27 - Pertemuan Panas

38.6K 1.4K 63
                                    

Nicho dan Chava jalan bergandengan menuju ruang keluarga. Dari pintu masuk saja mereka telah mendengar betapa berisiknya keadaan di dalam sana.

"Assalamualaikum," ucap Nicho yang dibeo oleh Chava.

"Nicho," panggil salah seorang wanita yang tiba-tiba saja langsung berlari memeluk tubuh Nicho. Chava sampai terdorong dan gandengannya pada lengan Nicho terlepas.

Chava menatap Nicho seakan bertanya, dia siapa?

...

Wanita berambut pirang itu melepaskan pelukannya, namun tidak lantas memjauh dari Nico. Tanganya denga santai bertengger di bahu Nicho dan yang satunya lagi bergerak menakup sisi wajah laki-laki itu.

"I miss u so bad. Sudah lama kita lost contact."

"Ah ya," hanya itu yang keluar dari mulut Nicho. Sebenarnya ia merasa jengah dengan teman kecilnya itu, namun ia tetap menampilkan senyum kecil untuk menjaga tata krama di hadapan keluarga besarnya.

"Gimana Le, Selly tambah catik 'kan. Model terkenal loh dia sekarang."

Nicho hanya menganggukkan kepalanya. Ia menoleh pada Chava yang juga menatapnya. Hidunganya memerah, sepertinya gadis itu cemburu dengan Selly. Tak ingin berlama-lama, Nicho pun meraih tangan Chava dan membawanya ke hadapan sanak saudaranya yang duduk di sofa.

"Assalamualaikum. Langsung saja, sebenarnya tujuan saya mengundang kalian ke sini adalah untuk memperkenalkan calon istri saya." Nicho merasakan genggaman Chava yang semakin memgerat. Tidak heran, Chava pasti merasa terintimidasi oleh tatapan tidak suka dari beberapa di antara mereka. Rupanya nyali Chava bisa ciut juga.

"Nicho, tidak usah terburu-buru, biarkan Chava duduk dulu," ucap Layla. Wanita berambut sepunggung itu menepuk tempat di sisinya yang kosong. "Sini Cha, duduk samping tante."

Chava mengangguk. "Iya tante."

Nicho ikut duduk di samping Chava karena spase tersebut cukup untuk dua orang. Eyang Diah dan Selly juga kembali duduk di tempat masing-masing.

"Ayo perkenalkan diri kamu, Cha," titah Layla.

Duh, perasaan waktu ospek sekolah gak setegang ini, batin Chava.

"Kenalin, nama aku Chava Red Savier, biasa dipanggil Chava, lulusan SMK jurusan tata boga, cita-cita jadi istri idaman," Chava mengatakannya dengan begitu cepat seperti seorang rapper.

Hal itu mengundang gelak tawa beberapa di antara mereka. "Kamu gemes banget sih. Santai aja, kita gak gigit kok," ucap salah seororang wanita paruh baya yang sepertinya seumuran dengan Layla.

"Hahaha. Oh iya, Chava ini anak dari sahabatku. Pinter masak loh dia," ucap Chandra seakan sedang mempromosikan Chava.

"Calon istrimu kelihatannya masih muda sekali, Nich."

"Memang Pak De Bima."

Dari gerak-geringnya, kentara sekali bahwa Selly, ibunya, Eyang Diah, dan beberapa saudara Nicho lainnya tidak menyukai kehadiran Chava.

"Sebelumnya Pak De kira kamu mau ngenalin Selly sebagai calon istrimu Le, ternyata bawa calon sendiri toh."

"Saya sendiri gak tahu kenapa Selly bisa ada di sini Pak De."

"Eyang yang mengundangnya," ucap Eyang Diah, "seperti yang Eyang katakan, Eyang akan mencarikanmu calon istri Le. Sepertinya Selly lebih cocok denganmu dari pada bocah itu." Eyang Diah menunjuk Chava menggunakan dagunya.

"Bu, Nicho 'kan sudah punya calonnya sendiri," ucap Layla.

"Tapi Ibu tidak suka, Layla."

"Benar kata Layla, Bu. Nicho sudah dewasa untuk menentukan pilihannya." Bima mendukung ucapan adiknya-Layla.

Eyang Diah tampak tak mau kalah. "Ada apa dengan kalian? Kalian bisa lihat sendiri perbandingan antara Selly dan anak itu, bukan?"

"Bu, bukankah seharusnya kita bersyukur karena akhirnya Nicho membawa calonnya ke hadapan kita?
Lagi pula Nicho mengumpulkan kita di sini memang untuk memperkenalkan Chava sebagai calon istrinya. Itu membuktikan kalau Nicho serius dengan keputusannya." Akhirnya Chandra membuka suara setelah lama bungkam.

"Benar itu Bu," tambah Bima.

Tiba-tiba ibu dari Selly berdiri. Dari ekspresinya wanita itu terlihat memaksakan senyumnya untuk menyamarkan emosinya. Keberadaan diri

"Sebelumnya maaf karena saya menyela pembicaraan kalian. Sepertinya saya dan anak saya tidak seharusnya berada di sini. Karena itu, permisi pulang." Beliau beralih menatap Eyang Diah. "Bu, saya permisi. Ayo Selly."

"Sarah tunggu sarah."

Tanpa menghiraukan panggilan dari Eyang Diah, wanita bernama sarah itu tetap melangkah pergi sembari menarik tangan Selly keluar dari bangunan tersebut.

"Ma ... aku gak mau pergi."

Sesampainya di luar Sarah langsung melepaskan tangan Selly begitu saja. Selly pun menggibas-gibaskan tangannya yang memerah.

"Sakit tau Ma."

"Kalau kita tetap berada di sana, itu sama saja kita menyerahkan diri untuk diinjak-injak."

"Tapi 'kan Eyang Diah udah janji buat jodohin aku sama Nicho."

"Kamu ini bodoh atau gimana, sih. Jelas-jelas dari dulu sampai sekarang, Nicho tuh gak suka sama kamu. Kalau bukan karena nenek tua itu yang ngundang, Mama ogah datang ke sini."

Selly menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Aku mau Nicho ..." rengek Selly.

Sarah jengah dengan sikap Selly yang kekanakan. Beliau pun meninggalkannya menuju mobil. Masa bodo dengan sang anak yang terus memanggilnya.

"Ma, Mama ... ih ko ninggalin, sih."

Keadaan di dalam semakin panas karena amukkan Eyang Diah.

"Ini gara-gara kamu!" Eyang Diah menunjuk-nunjuk wajah Chava.

"Stop Eyang." Lerai Nicho. "Chava gak salah. Lagi pula mereka tidak punya kepentingan apapun di sini."

"Nicho, kamu ngelawan Eyang kaya gini pasti gara-gara bocah itu 'kan."

"Bukan, ini karena Eyang sudah kelewatan."

Tiba-tiba Chava mengajukan pertanyaan yang langsung mencairkan suasana. "Eyang, Chava harus apa biar Eyang gak galak lagi?"

"Apa-apaan kamu bilang saya galak?!"

"Tuh 'kan galak."

Bima yang berada di dekat Eyang Diah merangkul ibunya tersebut agar lebih tenang. Sudut bibirnya berkedut menahan tawa.

"Ibu mbo yang tenang toh, kalau gak mau dibilang galak."

"Bagus Cha," bisik Layla.

"Hehehe."

...

Gajelas bngt sumpah😭😭

Kalau ada typo/nama ketuker tegur aja ya guys.

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang