Setelah lima hari dirawat inap, akhirnya hari ini Rafa sudah diperbolehkan untuk pulang. Nicho pun sudah mendapatkan izin dari Anna agar Rafa tinggal di rumahnya untuk seminggu ke depan. Nicho ingin melakukan pendekatan lebih pada puteranya tersebut. Walau selama ini mereka cukup dekat, namun tetap saja, rasanya sudah banyak momen kebersamaam yang terlewatkan karena ketidaktahuan.
Sekalian, Nicho ingin Rafa tahu bahwa ialah ayah kandungnya. Sosok yang selama ini Rafa tunggu kepulangannya. Sudah saatnya Rafa tahu semuanya. Tidak perlu ada yang ditunda-tunda lagi.
"Tara! Ini kamaf Rafa. Rafa suka?" ucap Chava riang setelah membuka pintu kamar yang letaknya hanya beberapa langkah dari kamarnya dan Nicho.
Mata Rafa berbinar melihat kamar bernuansa biru muda itu. Di dindingnya terdapat lukisan astronomi berupa susunan planet.
Kamar itu juga dilengkapi dengan meja belajar, lengkap dengan peralatan menulis, ring basket berukuran kecil, dan yang paling menarik perhatian Rafa adalah meja lukis dan alat-alatnya. Itu semua Chava yang mempersiapkannya beberapa hari ini."Rafa suka banget Kak." Rafa tersenyum lebar. Anak itu maju memeluk pinggang Chava.
"Makasih Kak Chava."
"Sama-sama."
Tiba-tiba tubuh Rafa terangkat. Ternyata Nicho-lah pelakunya. "Nah, Rafa 'kan suka sama kamarnya, gimana kalau sekarang Rafa coba bobo di sini. Rafa harus istirahat biar cepet sembuh."
Nicho membawa Rafa memasuki kamar tersebut.
"Tapi Om Nicho sama Kak Chava temenin Rafa bobo," pinta Rafa ketika Nicho membaringkannya di ranjang.
Otomatis Nicho dan Chava saling bertukar pandang.
Chava menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Ayo."
Chava sudah mengambil tempat di samping kanan Rafa. Disusul Nicho yang membaringkan tubuhnya di samping kiri Chava.
"Rafa, Om mau tanya," ucap Nicho.
"Tanya apa Om?" Rafa menatap Nicho dengan tatapan polosnya.
Maafkan Papa karena baru mengetahui keberadaan kamu, nak, lirih Nicho dalam hati.
"Semisalnya papa Rafa kembali, apa Rafa senang?"
Rafa mengangguk semangat. "Rafa senang ... banget, Om."
Sorot mata Nicho berubah menjadi sendu. "Lalu, apa yang akan Rafa lakukan kalau papa ada di hadapan Rafa?" Suara Nicho berubah menjadi sedikit parau.
"Rafa mau peluk papa Rafa." Tangan Rafa bergerak memeluk udara di hadapannya. "Terus Rafa gak bolehin papa pergi lagi. Papa di rumah aja main sama Rafa. Gapapa papa gak beliin Rafa mainan. Rafa cuma mau papa pulang. Rafa bakalan kenalin papa ke Bimo, biar dia gak ejek Rafa lagi—"
Dekapan erat Nicho secara tiba-tiba membuat Rafa menghentikam rentetannya.
"Papa janji gak akan pergi lagi. Papa akan selalu ada untuk Rafa," ucap Nicho yang diam-diam meneteskan air mata.
Chava pun turut merasakan apa yang suaminya itu rasakan. Untuk pertamakalinya ia melihat Nicho menitihkan air mata. Chava tidak mencegah air mata yang mengalir semakin deras tersebut, karena ia tahu itu adalah air mata haru kebahagiaan.
Rafa kebingungan di dalam dekapan Nicho. Ada apa dengan Om Nicho-nya?
"Om adalah Papa kamu sayang. Papa minta maaf baru memberitahu kamu sekarang." Tangan besar Nicho bergerak mengusap-usap kepala Rafa.
Rafa mendongakkan kepalanya menatap Nicho. "Jadi Om Nicho Papanya Rafa?"
Nicho mengusap air matanya. Ia mengangguk seraya tersenyum lebar. "Iya sayang. Mulai sekarang jangan panggil Om lagi ya, panggilnya 'Papa'."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)
Romance(18+) Ketenangan hidup Nicho mulai terkisis semenjak hadirnya gadis ingusan bernama Chava ke dalam hidupnya. Bahkan adik dari sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya di hari pertama mereka bertemu. Gila memang.