51. Mie Panas

842 99 1
                                    


Sedang tranding di #64 fiksi remaja

Terima kasih atas bantuannya ♥️

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Apriliaagar selalu bisa terhubung dengan aktivitas aku 🌼











Happy reading 🧘

∅⁰∅⁰∅







"Ini sangat enak," kata Eren sambil membawa mie di dalam mangkuk ke arah mulutnya dengan bantuan sumpit.

Dara tersenyum, ia juga harus mengambil beberapa mie untuk suaminya. "Jika enak makanlah," titah Dara menambahkan telur rebus ke mangkuk putrinya.

Jeffry mengambil sumpit, ia mulai memakan mie itu dengan wajah senang. Ternyata benar-benar enak, apalagi di luar sedang turun salju yang lumayan lebat.

"Ayah akan langsung membelikan ini untuk kalian, terimalah sebagai hadiah," jelas Sean dengan menyerahkan dua kotak pada anaknya.

Eren langsung mengambil kotak itu dengan semangat. "Hadiah?" tanyanya senang.

Sean yang mendengar itu tersenyum. "Tentu kali ini kau telah melakukan ujian pertama, ayah akan memberikannya."

Sebuah tradisi manis di keluarga Koctha adalah ayah mereka biasa memberikan hadiah pada anak-anak yang baru selesai melakukan tugas atau hal yang besar. Hal itu membuat Jeffry merasa keluarganya selalu ada di sisinya.

"Terima kasih ayah dan ibu," ucap Jeffry dengan mengambil hadiahnya.

Mungkin ayah dan ibunya tidak akan mengutarakan perasaannya pada dirinya secara terang-terangan seperti pada Eren, mereka datang di saat yang tepat. Seperti sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa 'langit tidak perlu mengatakan pada semua orang bahwa ia tinggi' seperti itu juga ayah dan ibunya tidak pernah mengatakan bahwa mereka berdua adalah orang tua yang terbaik.

"Terima kasih ayah dan ibu," ucap Eren mengikuti apa yang kakaknya lakukan.

Dara menganguk, suasana tempat makan ini menjadi hangat. Apalagi dengan tema yang mereka angkat seperti berada di rumah kayu, ini adalah tempat makan yang lumayan populer di kala bangsawan. Jadi beberapa tempat memang di buat untuk mendapatkan privasi.

Jeffry mulai membuka, ia melihat kotak itu ternyata berisi sebuah cincin berlambangkan naga. "Ayah ini?" kata Jeffry kaget, ini bukanlah hal yang bisa ayahnya beri dengan mudah.

Di tahun pertama ayah dan ibunya memberikan pena anti habis, lalu di tahun kedua mereka membelikan kalung dengan liontin elang. Tapi tahun ini kenapa ayah dan ibunya membelikan benda ini.

"Kau telah berusia tujuh belas, kami merasa bahwa kau telah dewasa untuk memilikinya. Jaga baik-baik, kami percaya kau akan menjadi seseorang yang sama hebatnya dengan kami," ungkap Sean dengan cara lembut.

Mungkin Sean ingin anak-anaknya memiliki masa depan yang baik, ia ingin mereka bisa bekerja dengan giat untuk mendapatkan itu semua. Tapi lebih dari itu mereka lebih mengharapkan anak-anak menjadi manusia yang baik.

Itu adalah harapan semua orang tua bagi anak mereka. Eren memeluk kakaknya yang seperti sangat terharu. "Pakailah kakak," ajak Eren pad kakaknya.

Jeffry tersenyum ia mengecup pipi adiknya, ayah dan ibunya. "Terima kasih, aku mencintai kalian semua."

Cincin lambang naga ini adalah salah satu perhiasan keluarga mereka, ini adalah hal yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lebih muda. Ayahnya memakai cincin ini selama bertahun-tahun.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang