Chava terbangun dari tidurnya karena mendengar suara benda jatuh dari sekitarnya. Setelah membuka mata--disambut silaunya cahaya ruangan--ternyata suara tersebut disebabkan oleh koper Anna yang terjatuh.
"Kak Anna mau ke mana?" tanya Chava dengan suara serak khas bangun tidur. Saat ini ia merada di kamar Anna. Chava menepati ucapannya semalam untuk menemani Anna yang katanya sedang tidak enak badan.
"Cha, maaf ya, kamu jadi kebangun," ucap Anna sembari mendirikan kopernya.
"Gapapa Kak." Chava mengubah posisinya menjadi duduk. "Kak Anna mau ke mana? Matahari aja belum nongol loh."
"Aku mau pulang Cha, karena pekerjaanku di sini sudah beres."
"Memangnya Kak Anna sudah enakan?" khawatir Chava.
Anna tersenyum, lalu mengangguk.
"Yahhh, padahal Chava mau ajak Kak Anna ke rumah eyangnya Om Nicho, tau."
"Kamu serius?" Chava mengangguk.
Tiba-tiba saja pipi Chava bersemu merah. Gelagatnya menunjukkan seperti seseorang yang baru saja tertimpa uang ratusan dollar. Chava memelintir ujung selimut untuk melampiaskan gejolak di hatinya.
"Om Nicho mau ngenalin Chava ke keluarga besarnya Kak," ucap Chava malu-malu. Ck, sejak kapan urat malu Chava menyatu kembali?
Anna tersenyum. "Wah, bagus dong."
"Iya, tapi Chava takut ketemu eyang galak. Tadinya Chava mau ajak Kak Anna buat temenin Chava."
Anna berjalan menghampiri Chava. Wanita itu duduk di tepi ranjang. "Maaf ya Cha, tapi aku harus pulang. Semalam kakakku nelfon--katanya Rafa minta aku supaya pulang cepat."
"Yaudah gapapa Kak. Mungkin Rafa kangen sama Kak Anna."
Anna mengusap-usap bahu Chava sebari tersenyum. "Semangat ya."
Chava mengangguk. Tanpa diduga ia meraih bahu Anna dan memeluknya.
"Chava degdegan kak."
"Itu tandanya kamu masih hidup."
"Ih ... bukan gitu," rengek Chava, "ini tuh degdegannya sampe yang dung dung dung gitu." Sungguh penjelasan yang tidak memiliki titik cerah.
"Hahaha, kamu tuh ada-ada aja." Anna melepaskan pelukannya.
"Kak."
"Iya?"
"Waktu Kak Anna dikenalin ke keluarga papanya Rafa--apa yang kakak rasakan?"
Anna terdiam. Ia tahu Chava tidak bermaksud menyingungnya. Bahkan Anna yakin gadis muda itu tidak tahu menahu tentang ayah dari anaknya.
Dengan nada rendah--Anna akhirnya Anna membuka suara. "Aku gak pernah merasakan itu Cha."
Alis terbal Chava bertaurtan karena bigung. Pikirnya, bagaimana bisa menikah tanpa diperkenalkan kepada keluarga? Apakah Anna dan suaminya melakukan kawin lari. Tapi itu tidak mungkin. Di mata Chava Anna adalah wanita cerdas dan elegant, jadi itu tidak mungin. Lagian lari kan cape.
"Aku tidak pernah menikah dengan papanya Rafa." Anna rasa Chava mengerti.
"Maaf kak, Chava gak tahu," ringis Chava tidak enak hati. See, sebagai seorang perempuan Chava masih cukup peka, bukan?
"Tidak apa-apa Cha. Oh iya, kamu lanjut tidur saja sana. Semalam kamu sibuk kompresin keningku padahal aku gak demam, hahaha. Saranku--ya walaupun aku gak berpengalaman--kamu coba releks aja Cha. Aku rasa mereka akan suka kamu yang apa adanya."
"Kalau eyang galak tetep gak suka?"
"Gak usah fokus ke sana. Yang ngelamar kamu kan Nicho, bukan eyangnya."
"Hihihi, iya juga ya Kak." Entah kenapa Mood Chava terasa membaik setelah mendengarkan saran dari Anna. Chava jadi semakin nyaman berteman dengan sekretaris Nicho tersebut.
"Ya sudah, aku pamit ya Cha."
"Iya Kak, hati-hati ya." Anna mengangguk, tentu diiringi dengan senyumnya.
"Kak Anna," panggil Chava saat Anna akan membuka pintu.
"Kenapa Cha?"
"Tolong bilangin Om Tara ya Kak, kalau jemur sempak segitiga jangan di pagar balkon. Itu ganggu pemandangan dari kamar Chava."
...
Aku gada ahlak emang. Upload kadang-kadang. Pagi buta lagi😆
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)
Romance(18+) Ketenangan hidup Nicho mulai terkisis semenjak hadirnya gadis ingusan bernama Chava ke dalam hidupnya. Bahkan adik dari sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya di hari pertama mereka bertemu. Gila memang.