9. baru menyadari sesuatu

705 211 73
                                    

ya ampun om beb manis bgt sihhh 😍😍😍
trs ini knp deh diem gitu? pusing ya pas di antara okta sama frau? 😂

Apri POV

Suara deringan handphone terdengar, Jihan melirik layar handphonenya dengan raut muka kesal.

"Nomor ini lagi" Sungutnya.

Aku menoleh padanya lalu melihat sekitar, Okta kulihat tidak perduli, keponakanku itu terlihat asik mengobrol dengan Lilis di sela-sela makan siang kami.

Jihan lalu melanjutkan makan siangnya setelah memencet tombol on/off handphone miliknya.

Aku bisa melihat kegusaran dari raut wajahnya walau tidak kentara.

Suara deringan kembali terdengar.

"Siapa sih?" Sungutnya kesal.

Suara Jihan menarik perhatian Okta dan Lilis.

"Kenapa bu?" Tanya Lilis sambil menahan kacamatanya yang melorot.

"Gak tau" Jawab Jihan cepat.

"Kalau gak tau ya di jawab dong frau, mungkin aja itu telepon dari pihak yang mau kasih iklan buat Okta" Okta tumben ikut nimbrung tapi wajahnya tidak mendongak.

"Gara-gara frau gak jawab teleponnya, penghasilan Okta jadi berkurang" Lanjut Okta dengan mulut mengerucut.

Aduh mulai lagi ini anak, kakiku berusaha menggapai kaki Okta di bawah meja, tetapi tidak kena karena kedua kaki Okta bergerak-gerak tidak beraturan ketika aku mengecek ke bawah.

"Nyari apa om beb?" Tanya Okta menyadari gelagatku.

"Kamu udah selesai makannya?" Aku balik bertanya agar mengalih perhatian Okta.

"Om beb gak usah ngubah arah pembicaraan deh, memangnya omongan Okta salah?"

"Mungkin aja itu telepon masuk yang mau nawarin Okta iklan" Lanjut Okta.

"Bukan mau nawarin iklan" Kata Jihan cepat memotong kata-kata yang hendak keluar dari mulutku.

"Tau darimana? Kan frau gak jawab teleponnya" Tanya Okta.

"Ya taulah tadi kan saya sempat jawab, tapi gak ada suaranya" Jawab Jihan.

"Tau darimana kalau gak ada suaranya bukan nawarin iklan?" Tanya Okta lagi.

Aku dan Lilis hanya bisa melihat keduanya saling bertanya dan menjawab secara bergantian.

"Ya orang saya halo-haloin gak ada suaranya juga sampai semenitan"

Aku menoleh ke arah Jihan.

"Orang mah nunggu kalau memang gak ada suaranya mungkin aja yang nelpon sinyalnya gak ada"

Aku menoleh ke arah Okta.

Mereka harus di lerai sebelum masalahnya makin kemana-mana.

"Okta mau makan es krim?" Tanyaku mencoba menarik perhatian Okta lagi.

"Gak mungkin gak ada sinyal, yang nelpon langsung menghubungi pakai nomor telepon bukan lewat whatsup"

Aku menoleh ke arah Jihan, atasanku ini malah melanjutkan pembahasannya dengan Okta.

"Kalau dia nelpon lagi di angkat frau, awas aja kalau gak di angkat" Suara Okta terdengar seperti mengancam.

"Ngapain saya angkat? Mungkin aja penelpon iseng" Sahut Jihan.

"Kalau iseng gak mungkin dia nelpon berkali-kali" Kata Okta.

Tanganku menggaruk-garuk rambut belakangku.
Mereka berdua gak ada yang mengalah.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang