40. ngaduk

1.9K 203 95
                                    

senyuman nya sumringah bgt, mau nganu ya om beb 🫣🤭

Apri POV

Negosiasi yang di katakan Jihan dengan Okta ternyata adalah sebuah ruangan khusus di kantor yang di sediakan Jihan untuk Okta.

Keponakanku yang mungkin dari dulu mengalami star syndrome, sudah pasti tidak menolak tawaran Jihan.

Perilaku Okta sekarang berubah 180 derajat pada Jihan.
Belakangan ini tidak ada waktu yang terlewatkan tanpa mencari keberadaan Jihan.

Kalau kata ibu, Okta itu sudah memberikan restu bagi hubungan aku dan Jihan, aneh gak sih?

Masa keponakan yang malah ngasih restu hubungan aku, seharusnya kan ibu, ibu bilang sih karena aku seperti mempunyai hubungan batin dengan Okta karena sejak dari bayi sudah dekat dengannya.

Minggu ini adalah minggu terakhir aku dan Jihan kerja, besok kami mulai cuti sampai seminggu ke depan.

Kalian tahu kenapa kami cuti semingguan?
Betul, akhirnya kami memutuskan menikah.

Bukan ide aku maupun Jihan untuk menikah cepat-cepat, sepertinya ini adalah ide si penulis yang sudah lelah mengetik lapakku setiap akhir minggu.

Rasanya sedih banget, sudah di rumah ibu tidak menganggapku sebagai anak kandung, penulis lapakku ini pun sepertinya menganaktirikan aku.

Buktinya lapakku ini akan segera berakhir tanpa ada persetujuan dariku, padahal aku dan Jihan belum menunjukkan kemesraan yang berarti selama kami memadu kasih.

Ya sudahlah, aku tidak bisa komplain kalau penulis sudah turut campur tangan dalam hubunganku dan Jihan.

Handphone milikku bergetar menandakan telepon masuk, tertera simbol love merah di layar yang membuatku tersenyum lebar.

"Ya sayang?" Sapaku setelah menggeser tombol untuk menjawab panggilan telepon dari Jihan.

"Kamu lagi ngapain? Aku beneran gak boleh ketemu sama kamu ya?" Tanya Jihan dengan suara terdengar manja.

Otakku langsung membayangkan wajahnya dan membuat pikiranku langsung kemana-kemana.

"Aku lagi ngeberesin kerjaan kamu, sebentar lagi pulang, mbak Lis udah aku kasih jadwal seminggu ke depan, semoga nanti kita bulan madu nya aman gak ada gangguan" Jawabku sambil memainkan pulpen di tangan.

Sejak Jihan terang-terangan memberitahukan hubungan kami di kantor, urusan perkerjaan Jihan belakangan ini di limpahkan padaku sedikit demi sedikit.
Aku jadi merasa tidak enak sendiri, takut karyawan lain membicarakan aku di belakang karena mendapatkan keberuntungan seperti ini.
Sudah Okta mendapatkan ruangan tunggu khusus sendiri dan aku yang tidak lama lagi menggantikan posisi Jihan sebagai pemilik agensi, bagaimana merasa tidak enak coba.

"Kita ketemuan yuk sayang, beneran aku tuh kangen kamu banget, pengen nyentuh kamu walaupun sebentar" Kata Jihan.

"Nyentuh kok cuma sebentar, kamu mau nyentuh lama-lama juga aku ikhlas" Jawabku lalu menelan ludah.

"Nyentuh sebentar aja sekarang juga gak mungkin gimana mau lama-lama, memangnya kamu mau aku sentuh apanya?" Tanya Jihan dengan suara berbisik.

Telinga dan wajah ini seketika memanas.
Jihan memang paling bisa membuatku gila dengan segala perkataannya.

"Terserah kamu mau nyentuh aku di mana, aku pasrah aja" Jawabku ikutan berbisik sambil melirik ke arah pintu ruangan Jihan takut kalau mbak Lis tiba-tiba membuka pintu.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang