28 - Sayang

27K 1.1K 49
                                    

🛇HATI-HATI SAKIT MATA LIHAT TYPO🚫
...

Nicho disambut baik oleh kedua orang tua Chava saat mengantar gadis itu pulang ke kediamannya. Tak hanyya itu, ia juga tidak bisa menolak ketika Sofia mengajaknya untuk makan malam terlebih dahulu.

Maka di sinilah Nicho sekarang. Duduk di sisi Chava yang melayaninya--menyendokkan nasi serta lauk pauk--layaknya yang dilakukan figur seorang istri pada suami. Persis seperti yang dilakukan Sofia dan Windy pada suami mereka masing-masing.

"Diabisin ya Om, kalau enggak nanti nasinya nangis. Iya 'kan, Dad," ucap Chava meminta konfismasi dari dadynya.

Rama pun mengangguk sembari terkekeh.

Mereka makan dalam diam, mengikuti tata krama sebagaimana mestinya. Seusai itu, barulah Chava kembali bersuara. Sudah tak sabar memberitahu suatu kabar yang membagahiakan untuknya--pada orang tuanya.

"Oh iya Dad, Mom, Chava punya kabar gembira lho." Chava mengatakannya sembari menyengir lucu.

"Kabar apa sayang?" tanya Rama.

Chava menoleh pada Nicho. Ia meraih tangan Nicho yang bertengger apik di gagang gelas, lalu menggenggamnya.

"Tadi pagi Mas Nicho udah ngenalin Chava ke keluarga besarnya--sebagai calon istri." Wajah Chava berseri-seri saat mengatakannya.

Ucapan Chava barusan sukses menuai tatapan terkejut dari yang lainnya. Ray yang sedang meneguk air putih saja sampai tersedak. Untung ada Windy yang dengan sigap mengusap-usap punggungnya.

Rama mengangguk--masih menunggu penjelasan selanjutnya.

"Chava dan Mas Nicho akan menikah, Dad."

"Benar begitu, Nicho?" tanya Rama.

Kenapa pake deg-degan gini, sih? batin Nicho.

Padahal itu bukan pertanyaan sulit. Ia hanya tinggal menjawab apa adanya--seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tapi mengapa detak jantungnya harus sehebat ini? Seperti habis lari marathon saja.

Ternyata Chava menyadari kegugupan Nicho. Tangan laki-laki yang berada digenggamannya itu terasa dingin dan sedikit bergetar. Chava pun mengeratkan genggamannya--menggunakam ibu jarinya untuk mengusap punggung tangan calon suaminya itu--agar sedikit lebih tenang.

Rupanya hal itu cukup berefek. Nicho pun berangsur lebih tenang dari sebelumnya.

mengangguk pelan. "Benar Om. Saya sangat berharap, Om dan Tante merestui hubungan kami."

"Apa tidak terlalu dini, Cha? Umur kamu saja baru mau menginjak sembilan belas tahun."

"Mau cepet-cepet jadi emak-emak dia, Dad," sela Ray.

"Wah, secara nggak langsung Abang ngatain Kak Windy sama Momy 'emak-emak' dong," ucap Chava.

Windy langsung menghadiahi Ray berupa cubitan di pinggangnya.

"Ssshh, ampun yang," ringis Ray-- mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan--membentuk seperti huruf 'V'.

Chava menjulurkan lidahnya pada Ray.

"Chava, pertanyaan Dady belum kamu jawab lho," ucap Sofia guna mengingatkan Chava.

"Chava seriuslah Mom, Dad. Malah saking seriusnya, sampe diseriusin balik sama Mas Nicho. Chava juga gak ngerasa ada masalah soal umur. L"

"Nich, lo gak lagi khilaf 'kan?" tanya Ray kurang yakin.

Nicho menggeleng. "Sama sekali nggak, Ray. Gue serius."

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang