"Bagaimana? Lanjut?" tanya Nicho.
Tanpa diduga Chava mengalungkan tangannya di leher Nicho. "Tentu, ini menarik."
...
"Ayo, kenapa diam?" tanya Chava seperti sedang menantang.
"Kamu menantang saya?" Chava mengangguk. Sudut bibir Nicho terangkat sebelah.
Nicho mempersempir jaraknya--Mendekatkan wajahnya hingga puncak hidungnya mengenai pipi Chava. Kemudian menggesek-geseknya perlahan.
"Pendek." Ya, tinggi Chava yang hanya sebatas dadanya membuat Nicho merasakan pegal di lehernya karena harus menunduk.
Chava terkekeh. Ia mengecup singkat bibir Nicho. "Tapi gampang meluknya."
Raut wajah Nicho tidak menunjukkan keterkejutan seperti biasanya, ketika Chava menciumnya.
"Sudah berapa kali kamu mencium saya?"
Chava berpikir sejenak. "Chava gak ngitung Om," ucapnya sembari menggelengkan kepalanya. Ya, itu karena Chava terlalu sering mencium Nicho, tanpa izin pula.
"Baiklah." Nicho menarik pinggang Chava sampai tubuh mereka berhimpitan. "Sekarang giliran saya."
Nicho mencium bibir Chava dengan rakus. Meraup dan menggigitnya gemas tanpa ampun. Akhirnya ia bisa merasakan bibir sexy yang sering menciumnya seenak jidat tanpa setujuannya tersebut. Tapi setelah merasakannya, ternyata memang enak. Tau begini, Nicho tidak akan jual mahal.
Chava membalas ciuman Nicho dengan terburu-buru, ingin menyeimbangi Nicho yang brutal. Kentara sekali bahwa ia tidak berpengalaman dalam berciuman. Yang sudah-sudah, Chava hanya mengecup bibir Nicho, tidak sampai ketahap seperti yang Nicho lakukan sekarang.
"Pelan-pelan saja," ucap Nicho disela ciumannya. Mengimbangi Chava yang masih pemula. Namun sepertinya gadis itu cepat belajar, karena Chava perlahan Chava mulai bisa mengimbangi Nicho.
Nicho memang tidak pernah berpacaran seumur hidupnya. Namun bukan berarti ia tidak pernah merasakan apa itu ciuman. Saat menempuh pendidikan di Jerman, ia sering melakukannya dengan perempuan random yang ditemuinya di club malam.
Perlahan Nicho menggiring tubuh Chava menuju ranjang. Tanpa melepaskan ciumannya, perlahan Nicho merebahkan tubuh Chava. Mengungkuh tubuh itu di bawah kendalinya.
'Tingnung-tingnung'
Suara bel membuat Nicho menghentikan aktivitasnya. Ia menggeram kesal. Manusia mana yang datang jam segini bertamu ke kamar orang.
Dengan berat hati Nicho berguling ke kamping. Membiarkan Chava beranjak membukakan pintu.
Saat pintu terbuka, tiba-tiba sekelompok orang yang diduga polisi langsung masuk ke dalam kamarnya. Ada satu orang yang memegang kamera, sepertinya jurnalis.
"Kalian sedang apa, hah?" ucap salah satu laki-laki diantara orang itu. Sepertinya beliau pemimpin regu tersebut.
Mendengar itu, reflek Nicho beranjak bangun. Wajahnya langsung pucat pasi karena panik bukan main. Dari ciri-cirinya, ia yakin mereka adalah polisi yang sering ditontonnya di salah satu stasiun televisi.
Tanpa izin, beberapa dari mereka menggeledah kamar. Juga menggeledah tubuh Nicho dan Chava.
"Apa hubungan kalian?" tanya sang komandan.
"Chava calon istrinya Om Nicho," jawab Chava.
"Baru calon loh, ini leher kamu merah -merah gini," ucap polisi wanita yang ikut menginstrogasi.
"Tadi digigit Om Nicho," ucap Chava polos yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Nicho. Disaat seperti ini, bisa-bisanya bocah yang akan menjadi istrinya itu mengatakan hal jujur tanpa melihat situasi.
Nicho merasa sangat sial. Urusannya harus tertunda dan kini dipermalukan di hadapan polisi. Ingin rasanya Nicho mengambil pintu ke mana saja mikik Dora Emon untuk melarikan diri. Jangan sampai rekaman video dari jurnalis yang terus menyorotnya dengan kamera itu ditayangkan di televisi. Amit-amit.
"Kamu itu--sebagai calon suami seharusnya kamu menjaga dan melindungi calon istrimu. Bukan malah dirusak." Nicho memejamkan matanya mendengarkan nasihat itu.
"Umur kamu berapa? Sepertinya masih sangat muda?" tanya polisi wanita tadi.
"Mau sembilan belas, Bu."
"Si Mas-nya?" Nicho tidak sadar jika dirinya sedang ditanya. "Mas?" tanyanya lagi."
Nicho mengerjab kaget. "Eh, iya, Bu?"
"Umur Mas-nya berapa?"
"Tiga puluh tiga, Bu."
"Mas-nya kan lebih dewasa, seharusnya bisa lebih bijak membimbing calom istrinya yang masih remaja ini," ucap sang komandan.
"Sekararang kalian ikut kami ke kantor polisi," lanjutnya.
Chava menggandeng tangan Nicho keluar dari kamar, mengikuti langkah polisi yang menggiringnya. Sementara itu, Nicho memenjamkan matanya kuat-kuat sambil ngedumel dalam hati. Mimpi apa ia samai terjebak razia seperti ini.
Mereka menaiki mobil yang biasa digunakan satpol PP untuk patroli. Mobil itu tidak langsung jalan. Sepertinya masih menunggu orang-orang yang diciduk lainnya.
Chava menempatkan dagunya di punggung Nicho. Menatap laki-laki itu dengan senyum. Nicho yang menyadari itu menundukkan kepalanya.
"Senyam-senyum," cibir Nicho.
"Seru, ya."
"Gendeng kamu. Diciduk gini dari mana serunya?"
"Hihihi."
...
Terimakasih telah singgah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)
Romance(18+) Ketenangan hidup Nicho mulai terkisis semenjak hadirnya gadis ingusan bernama Chava ke dalam hidupnya. Bahkan adik dari sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya di hari pertama mereka bertemu. Gila memang.