38. okta kenapa

736 185 61
                                    

ga tau lagi lah tante pasang mulmednya, udah keabisan stok, ig nya om beb pun ngilang, nyari di gugel ga ada lagi yg baru, di fb nya, banyak bareng sama org lain 😮‍💨

Jihan POV

"Okta kenapa?" Tanyaku pada Apri yang duduk di kursi depan meja kerjaku.

"Okta sakit, badannya panas, jadi ijin gak masuk hari ini" Mungkin Apri mengulang penjelasannya, aku memang tidak fokus dengan apa yang Apri sampaikan.
Alat indera yang ada di tubuh ini, khususnya indera penglihatan hanya fokus ke arah mulut Apri yang sedari berkomat-kamit mengeluarkan kalimat yang tidak di dengar oleh alat indera pendengaranku.

Kacau memang, berada di dekat Apri selalu membuatku kacau terus menerus.

"Sakit? Badan Okta panas? Udah ke dokter?" Tanyaku berusaha memfokuskan diri lalu berdeham.

Mataku, secara tidak rela beralih menatap mata Apri.
Bibir Apri sangat menggiurkan untuk di lumat, tetapi aku harus mengontrol diri, jangan bikin malu karena selalu agresif pada Apri.

"Tadi pagi sebelum saya berangkat, Okta ke rumah sakit di antar ibu nya" Jawab Apri.

"Kenapa kamu datang ke kantor? Kenapa gak anterin Okta ke rumah sakit?" Tanyaku lagi.

"Kan Okta udah ada yang ngurusin, memangnya saya gak boleh datang ke sini? Saya kan mau ketemu sama bu Jihan, kangen" Jawab Apri panjang lebar.

"Apa? Kangen saya?" Seketika wajahku memanas, sedikit terkejut dengan kejujuran Apri yang tiba-tiba.

"Iya, sehari kalau gak ketemu bu Jihan, rasanya kangen" Jawab Apri sambil tersenyum malu lalu menunduk dan tiba-tiba menebarkan pandangan ke arah kanan-kiri, Apri tampak salah tingkah.

Aku mengulum senyum.

Melihatnya seperti itu sangat menggemaskan, kalau saja tidak teringat dengan perkataannya tempo hari, aku pasti langsung menghampirinya dan menarik tengkuknya lalu melumat bibirnya dengan intens.

Tanganku menepuk kening, duh, tolonglah otak, jangan berpikiran seperti ini terus, runtukku dalam hati.

"Bu Jihan memangnya gak kangen saya?" Tanya Apri kembali tersenyum.

Senyumannya sangat mengundang. Mengundang untuk di buat lebih memerah.
Aku suka melihat warna bibir Apri, merah, sepertinya Apri bukan perokok.

"Ya kangen lah" Jawabku cepat.

"Saya pengen cium kamu, tapi..." Aku langsung membekap mulutku sendiri karena tidak sadar mengucapkan kata yang awalnya hanya ada di pikiran.

Tangan Apri mengusap tengkuknya, wajahnya terlihat memerah.

"Bu Jihan tuh frontal banget ya" Kata Apri kemudian.

"Frontal atau agresif? Gak suka ya?" Tanyaku hati-hati. Lagi-lagi tidak bisa mengontrol diri.

"Gak kok, saya suka keduanya, cocok sama sifat saya yang begini" Jawab Apri.

Tanganku menopang dagu, mataku fokus menatap wajah Apri yang tidak bosan di lihat.

Aku membasahi bibir dan menelan ludah, rasanya tidak bisa di tahan.

Tiba-tiba Apri berdiri, aku kaget sehingga mendongak mengikuti gerakannya.

"Sa...saya mau ijin pulang, mau... mau nengokin Okta" Kata Apri terbata.

"Ha? Oh, saya boleh ikut?" Tanyaku bingung lalu ikutan berdiri.

"Bu Jihan mau ikut? Jangan deh, kalau ikut nanti saya grogi bawa mobilnya" Jawab Apri cepat.

"Grogi kenapa?" Tanyaku lalu menghampiri Apri dengan melangkah pelan-pelan.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang