juga memiliki bagian yang hanya boleh dibaca oleh pangeran atau putri dari garis keturunan raja terdahulu.

Seperti dilindungi sihir, bagian yang terkunci itu selalu tak bisa dibuka secara paksa, buku itu akan meledak secara misterius.

"Bab 1, gunakan pikiran terbuka. Hilangkan semua keburukan, hanya yang hatinya damai bisa memimpin Aranda." Karen membaca dengan hikmat, meresapi setiap kalimat dengan sepenuh hati.

Jerry yang biasanya sibuk bercanda mengunci bibirnya rapat-rapat, menunduk kepala. Tak ada pembicaraan selama Karen membaca buku itu.

Serena mengikuti semua aturan, walaupun terkadang masih belum bisa fokus sempurna, matanya masih melirik antar dua sepupunya itu.

"Semua ini hanyalah takdir." Karen menyanyikan dengan suara yang berat, menarik nafas di sela-sela bait-bait lagu.

Jerry dan Serena mengikuti apa yang dicontohkan oleh Karen. "Semua ini hanyalah takdir."

"Jauh dilubuk hati, para bunga bermekaran menentukan dimana taman indah dengan rumput yang hijau," ucap Karen dengan melihat ke arah dua saudaranya. Dia sedikit berdehem saat Serena matanya mulai jelalatan.

Kembali berusaha fokus, Serena menundukkan kepalanya. Sungguh ini terlalu sulit dilakukan untuk anak delapan tahun. Kata-kata yang berada di dalamnya juga cukup asing, otaknya belum sampai untuk memproses makna yang tersimpan di dalamnya.

Suara terdengar dari arah pintu, raja Zorten muncul tanpa mahkota di kepalanya ia menaikan sudut bibirnya saat melihat tiga orang anak yang sedang belajar.

Dengan jahil, ia berjalan ke arah Serena. Gadis kecil yang ia lihat sedikit memalingkan pandangannya ke arah jendela luar, bibir kecilnya terus mengikuti ucapan Jerry disamping telinganya.

"Kau harus fokus." Raja Zorten menegang bahu kecilnya, mengusap rambut sebahunya.

Serena menaikkan kepalanya hingga mendongak. "Paman?" tanya Serena dengan lembut.

"Ikutilah kakakmu dulu," ucap raja Zorten agar Karen menyelesaikan satu bab dengan lancar. Menunggu beberapa saat untuk dapat berbincang dengan mereka beetiga.

"Semoga dewa dan para leluhur mendoakan Aranda dari jauh," tutup Karen dengan menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa ayahnya telah sampai ke tempat ini sekitar dua puluh menit.

Serena, Jerry bahkan raja Zorten sekalipun ikut menundukkan kepalanya. Sudah jelas bukan seberapa besar pengaruh buku suci ini, bahkan seorang raja juga harus menundukkan kepalanya.

"Apakah ayah memerlukan sesuatu?" Karen menanyakan itu setelah merapihkan buku-buku yang ia bawa ke tempatnya.

Raja Zarton yang sedang asik mengepang rambut Serena itu masih diam di tempat. Telinganya mendengar apa yang menjadi pertanyaan putra bungsunya.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang