36 - Penguntit

11K 660 20
                                    

Hanya satu kali tekanan pada remote, gordeng kamar berukuran besar itu pun terbuka. Menyisakan lapisan gordeng tipis berwarna putih, membuat cahaya matahari merembes masuk ke dalam ruangan tersebut.

Chava tersenyum geli melihat Nicho yang merasa terganggu dalam tidurnya. Pria itu reflek meraih selimut—melindungi netranya dari cahaya lalu melanjutkan tidurnya.

Ini memang hari Minggu, jadi tidak ada aktivitas yang harus Nicho kerjaan. Tapi bermalas-malasan seperti ini bukanlah kebiasaan dari pria berkepala tiga tersebut. Biasanya Nicho tetap produktif melakukan olahraga pagi, walau hanya sekedar berlari mengitari komplek perumahan, atau berkutat di ruangan gym yang ada di rumah tersebut.

Chava merangkak menaiki kasur. Ia menyibak sedikit selimut yang dikenakann Nicho, kemudian memasukan kepalanya ke dalam sana.  Chava tersenyum memandangi wajah sang suami yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.

"Mas, Mas Nicho," panggil Chava pelan.

Perlahan Nicho membuka matanya. Karena keadan di dalam selimut gelap, mata Nicho membulat ketika mendapati keberadaan wajah seseorang di hadapannya.

"Setan!" teriak Nicho yang sampai jatuh dari ranjang.

"Hah, mana Mas? Mana setannya?!" tanya Chava yang ikut panik. Celingukan sana-sini mencari keberadaan mahluk yang dimaksud Nicho.

Di bawah sana, Nicho beranjak duduk sambil meringis—memegangi punggungnya yang membentur lantai.

Nicho membuang nafas lega setelah tahu jika yang di hadapannya tadi adalah Chava, bukan mahluk lain.

"Astaga Cha, kamu bikin aku kaget aja."

Chava menoleh menatap Nicho. Jadi penyebab Nicho terkejut adalah dirinya?

Tunggu!

"Jadi yang Mas Nicho maksud Setan itu Chava?" tanya Chava terkejut.

"Eh—ya abisnya kamu ngagetin." Nicho begitu gugup.

Sungguh, itu bukanlah jawaban yang diharapkan oleh Chava. Ia mencebik kesal. Masa iya cantik  bahenol seperti ini dibilang setan. Chava pun langsung beranjak turun dari ranjang.

"Mas Nicho nyebelin!"

Chava menghentak-hentakan kakinya keluar dari kamar.

"Cha, maksud aku gak gitu. Chava dengerin aku dulu—"

Chava sama sekali tidak menghiraukan panggilan Nicho.

Nicho hendak mengejar, namun sayangnya Chava terlanjur pergi. Ia pun hanya bisa menghela nafas pasrah.

...

Chava yang sedang menata makanan di meja dibuat merinding oleh hembusan nafas di lehernya. Apalagi sebuah tangan kekar kini melingkar di perutnya.

"Sayang ..." panggil orang tersebut. Siapa lagi kalau bukan Nicho.

"Aku minta maaf, tadi aku lagi mimpi buruk. Terus kamu tiba-tiba bangunin akunya kaya gitu. Jadinya aku kaget," jelas Nicho sembari menggesek-gesekan hidungnua di ceruk leher Chava.

Dari aroma shampo yang tercium, sepertinya Nicho telah mandi terlebih dahulu. Rambutnya saja masih basah. Chava bisa merasakan tetesan air di kulit punggungnya yang terekspose.

"Maafin aku ya ... please."

Setelah menyelesaikan aktivitasnya, Chava berbalik menghada Nicho. Ia harus mendengakan kepalanya untuk menatap suaminya yang tinggi itu.

"Mimpinya serem banget?"

Nicho mengamgguk dengan tampang memelas.

"Oke, aku maafin. Tapi ada syaratnya."

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang