11 - Jealous

30.7K 1.5K 36
                                    

Sayur-sayuran, bumbu dapur, daging sapi, daging ayam, dan ikan. Semua sudah berada di trolli yang sedang Nicho dorong. Sedangkan Chava masih meneliti setiap rak yang dilewatinya.

Dengan sangat amat terpaksa Nicho menuruti kemauan Chava untuk berbelanja. Padahal sebelumnya Nicho sudah mengatakan untuk memesan secara online saja. Biasanya juga seperti itu. Tapi Chava tetap gigih, tahu sendiri bagaimana gigihnya Chava dalam mewujudkan keinginannya, kan?

"Loh, Pak Nicho. Bapak sedang belanja?" Ucap seorang wanita yang tiba-tiba menghampiri Nicho.

Nicho sendiri tidak mengenalnya. "Iya. Maaf, anda siapa ya?"

"Ah, saya Hana karyawan bapak."

Maklum saja, terlalu banyak karyawa di kantor. Tentu Nicho tidah menghapal semuanya.

"Bapak belanja sendiri? wah ternyata bapak mandiri sekali ya, jarang loh laki-laki mau turun ke supermarket."

"Om, mau yang pedas atau-" Chava tidak mendapati Nicho di sampingnya.

Dari kejauhan Chava melihat Nicho sedang berbincang bersama seorang wanita berbaju ketat. Chava mendengus kesal. Ia kembali menaruh ramen instan di rak khusus mie.

Chava menghampiri Nicho. Dengan sengaja Chava mengecup pipinya. Hana terkejut melihatnya.

"Sayang ... ayo, kok malah diam di sini," ucap Chava seakan tidak menyadari bahwa ada orang lain di sana. Chava menoleh pada Hana. "Mbaknya siapa ya? Kalau aku pacarnya Om Nicho," pamer Chava.

"Emm saya ke kasir duluan ya pak," ucap Hana tidak mempedulikan ucapan Chava.

"Hilih, pasti iri," ejek Chava.

"Cha, jangan gitu."

"Terus harus gimana? Diam aja  ngeliat Om Nicho dideketin tante tadi?"

"Dia karyawan saya."

"Bodo amat, Chava gak suka liat Om Nicho balas senyum dia kayak tadi," sungut Chava, "kenapa gak dicuekin aja si."

"Gak sopan."

"Chava gak suka!" Tanpa sadar intonasi Chava meninggi. Orang-orang disekitarnya melihat kearahnya. "Lagian Om Nicho biasanya cuek kok. Tante tadi tuh-"

"CHAVA!!" bentak Nicho, "jaga ucapan kamu. Kamu tidak ada hak apa pun untuk melarang saya!"

Chava tersentak kaget. Ia menyadari mereka menjadi pusat perhatian.

Nicho membuka dompetnya lalu melempar kartu kreditnya ke dalam trolly. "Pulang sendiri," ucapnya datar.

Nicho meninggalkan Chava begitu saja. Chava juga tidak berusaha mencegah. Ia masih shok mendengar bentakan Nicho untuk pertama kalinya. Setelah Ray, Nicho menjadi orang ke-2 yang tega membentaknya.

Sesak di dadanya membuat mata Chava berkaca-kaca, namun Chava menahannya agar tidak menangis di tempat umum. Itu hal buruk. Akan banyak orang yang melihat air matanya, menganggapnya sebagai gadis lemah.

Chava berjalan menuju kasir. Samar-samar terdengar bisikan-bisikan dari pengunjung lainnya.

"Zaman sekarang, kecil-kecil mainnya sama om-om."

"Kasihan ya."

Chava berusaha untuk tetap tegar. Ini bukan apa-apa. Mereka tidak mengenalnya dan tentu tidak mengetahui apa pun tentang dirinya. Jadi Chava tidak perlu memikirkannya.

Chava memesan taxi online. Sepanjang perjalanan, gadis cerewet itu hanya terdiam. Dia hanya mengangguk atau menggeleng ketika supir taxi bertanya.

Ray dan Nicho, dua orang yang sangat disayanginya membentaknya. Membuatnya malu di tempat umum. Tapi Chava tidak bisa marah. Ia sadar atas kesalahannya. Hanya saja Chava masih merasa syok.

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang