Sudah tiga hari Nicho tidak bisa dihubungi. Bahkan sekretarisnya pun tidak mengetahui keberadaannya. Setiap hari Chava selalu datang ke kantor, berharap bisa bertemu dengan sang suami.
Chava juga telah mendatangi kediaman mertuanya. Namun ternyata Layla dan Chandra sedang berada di Yogya. Di rumah itu hanya ada dua orang asisten rumah tangga yang menjaga rumah.
Padahal kondisi Chava sendiri cukup lemah. Dalam keaadaan seperti itu, ia memilih untuk bertahan di rumah tanpa mengadu pada siapapun selain Tuhan. Ia hanya berharap bisa bertemu dengan Nicho dan mencari solusi agar ada jalan keluarnya. Chava tidak sanggup jika harus menanggung semuanya seorang diri.
Malam ini Chava memutuskan untuk mendatangi rumah Anna. Ia rasa, Anna adalah orang yang tepat untuk menjadi teman curhatnya. Siapa tahu Anna bisa memberi saran untuk hubungannya dan Nicho.
Meski beberapa kali perutnya mengalami kram dan nyeri, namun itu tidak menghalangi niatnya. Tidak akan ada yang berubah jika ia hanya berdiam diri.
...
Anna mengantar Nicho sampai ke teteras depan rumahnya. Seharian ini Nicho telah menghabiskan waktu untuk bermain dengan Rafa. Tidak hanya itu, ia juga sedikit curhat pada Anna mengenai hubungannya dengan Chava.
"Makasih ya An."
Anna tersenyum. "Sama-sama."
"Ya sudah aku pamit ya."
Ketika Nicho hendak menuju mobilnya, tiba-tiba Anna menahan tangannya.
"Perasaan aku masih sama, Nicho."
"An—"
"Kenapa semuanya berubah dalam sekejap? Apa ngga ada sedikit pun yang kamu ingat mengenai hubungan kita?"
Nicho menggeleng. "An maaf."
Nicho memang sama sekali tidak mengingatnya sedikit pun. Mengapa tiba-tiba Anna membahas tentang hubungan mereka. Dan juga—apa katanya tadi? Perasaannya masih sama?
"Aku mau mastiin satu hal."
Tanpa diduga Anna tiba-tiba mencium bibir Nicho sembari mengalungkan tangan di lehernya. Nicho hanya bisa mematung. Otaknya seperti lamban untuk merespon, bahkan ketika Anna mulai melumat bibirnya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang tengah menyaksikan hal tersebut.
"Mas Nicho," panggilnya dengan suara bergetar.
Nicho langsung tersadar dan mendorong punggung Anna sampai melepaskan tautannya. Ketika menoleh, ia mendapati Chava berada beberapa meter darinya dengan wajah pucat dan peluh keringat yang menghiasi keningnya.
Nicho langsung mendekati Chava, sedangkan Anna membekap mulutnya setelah menyadari kebodohan besar yang baru saja dibuatnya.
"Cha, ini gak sepeti yang kamu lihat. A—aku bisa jelasin semuanya."
Chava mulai terisak. "Chava kecewa Mas. Chava ngerti Mas Nicho belum bisa menerima anak kita. Chava cari Mas Nicho kemana-mana supaya kita bisa omongin jalan keluarnya."
Nicho memegang kedua bahu Chava yang bergetar. "Cha, please dengerin aku ya—"
"Tapi apa yang Chava lihat barusan? Mas Nicho udah ngehianatin Chava dan anak ini."
"Akhh," ringis Chava memegangi perutnya. Satu tangannya lagi meremas kuat ujung kaos Nicho.
"Cha kamu kenapa?"
Pandangan Nicho tertuju pada aliran darah di betis Chava yang saat ini sedang mengenakan dress selutut berwarna putih.
Akhirnya tubuh Chava lunglai tak sadarkan diri. Nicho menangkap tubuh ringkih itu. Memanggil-manggil namanya, berharap sang istri baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)
Romance(18+) Ketenangan hidup Nicho mulai terkisis semenjak hadirnya gadis ingusan bernama Chava ke dalam hidupnya. Bahkan adik dari sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya di hari pertama mereka bertemu. Gila memang.