34 - Membaik

24.2K 1.1K 97
                                    

Akhirnya bisa hostpot-an kwkwk.
...

Dua pasang kaki saling tindih tak tertutupi selimut. Perlahan sepasang kaki yang ukurannya lebih kecil bergerak karena si empunya mulai terbangun dari tidur nyenyaknya. Masih dengan mata terpejam, wanita muda itu menggeliatkan tubuhnya, hendak mengubah posisi tubuhnya menjadi miring. Namun gerakannya tersebut terhambat oleh suatu beban yang ada di punggung kirinya. Juga  tangan kekar yang melingkar di tubuhnya.

"Huammm." Wanita muda itu menguap kecil.

Perlahan mata itu terbuka. Keadaan kamar yang temaram tidak mengganggu pengelihatannya, sehingga wanita muda itu bisa segera melihat sesuatu yang membuat punggungnya terasa pegal.

"Mas Nicho," ucapnya pelan, dengan suara serak khas bangun tidur.

Di punggungnya, Chava mendapati kepala Nicho dengan rambut berantakan. Chava ingat itu adalah ulahnya semalam. Seketika wajahnya  memanas, dan menimbulkan rona kemerahan di pipinya.

Tiba-tiba Chava merasa ingin buang air kecil. Sebuah kebiasaan setiap dirinya bangun dari tidur. Tanpa ingin mengganggu Nicho yang masih terlelap, perlahan Chava menyingkirkan tangan Nicho dari perutnya. Kemudian, dengan pelan juga Chava memindahkan Nicho ke bantal. Nicho sempat bergerak kecil karena tidurnya terganggu, namun kembali tenang setelah Chava mengelus lembut rambutnya.

Ah, ada satu kendala lagi. Chava harus ke kamar mandi menggunakan selimut, atau tanpa selimut. Jika memakai selimut, Chava harus membiarkan tubuh naked Nicho terpampang. Lalu, haruskah dirinya yang mengalah?

Chava celincukan mencari handuk yang dikenakannya semalam. Ah, ke mana Nicho melemparnya. Mengapa tidak ada.

Hmm, Mas Nicho'kan masih tidur, pikir Chava.

Akhirnya Chava keluar dari selimut, dan langsung berlari secepat mungkin memasuki kamar mandi. Sampai rasa sakit di pangkal pahanya pun diabaikan.

Setelah terdengar suara pintu kamar mandi tertutup, Nicho membuka matanya perlahan sembari terkekeh pelan. Ia melipat kedua tangannya sebagai bantalan.

Sebenarnya Nicho bangun lebih awal dari Chava. Lumayan lama ia memandangi Chava. Mengagumi semua yang ada pada istri kecilnya itu. Bagi Nicho, senakal apapun Chava yang selama ini sering menggoda imannya, di matanya Chava tetaplah wanitanya polos. Terbukti dari apa yang mereka lakukan semalam.

...

Chava baru saja selesai mengolah masakannya. Ia melepas aprone dari tubuhnya, lalu bergegas menuju kamar untuk membangunkan Nicho. Laki-laki itu bisa kesiangan berangkat kerja jika tidak segera dibangunkan. Lagian, tumben sekali Nicho bangun telat. Apa jangan-jangan gara-gara semalam?

Hush! Chava menggelengkan kepalanya agar pikiran kotornya terhempas jauh.

Chava membuka pintu kamar bertepatan dengan Nicho yang juga membukanya dari dalam.

Dug!

"Akhhh."

Mata Chava melebar, terkejut melihat Nicho meringis memegangi hidungnya yang kepentok daun pintu.
Chava segera menyelip masuk ke kamar tanpa melanjutkan membuka pintu, takut Nicho kepentok lagi.

Chava ikut meringis. "Mas Nicho maaf, Chava gak tau. Mas Nicho gapapa?"

Nicho menggeleng. "Nggak, gapapa."

Chava berjinjit. "Sini Chava liat."

Chava menyingkirkan tangan Nicho dari hidungnya, dan mulai memeriksanya. Hidung Nicho baik-baik saja. Tidak ada yang lecet sedikit pun. Chava mengusap hidung Nicho dari pangkal hingga puncak, menggunakan punggung jari telunjuknya.

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang