13. Ini Pencitraan Duke

3.8K 374 9
                                    

Selamat datang♥️

Cuaca mendung nih dirumah aku, apakah dirumah kalian sama?

Sudah menunggu Roos?

Apa malah pengen ketemu sama kakaknya Serena?

Ayok yang jomblo, kakak Serena ada 14 nih 😂

Jangan lupa untuk vote ♥️









Happy reading 🧘🏻‍♀️







∅⁰∅⁰∅






Kediaman terlihat sepi, beberapa pelayan menyapu halaman dengan santai. Walaupun memiliki banyak anak keluarga duke Yuran bukan tipe keluarga akur yang menunjukkan kasih sayang secara langsung. Beberapa dari mereka hanya sibuk mengurus urusannya masing-masing, sering banyaknya tugas yang diberikan sebagai seorang pangeran.

Serena turun kereta dengan anggun, ia tersenyum ketika melewati para pelayan. Pinggangnya terasa akan patah karena terlalu sering duduk, ingin sekali merenggangkan kedua tangannya tapi ia harus tetap menjaga sikap.

Dilihatnya bahwa para pelayan membersihkan kolam renang dengan beramai-ramai. Ada dari mereka membawa sikat untuk menggosok dasar kolam. Banyak dari mereka tetap mengulas senyum dan sapaan pada dirinya disela-sela kesibukannya.

"Kakak apa yang kau lakukan?"

Kekhawatirannya muncul ketika Bernan mengacak-acak kamarnya, sungguh ia lelah dan ingin tidur tapi sepertinya kakaknya sedang marah saat ini.

"Apa kau sangat menyukai kegiatannya? melupakan aku sampai tak ingat menyapa?" Bernan melayangkan tuduhan dengan mata tajam. Pangeran muda itu dengan kemeja cokelat tua yang dimasukkan ke dalam celana pendek itu sudah menunggunya dengan tangan terlipat.

Menggelengkan kepalanya Serena tak setuju. "Aku merindukanmu, hanya saja bibi Karin harus melakukan pelajaran etika untuk diriku itu yang lama. Ayolah jangan marah aku mengomelinya karena terlalu rindu padamu."

Bohong, mana mungkin ia berani marah pada bibi Karin. Ingat bagaimana bibinya sangat menyukainya, ia sangat terobsesi menjadikannya putri sempurna. Bibi Karin akan berubah menjadi sosok menyeramkan saat mengajar.

Bernan menggusel-gusel kepalanya ke leher Serena. "Aku belum makan," rengek Bernan yang menahan lapar sejak pagi, setelah kejadian di tempat latihan pedang ia langsung menghabiskan sepanjang waktunya untuk berada di kamar Serena.

Kode itu adalah ungkapan dalam bentuk sesuatu yang memaksa. "Ingin bubur stoberi?" Serena bertanya sambil memeluk kakaknya.

"Jika kau yang membuatnya," jawab Bernan antusias dengan wajah malu-malu.

Serena dan Bernan anak kembar yang beda satu tahun. Mereka sedari bayi selalu disamakan, lihat saja saling berpegangan tangan sudah menjadi kebiasaan walaupun hanya pergi ke dapur.

Terkadang Bernan bisa menjadi kakak yang baik, ia sering menghibur Serena yang kesepian. Membantu menghadapi kekesalan Serena ketika sudah terlalu kesal, seperti pesta penyambutan duke empat bulan lalu. Dimana Serena pergi begitu saja meninggalkan meja ruang makan.

"Kakak aku akan masak lepas dulu tanganmu," seru Serena dengan cara lembut. Merasa sedikit pengap dan panas karena dalam posisi berpelukan seperti ini.

Hanya saja kakaknya merasa terusik, ia tak mau melepaskannya. Ia hanya diam dan menatap dingin pelayan yang menatap gemas perlakuan keduanya.

"Baik aku yang mengalah," ucap Serena yang membuat kakaknya tersenyum puas. Ia bahkan mendapatkan ciuman di kening.

Biji gandum yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam panci, dengan ditambahkan susu Serena mengadukan rata dua bahan itu agar tak menggumpal. Biasanya ia melakukan hal itu sebelum api dinyalakan.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang