34. di godain kak febi dan ibu

716 211 38
                                    

om beb mau kemana pake jas? ihh salah kostum deh, skrg kan musim ujan mending pake jas ujan 😆

Apri POV

"Ahahahaaa... gila ini sih gilaa.. hahahaa..." Kak Febi tertawa lepas sambil sesekali menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya.

Aku hanya merengut melihatnya tidak berhenti tertawa.

"Gilaaa... anak gue bisa-bisa trauma nih liat gue sama Dennis pangku-pangkuan kaya elu..."

"Ah, kenapa musti Okta yang mergokin elu sihhh... hahahaa..."

"Bisa berenti ketawa gak lu kak" Ucapku kesal dengan melempar bantal ke arahnya yang duduk bersila di ranjang tempat tidurku.
Walaupun sedang tertawa aku pikir kak Febi tidak siaga, dia mengelak lemparan bantal yang akhirnya teronggok di belakangnya.

"Kasian mata anak gue ternodai sejak dini aduhhh...sakit perut gue ketawa mulu hahaha..." Kak Febi masih tertawa dengan memegang perutnya.

"Apaan ternodai sih? Dia kan sering liat elu ciuman sama Dennis" Kataku tidak terima karena disalahkan sudah menodai mata Okta.

"Okta emang sering liat gue ciuman sama Dennis tapi gak pernah liat gue pangku-pangkuan kaliii... ah gila ini sih"

"Berisik lu kak" Gerutuku sambil melihat ke arah pintu kamarku yang terbuka lebar, takut-takut suara tawa yang kak Febi ciptakan mampu menarik perhatian ibu atau Okta yang berada di luar sana.

"Kenapa musti Okta yang liat? Coba gue, kan biar kita impas hahahaa..." Lanjut kak Febi masih tertawa.

Melihatnya seperti itu bikin aku semakin kesal bercampur malu, aku mengalihkan pandangan agar kak Febi tidak melihat merahnya wajahku ini.

"Berasa malu kan lu? Gimana gue coba? Padahal kasusnya lebih parahan elu"

"Masih mending yang mergokin anak kecil, coba kalau gue atau ibu, bisa-bisa elu langsung kabur dari rumah sambil kawin lari kali"

"Dih apaan sih kawin lari, hubungan gue sama dia belum mikirin sampe ke situ kali" Balasku.

"Emang hubungan kalian baru sampe mana? Padahal udah ciuman sampe pangku-pangkuan gitu, tarohan deh, burung elu itu pasti udah tegang ngerasain ada yang nekan dari atas"

"Gila lu ya kak?!" Aku kembali melempar bantal ke arahnya dengan cepat, kali ini kak Febi tidak sempat mengelak dan mengenai wajahnya.

Kak Febi malah kembali tertawa.

"Gimana? Enak ciuman pangku-pangkuan gitu? Elu bikin leher dia merah gak? Apa ciumannya sambil remas..."

"Keluar gak lu" Aku berdiri hendak mengusir kak Febi yang arah pembicaraannya sudah melenceng jauh.
Padahal aku menerima kedatangannya ke kamar karena dia ingin meminjam charger handphone.

Boro-boro bikin lehernya merah, yang ada Jihan nyaris bikin leher ini merah kalau Okta tidak muncul.
Wajahku kembali terasa merah. Membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi apabila Okta masih terlelap.

Apakah kami akan kebablasan melakukan sesuatu yang tidak boleh di lakukan?

Aku mengusap wajah dengan kasar. Gila! Pikiran apa ini?

"Hahaha... kenapa sih gitu aja malu? Kan udah gede, udah dewasa, udah ngelakuin juga" Kak Febi bergeming di atas tempat tidur.

"Ya gila kali gue ngomongin begini sama kakak sendiri" Jawabku cepat.

"Oh jadi lebih nyaman ngomong sama Dennis ya?" Tanyanya.

"Ya gak juga, udah sana keluar, bawa tuh charger nya" Jawabku sambil menunjuk charger milikku di atas meja.

Sesaat kemudian Febi berhenti tertawa dan terlihat sedang mengatur nafasnya.

"Elu serius sama Jihan, Pri?" Tanyanya tidak lama kemudian.

Aku yang niatnya ingin merebahkan tubuh setelah kak Febi menggeser posisi duduknya jadi mengurungkan niat.

"Gak tau" Jawabku pelan sambil duduk bersender di kepala ranjang dengan kepala menunduk.

"Lah aneh, gak serius ngapain elu ciuman begitu, jangan ngelakuin aneh- aneh deh sebelum kejadian"

"Emang waktu dulu yang elu lakuim sama Dennis gak aneh?" Tanyaku sewot.

"Ya gue sama Dennis sama-sama suka, nah elu gimana?" Tanya kak Febi.

"Gimana apa maksud elu?" Aku balik bertanya.

Kak Febi menarik nafas panjang.

"Pri, umur elu udah gak muda lagi, tapi untuk urusan percintaan, elu tuh gak ada pengalaman"

"Sejak dulu gue gak pernah liat elu pacaran atau ngomongin soal perempuan sama gue, hmmm..." Kak Febi terdiam memandangiku lekat.

"Gue jadi curiga, apa elu gak suka perempuan ya?" Lanjut kak Febi.

"Gila lu ya kak, gue suka perempuan lah, kalau gue suka laki-laki, ya pasangan gue dari dulu itu si Dennis" Kataku berang.

"Heh! Ngucap lu ngomong begitu, amit-amit deh Dennis bekasan elu" Kak Febi menjambak rambutku.

"Sakit gilaaa...!!" Kataku sambil berusaha melepaskan tangannya dari rambutku.

"Ya lagi ngomongnya begitu" Kata kak Febi.

"Ya elu yang duluan" Balasku tidak terima.

"Kalian berdua ngapain sih? Berantem aja udah tua juga"
Suara ibu terdengar dari arah pintu.

"Kak Febi tuh bu ngomongnya aneh-aneh, masa bilang Apri gak suka perempuan" Aku langsung mengadu pada ibu.

"Ya lagian sampe umur segitu gak pacaran, dulu aja di sodorin Manda yang cakep banget, nolak" Kata kak Febi.

"Manda kasusnya beda, mana mungkin gue nikahin dia walaupun niatnya nolong, yang ada akhirannya cerai, gue gak mau begitu" Balasku dengan tegas.

"Nah kalau sekarang kasus Jihan gimana? Hubungan kalian tanpa status? Teman tapi mesra? Apa elu simpena..."

"Buuu... kak Febi mulutnya cabein kek, gitu banget ngomongnya" Rengekku ke arah ibu yang hanya melihat ke arah kami dalam diam.

"Feb, udahan godain Apri nya, kamu gak liat muka adik kamu itu merah dari tadi?" Ibu tersenyum ke arahku.

"Febi sih pengen liat lehernya Apri yang merah bu" Kak Febi tidak berhenti mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas di dengar oleh anak di bawah umur.

"Ibu tuh jadi pengan manggil ustadz buat doain rumah ini, kok ya rumah jadi tempat permesuman anak-anak ibu ya"

"Hahaha..." Kak Febi malah tertawa.

"Awalnya tuh kamu Feb, malah ketawa bukannya mikir" Ibu yang sudah mengambil duduk di kursi meja belajarku melempar majalah ke arah kak Febi.

"Syukurinnn" Kataku dengan lidah menjulur keluar.

"Kamu juga Pri, memangnya gak bisa ngontrol nafsu? Kamu kan laki-laki, harusnya kamu yang mengendalikan perempuan, ini malah Jihan yang di atas kamu, seharusnya kan kamu sebagai laki-laki memimpi..."

"Ibu sama kak Febi sama ajaaaa..." Aku memotong perkataan ibu lalu keluar dari kamar menuju ruang TV.

Bisa gila kalau aku masih berada di antara mereka berdua.

Tbc

ktm lagi sama om beb, maaf yaaa sering absen 🙈🙈
selamat bermalming 😘😘😘

17/12/22

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang