30 - Malam Pertama

37.9K 1K 22
                                    

Maaf ya guys, aku akan mempercepat alurnya.
...

Sore ini langit begitu cerah. Udara terasa lebih sejuk karena matahari yang tertutupi oleh awan.

Tak terasa Nicho telah sampai pada tahap memakaikan cincin pernikahan di jari manis Chava. Ya, mereka baru saja melaksanakan ijab kobul. Saat ini keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Bergantian, kini giliran Chava yang memasangkan cincin yang ukurannya sedikit lebih besar dari miliknya, di jari manis Nicho. Setelahnya, Chava mencium punggung tangan tersebut. Nicho pun melakukan hal yang sama pada kening Chava.

Chava melengkungkan seyumnya. Walau agak kaku, Nicho tetap membalas senyum itu. Setidaknya ia harus membiasakan diri. Karena mulai esok, ia yakin senyum itulah yang akan dilihatnya pertamakali ketika membuka mata.

"I love you," bisik Chava.

Nicho membalasnya dengan bisikan juga, "Terimakasih, aku berjanji akan belajar membalas cinta kamu."

Chava mengangguk dengan senyum yang semakin melebar. Chava akan menunggunya.

Chava tidak pernah berpikiran buruk tentang nasib pernikahannya nanti. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah seputar kebahagiaan, karena ia berhasil mendapatkan Nicho sebagai suaminya. Chava yang dulu sama sekali tidak berpengalaman soal cinta, kini malah dibutakan oleh cinta. Apapun ia lakukan demi orang yang dicintainya. Bahkan tanpa mendapatkan balasan atas rasa tersebut, dengan ikhlas Chava terhanyut sampai ke tahap pernikahan.

Seorang laki-laki hampir saja mengeluarkan pistolnya secara keseluruhan dari saku jaketnya. Namin secara tiba-tiba ada yang menariknya menjauhi tempat tersebut. Tarikan tersebut berhenti di balik pilar besar nan tinggi yang menjadi penyangga sebuah balkon yang ada di rumah besar tersebut.

"Aku mohon jangan merusak kebahagiaan mereka," lirih seorang wanita yang menarik laki-laki tadi.

"Dia pantas mati. Aku ingin menembaknya tepat di kepala dan dadanya, agar dia tahu apa itu 'sakit'!"

"Jangan, kumohon ...." Wanita itu menyatukan kedua telapak tangannya di deoan dada. Bahunya bergetar karena tangisnya tak lagi dapat dibendung.

Laki-laki yang membawa pistol tadi pun membawa wanita itu ke dalam dekapannya. Mengusap lembut punggung dan puncak kepalanya, agar lebih tenang.

"Ck, mengapa di sini hanya kamu yang hancur. Seharusnya dia merasakan sakit yang lebih dari apa yang kamu rasakan."

"Baiklah. Setidaknya untuk sekarang aku masih memberi sedikit waktu untuknya bersenang-senang. Ya, hanya sedikit waktu yang kuberikan padanya." Laki-laki itu menatap penuh dendam dan kebencian pada salah satu dari sepasang pengantin yang sedang menjadi pusat perhatian di pelaminan sana.

...

Nicho duduk di sofa sambil bertopang kaki--memperhatikan Chava yang terlelap di ranjang dengan wajah datarnya. Sesekali laki-laki itu menyesap rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu perlahan menyemburkan asap putih dari celah bibirnya.

Ini adalah malam pengantin mereka. Biasanya malam itu adalah malam yang dinanti-nanti oleh setiap pasangan yang baru menikah. Saat dimana terjadinya penyatuan antara dua insan yang berbeda. Namun nyatanya itu semua tidak terjadi pada pasangan Chava dan Nicho. Tadi Chava ketiduran karenaa terlalu lama menunggu Nicho yang tak kunjung keluar dafi kamar mandi.

Kini Nicho sibuk dengan pikirannya sendiri. Sejak Ray mengatakan satu rahasia besar tentang Chava, sehari sebelum pernikahan diadakan. Fakta tersebut membuatnya kecewa, marah, dan merasa ragu. Apakah ia bisa menerimanya? Tadi saja Nicho sengaja berlama-lama di kamar mandi agar Chava tidur lebih dulu.

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang