13. okta kemana?

675 187 73
                                    

frau jihan tuh blm pernah liat om beb pake kaus lengan buntung begini sih, jadinya ga pernah liat klo om beb itu berotot 💪🏼

Apri POV

Wajah Jihan terlihat pucat, aku memandangi kepergiannya sampai punggungnya tidak terlihat di mataku.

"Teddy, Teddy, kaya pernah denger nama Teddy itu di mana ya?" Gumamku sambil masuk ke ruang rias di mana Okta berada.

"Mana pesanan Okta, om beb?" Tangan Okta langsung terulur begitu melihatku.

Reflek aku menepuk kening sendiri.

"Ya ampun, sampe lupa beliin kamu es krim" Ucapku pelan.

"Itu om beli apa?" Tanyanya dengan tangan menunjuk plastik yang aku tenteng.

"Ini kopi buat mbaknya" Jawabku lalu meletakkan plastik berisikan dua es kopi latte ke meja di samping Okta.

"Makasih mas Apri, kopinya buat kita? Kan gak nitip"

"Minum aja mbak" Jawabku cepat sambil tersenyum.

"Tantenya kan gak nitip kopi kok om beliin? Okta yang nitip es krim malah gak di beliin" Okta mencebik.

"Ya kan om lupa, kalau lupa kan gak inget" Kataku membela diri.

"Ihh... om beb mah begitu, udah tua nih om beb suka lupa" Celotehan Okta langsung di sambut suara tawa dari staf-staf yang berada di ruang rias.

"Kamu syuting dulu deh, nanti selesai syuting om beliin es krimnya" Kataku sambil mengacak puncak kepalanya.

"Ihh om beb nihhh..!! Rambut Okta kan udah di rapiin" Okta merengut kesal ke arahku yang sedang berjalan ke arah sofa.

"Sini mbak sisirin lagi rambutnya Okta"
Staf perias yang biasa menangani Okta langsung berjalan mendekati keponakanku.

"Maafin om beb ya tant, manajer Okta itu memang kerjaannya kaya begitu" Okta menegakkan punggungnya dengan tubuh menghadap ke arah kaca.

"Manajer, manajer, om ini om kamu" Ucapku.

"Om kalau di rumah, kalau di sini ya manajer" Balas Okta.

"Okta kalau ngomong tuh pinter banget ya" Terdengar suara salah satu staf perias di iringi kekehan.

"Pinter dong, kecil-kecil gini udah bisa nyari uang sendiri, memangnya manajer Okta itu, sampe tua..."

"Okta rambutnya mau om bikin lebih acak-acakan lagi?" Aku memotong perkataan Okta sebelum dia mulai membullyku di depan banyak orang.

Kelakuannya gak ilang-ilang, ada aja yang bikin aku kesal.

"Dasar manajer gabut, kasian kan tante jadi kerja dua kali, sebagai gantinya nanti om beb beliin tante es krim viennet*a ya, tiga" Okta melirikku tajam.

Gabut, mendengar dari mana lagi Okta istilah itu?

"Hihihi... gak usah Okta, kasian mas Apri beliin sampe tiga"

"Lagian kan mas Apri udah beliin kopi" Lanjut si staf sambil mulai merapikan rambut Okta.

"Gak apa-apa tanteee... lagian siapa suruh ngacak-ngacakin rambut Okta"

"Apa tante mau di beliin yang lain? Takoyaki atau corndog?" Lanjutnya.

Kepalaku menggeleng pelan.
Terus aja Okta bikin om mu ini bangkrut gara-gara sering beliin orang lain makanan atau minuman.

Dasar keponakan gak ada akhlak.

Punggungku menyender ke belakang dengan kepala mendongak, jari tanganku memijit pangkal hidung pelan-pelan.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang