21 - Tiba-tiba

24K 1.2K 24
                                    

Nicho sedikit ragu saat memasuki kamar inap Chava. Chava menggandengnya untuk duduk di sofa--tidak sabar menanti hal yang ingin Nicho bicarakan. Ia sangat yakin itu menyangkut hubungan mereka.

"Apa yang mau Om Nicho bicarakan?" tanya Chava sembari tersenyum.

Nicho merasakan hawa pasas di sekitarnya, padahal pendingin ruangan terus menyala dengan suhu yang lumayan rendah. Nicho sampai melonggarkan dasi agar menciptakan rongga untuk tubuhnya yang kepanasan. Chava sendiri heran dengan tinkah Nicho.

"Om Nicho kepanasan?" tanya Chava.

Nicho menggaruk tenguknya salah tingkah. "Hmm, sepertinya AC ruangan ini bermasalah," kilahnya.

"Ah masa. Ini udah dingin banget loh Om."

"Ck, lupankan saja." Nicho menggibaskan tangannya. "Mari bicara serius."

"Om mau seriusin Chava?"

"Tolong dengarkan saya dulu," titah Nicho. Menatap serius manik mata Chava.

Chava mengangguk patuh. Ia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Nicho.

Nicho terdiam untuk beberapa saat. Mempertimbangkan keputusan yang akan disampaikan pada Chava. Ia tahu hal ini cukup gila. Nicho sendiri tidak yakin Chava akan menyetujuinya.

Mata Nicho terpejam sesaat, lalu kembali terbuka dengan sorot mata berbeda. Tajam dan sendu diwaktu bersamaan.

"Kamu ingin menjadi istri saya, bukan?" Chava mengangguk. "Kalau begitu--ayo menikah."

Mulut Chava terbuka karena terkejut. Menikah? Tiba-tiba Nicho mengajaknya untuk menikah?

Chava benar-benar terkejut. "O-Om Nicho serius?" Nicho mengangguk.

"Emangnya Om Nicho udah cinta sama Chava?"

"Belum," jawab Nicho jujur.

Chava tersenyum. "Lalu, kenapa Om Nicho mau nikahin Chava?"

"Eyang memasksa saya untuk dijodohkan dengan wanita pilihannya. Hari ini saya berhasil menghindar, tapi tidak tahu kalau besok, atau pun seterusnya."

"Om Nicho terpaksa nikahin Chava segabai pelarian?" dada Chava terasa sesak saat mengatakan hal tersebut.

"Bukan begitu Cha, maksud saya-"

"Chava terima. Chava gak ada alasan untuk nolak Om Nicho. Ini memang tujuan Chava." Chava terkekeh, namun matanya berkaca-kaca. "Chava berhasil."

"Terimakasih," ucap Nicho.

Chava berhambur memeluk Nicho dan dibalas kaku oleh laki-laki itu. Semudah ini? Nicho kira, paling tidak Chava akan meminta waktu untuk menentukan pilihan. Chava sudah dibutakan oleh cintanya. Menutup mata soal Nicho yang terpaksa menikahinya. Membiarkan dirinya terus terjatuh dalam hubungan kelabu tersebut.

'Fyuhhh Fyuhhh'

Chava meniup-niup leher Nicho sampai laki-laki yang baru saja melamarnya iru meringis kegelian.
"Geli Cha."

Chava menghentikan aktivitasnya. Menatap Nicho dengan jarak yang sangat dekat. Ingat pakaian yang dikenakan chava saat ini? Dress model sabrina itu semakin turun dari tempat seharusnya. Memperlihatkan dua aset yang terekspos sebagian. Cukup sulit bagi Nicho untuk mempertahankan bola matanya agar tidak melihat ke bawah.

"Tadi katanya gerah."

Nicho gelagapan--memikirkan alibi yang bisa dipakai agar Chava tidak mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Nicho mengibas-ngibaskan tangannya--berlaga mengecek suhu ruangan.

"Ehm, sudah tidak. Udaranya sudah lebih baik dari pada tadi," alibinya.

"Kalau gitu Om Nicho nginap ya."

Nicho menggeleng kuat. Mana bisa ia menginap satu kamar bersama gadis yang membuat birahinya naik.

"Yah, padahal Chava udah siap," keluh Chava.

"S-siap apa, Cha?" Nicho benar-benar dibuat gugup.

...

Dikit dulu ya ....

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang