2. bocah tengil

1.7K 278 110
                                    

om beb, kan baru 2 chap, knp udah kliatan kek capek gitu dah, tante janji utk lapak kali ini om beb ga bakalan jadi korban kdrt yg di lakukan okta, kak febi sama ibu dah, janji, tante beneran janji 🤪😆
liat lobang idung om beb begitu jadi inget omongan okta yg blg bulu idungnya om beb panjang2 sampe keluar dari idung 😅😂

Jihan POV

"Jadwal hari ini mana Lis?" Tanyaku pada Lilis dari internal telepon lalu menutup hubungan telepon tanpa menunggu jawaban darinya.

Tidak lama kemudian sekretaris yang sudah lama bekerja denganku muncul dari balik pintu.
Perempuan berkaca mata tebal itu menghampiri mejaku dengan wajah menunduk.

Tangannya terlihat sedikit gemetar ketika menyerahkan beberapa kertas berisikan jadwal syuting hari ini yang barusan aku minta darinya.

"Kamu kerja udah berapa lama sih sama saya? Masih aja takut-takut kalau di tanyain soal kerjaan?" Tanyaku lagi dan mengamati wajahnya dengan seksama.

"Udah lama bu" Jawabnya pelan sambil mengangguk pelan.

Lilis memang sudah lebih dari lima tahun menjadi sekretarisku, tetapi sikapnya masih saja kaku dan tidak bisa aku tebak.

Kerjaannya memang rapih dan tepat waktu, apapun yang aku suruh pasti di kerjakan dengan baik olehnya, tetapi ya itu tadi, sikapnya masih saja takut dan kesannya menjaga jarak denganku.

Memangnya aku ini apa? Kendaraan besar beroda delapan belas yang harus di jaga jarak apabila berdekatan?

"Kalau udah lama kenapa sikap kamu masih aja begitu ke saya? Gak bisa lebih luwes lagi? At least kasih senyum tipis kek ke saya" Ucapku panjang lebar.

Lilis hanya meringis dengan tangan membetulkan letak kacamatanya yang melorot.

Sepertinya percuma meminta Lilis tersenyum padaku, memang apa susahnya tersenyum sih?
Susah bener bikin hati atasan senang.  Padahal kan dia di gaji. Untung kerjanya bagus dan memuaskan.

"Hari ini Okta syuting iklan pasta gigi?" Tanyaku dengan wajah mendongak menatapnya lurus setelah membolak-balikkan kertas jadwal harian dari model-model di agensi ini.
Jadwal Okta paling atas dari jadwal-jadwal model yang lain jadi aku langsung menanyakannya.

"Iya bu" Jawabnya singkat, Lilis tidak pernah membalas tatapanku apabila sedang berbicara denganku.

"Dia udah datang?" Tanyaku lagi lalu melirik jam tangan di pergelangan tangan.

"Belum bu" Jawab Lilis.

Brakkk!!!

"Jam segini dia belum datang?!" Suaraku meninggi di iringi gebrakan meja kerjaku sehingga membuat Lilis berjengit kaget.

"Tadi saya sudah telpon mas Apri, katanya lagi di perjalanan, Oktanya dari pagi ngambek, mas Apri kewalahan ngebujuknya" Lilis menjelaskan dengan wajah masih menunduk dan terlihat ketakutan.

Padahal bukan dia yang aku marahi, tetapi sikapnya seperti aku sedang memarahinya, kan gak enak kalau di lihat oleh karyawan lainnya, imej aku sebagai atasan jadi lebih tercoreng.

"Bocah tengil itu adatnya jelek banget, untung bawa hoki, coba kalau nggak, Apri bisa gue marahin terus tiap hari" Gerutuku kesal di akhiri dengusan kasar.

"Kenapa bu?" Tanya Lilis.

"Nggak, saya bukan ngomong sama kamu" Jawabku cepat sambil mengibaskan tangan.

"Kamu telponin Apri terus sampe dia muncul di kantor, jadwal Okta syuting ternyata hari ini ada tiga, ya udah kamu balik kerja" Tanganku bergerak mengusirnya lalu jari-jariku mengetuk meja menciptakan suara ketukan dinamis.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang