41 - Detik akhir

27.1K 879 17
                                    

Resiko memiliki istri yang baru menginjak usia dewasa, Nicho dibuat was-was dengan setiap tingkah laku istrinya. Tentu saja ia senang melihat Chava kembali aktif, namun terkadang istri kecilnya itu sepertinya lupa jika dirinya sedang mengandung buah hatinya.

"No sayang stop, itu bahaya," ucap Nicho memperingati Chava yang sedang menaiki tangga lipat. Sudah tidak terhitung berapa kali pria itu mengatakan hal serupa di setiap harinya.

Untung saja Nicho melihatnya. Kalau tidak, bisa saja terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Nempelin ini aja kok." Dengan polosnya Chava menunjukan bungkusan stiker berbentuk berbagai hewan yang akan ia tempelkan di dinding kamar buah hatinya.

Nicho menggeleng. "No, sayang."

"Nanggung Mas." Chava menghiraukan mengrhiraukan peringatan dari Nicho.

"Pokoknya ngga ada naik-naik kaya gitu." Nada bicara Nicho berubah menjadi sedikit tegas.

Chava menunduk lesu. Padahal ia sangat senang mendekorasi sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa mengelak karena ini demi kebaikannya.

Melihat itu, Nicho pun melembutkan nada bicaranya. "Kamu 'kan bisa minta aku buat pasangin."

Nicho merentangkan tangan, siap menangkap tubuh Chava. Chava pun menurut, ia perlahan turun ke anak tangga paling terakhir kemudian memeluk Nicho dengan posisi badan menyamping karena perut besarnya menghalangi.

Nicho tidak menurunkan Chava. Ia membawanya ke kamar mereka melalui pintu penghubung dari ruangan tersebut.

Kini Chava bersandar di kepala ranjang, sedangkan Nicho berbaring dengan paha Chava sebagai bantalannya.

"Kok malah tiduran, ngga jadi pasang stikernya?" tanya Chava sembari menyisir lembut surai hitam milik Nicho.

"Iya nanti."

Sejenak Nicho memandangi perut besar yang ada di hadapannya. Tangannya perlahan membelai lembut permukaan perut tersebut. Sesekali ia juga mengecupnya.

Ingatan jika dirinya pernah menyia-nyiakan buah hatinya itu membuat Nicho terkadang masih merasakan sesak di dadanya. Untung saja ia masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menebus kesalahannya. Kadungan Chava yang telah menginjak delapan bulan itu pun akhirnya dapat berkembang sehat sebagamana mestinya.

"Sayang, kenapa saat itu kamu tertarik ngedeketin aku? Kamu 'kan tahu umur kita terpaut jauh, emangnya ngga takut?" tanya Nicho tiba-tiba.

"Hmm gimana ya, tiba-tiba Chava langsung jatuh cinta sih. Apalagi Mas Nicho mirip idola Chava Lee Han Gyul." Tangan Chava tidak berhenti membelai rambut halus Nicho.

"Lagian kenapa harus takut? Justru karena Mas Nicho udah berumur, jadi Chava harus gerak cepat dong. Takut kehabisan stok," bisik Chava sembari terkekeh di akhir kalimatnya.

Nicho ikut terkekeh. Jari telunjuk dan jari tengahnya menjepit puncak hidung Chava. "Ada-ada aja kamu."

Setelahnya Nicho meraih tangan Chava dan menggenggamnya. "Makasih banyak kamu sudah hadir di hidup aku. Munkin kalau ngga ada kamu, aku masih jadi Nicho yang ngga punya tujuan hidup dan memandang segala sesuatu dengan sebelah mata. Makasih kamu sudah sangat sabar menghadapi aku."

Chava mengulas senyum tulusnya. "Kalo gitu Chava juga mau bilang makasih deh, karena Mas Nicho udah mau menerima Chava dan anak-anak kita."

"I love you," bisik Nicho.

"I love you too," balas Chava dengan bisikan juga.

...

Anna berjalan tergesah-gesah membawa tumpukan berkas ke ruanngan direktur barunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang