ini om nyuapin siapa deh? bukan ke frau kan? klo iya, bae2 deh takut ketauan okta, ntar om beb ga selamat sampe tujuan 🤧😆
Jihan POV
Suara decitan kursi terdengar, mataku perlahan terbuka walaupun tidak langsung melihat keadaan sekitar karena wajahku masih tertutup majalah.
Aku terdiam beberapa saat guna menstabilkan otak untuk mengingat keberadaanku sekarang ini, ternyata aku tertidur ketika sedang berada di ruang tunggu artis setelah beberapa detik berpikir."Frau Jihan beneran ngasih ti Lis voucher?"
Terdengar suara Okta.
Aku yang tadinya hendak bangun dan melepaskan majalah yang menutupi wajahku akhirnya mengurungkan niat."Iya" Terdengar suara jawaban Lilis.
"Kok bisa sih?" Tanya Okta dengan suara terdengar bingung di iringi suara bungkusan plastik terbuka.
"Ya bisa, di kasih dua voucher, bu Jihan baik banget"
Aku tersenyum di balik majalah, senang juga bisa membantu Lilis mengganti kacamatanya.
Bukan kenapa, siapa sih yang tidak gemas melihatnya sering menahan kacamata yang keseringan melorot apabila berhadapan denganku.
"Baik apaan? Frau mah galak, suka ngomelin om beb"
Tanganku mengerat ketika mendengar perkataan Okta.
"Tapi Okta bingung kok frau kemarin beli es krim buat orang-orang, kenapa ya?" Lanjut Okta.
"Ya karena memang bu Jihan baik" Jawab Lilis cepat.
Aku tersenyum lebar.
Tidak sia-sia memiliki sekretaris seperti Lilis yang ternyata memuji atasannya di belakang.
"Kalau baik gak bakalan ngomelin om beb tiap hari, es krimnya enak ya ti Lis" Suara Okta terdengar riang dengan perkataan randomnya.
"Bu Jihan ngomel karena ada alasannya, Okta, hehehe... iya es krimnya enak"
"Frau tuh galak, Okta gak suka perempuan yang galak, Okta sukanya perempuan yang lembut kaya tante Manda"
Kedua alisku bertaut mendengar Okta menyebut nama perempuan yang baru aku dengar.
"Tante Manda? Siapa tante Manda, Okta?"
Pertanyaan Lilis sangat mewakilkanku.
"Tante Manda itu temannya om beb sama vati Okta, dulu uti pernah nyuruh om beb nikah sama tante Manda, tapi gak jadi" Jawab Okta lalu keheningan tercipta.
Aku jadi ingin bangun menghampiri Okta dan mengajukan banyak pertanyaan pada Okta.
Kenapa mereka tidak jadi menikah?
Di mana Manda sekarang? Apakah Manda dan Apri masih saling berhubungan sampai sekarang?"Kalau ti Lis nanya-nanya, kayanya kurang baik, jadi intinya Okta suka sama perempuan yang lembut ya? Yang gak galak?"
Duh Lis, kenapa pake acara bilang nanya-nanya banyak kurang baik segala sih? Gue kan jadi kepo nih.
"Iya, tadinya Okta pengen ti Lis pacaran sama om beb, tapi kan ti Lis udah nikah ya?"
"Sayang banget" Lanjutan suara Okta terdengar lesu.
"Hehehe... ya bukan jodoh, jodohnya ti Lis udah ada duluan" Lilis terkekeh.
Keheningan kembali tercipta.
"Okta udahan makan es krimnya, jangan nambah lagi, nanti sakit perut" Tegur Lilis.
"Gak bakalan sakit perut ti Lis, Okta kan udah makan, perutnya gak kosong, ini es krimnya masih banyak, mau kasih siapa lagi? Apa taroh di kulkas aja ya?"
"Om beb kemana sih? Katanya mau nyusul ke sini tapi gak muncul" Lanjut Okta.
Suara Okta kalau tidak melihat wajahnya secara langsung, terdengar sangat menggemaskan.
Entah kenapa dari awal aku bisa sampai tidak akur dengannya.
"Kita tungguin om beb di ruang rias aja yuk" Ajak Lilis.
"Ti Lis gak balik ke ruangan? Gak kerja? Nanti di omelin frau Jihan gimana?"
"Ti Lis sering di omelin frau Jihan, kan? Makanya Okta tuh gak suka sama frau"
"Hobinya ngomelin orang, pantesan sampe sekarang frau jomblo, mana ada lelaki suka sama perempuan yang sering ngomel-ngomel"
Kepalan tanganku mengerat mendengar ocehan bocah tengil itu.
Pantesan saja kedua orang tuanya tempo hari terlihat tenang walaupun anaknya di bawa pergi oleh Teddy, mungkin malah bersyukur karena Okta menghilang di culik orang.
Tapi yang lebih anehnya lagi kenapa Teddy bisa-bisanya pulang bersama Okta sampai membawa banyak barang belanjaan?"Hehehe... kamu ceriwis banget sih jadi anak, ti Lis berdoa kalau di kasih anak, lucu nya kaya kamu"
Dih, gue sih ogah punya anak kaya Okta, bisa-bisa tiap hari gue kena di roasting plus di ulti mulu sama anak sendiri.
*roasting >>> joke atau lawakan yang dimaksudkan untuk meledek seseorang.
*Ulti sendiri adalah singkatan dari ultimate. Menurut informasi dari laman Gaming Glossary, kata tersebut merujuk pada kemampuan pamungkas yang digunakan untuk menghabisi musuh dalam pertandingan.
Okta itu kecil-kecil kan jiwa roastingnya gede, hobinya suka meroasting Apri.
"Ceriwis itu apa tu Lis? Okta baru dengar"
"Hehehe... ceriwis itu lucu"
Entah sudah berapa kali aku mendengar Lilis terkekeh dalam percakapannya bersama Okta.
Aku sampai ingin melihat wajahnya terkekeh seperti itu, selama dia bekerja denganku, aku tidak pernah melihat wajahnya sumringah, lebih sering melihat ubun-ubunnya karena Lilis lebih sering tertunduk apabila berhadapan denganku."Oh lucu, Okta pikir cerewet, abisan uti sering bilang kalau Okta itu cerewet kaya nenek-nenek"
Memang benar, baru sadar kalau kamu itu cerewet?
"Masa Okta kaya nenek-nenek ya ti Lis? Nenek-nenek kan seringnya ngomel, lebih pantas frau Jihan tuh yang kaya nenek-nenek"
Lanjutan perkataan Okta mampu membuat telingaku panas dalam hitungan detik."Hehehe..."
Kedua alisku bertaut mendengar kekehan Lilis kali ini, dia terkekeh setuju aku kaya nenek-nenek seperti yang di ucapkan Okta, gitu?
"Ti Lis anterin kamu ke ruang rias terus balik ke ruangan, ok?" Suara Lilis membuyarkan lamunan absurd ku soal Okta.
"Ok!" Okta menjawab dengan semangat.
Kali ini terdengar suara decitan kursi dan suara langkah yang kian menjauh.
Aku melempar majalah ke atas meja dengan sembarang lalu bangun dari posisi tidurku.Dasar Okta bocah tengil.
Tbc
selamat bermalming, akhirnya setelah bbrp hari lamanya tante bisa mengudara lagi eaaa
jgn lupa jaga kesehatan ya, cuaca lagi hujan terus tiap hari 😘😘😘8/10/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/5/22 - 2/1/23