8. okta vs jihan

786 219 121
                                    

pilih kanan apa kiri? klo tante sih tengah2 krn tengah2 itu adalah pusat dari segala-gala nya 😬🙄😆

Jihan POV

"Bu, ada telepon di line tiga"
Terdengar suara Lilis setelah aku mengangkat sambungan telepon internal darinya.

"Dari sia..."
Klik
Lilis menutup telepon sebelum kalimatku selesai.

"Ya halo?" Aku tidak mengambil pusing kelakuan Lilis dan langsung menjawab telepon masuk.

Beberapa detik berlalu dan tidak ada jawaban dari si penelpon.

Tanganku bergerak menjauhkan gagang telepon dari telinga dengan kedua alis bertaut bingung.

"Ya halo, dengan siapa ini?" Tanyaku kemudian.

Tidak ada jawaban lagi yang terdengar malah hembusan nafas berat.

"Ihh..." Aku langsung mengembalikan gagang telepon ke tempatnya semula.

"Tadi yang nelpon siapa Lis?" Tanyaku setelah kepalaku muncul dari balik pintu ke arah meja Lilis.

"Eh, tadi bilangnya kenalan ibu" Jawab Lilis kaget setelah berdiri tegak menghadapku, wajahnya kembali menunduk ketika bertatapan denganku.

Gitu lagi, sungutku kesal.

"Dia gak nyebutin namanya?" Tanyaku kemudian.

"Nggak bu, cuma bilang kenalan ibu aja" Jawabnya dengan wajah menunduk dalam.

"Lain kali tanyain namanya siapa, jangan sambungin telepon gak di kenal, kamu kaya baru kerja sama saya aja" Kataku lalu membanting pintu dan berjalan kembali ke arah meja kerja.

"Siapa sih yang nelpon diem begitu? Jadi bikin mood gak enak" Sungutku sembari menghempaskan bokong ke atas kursi.

Suara ketukan di balik pintu terdengar setelah beberapa menit berlalu.

"Kenapa Lis?" Tanyaku ketika sosok Lilis muncul.

"Kamu mau nanyain saya mau makan siang apa ya?" Tanyaku kemudian sambil melirik jam di pergelangan tangan lalu kembali fokus menatap layar komputer.

"Itu bu, tadi mas Apri ngabarin saya kalau dia bawa nasi bento buat ibu" Jawaban Lilis menarik perhatianku.

Wah, Apri ternyata beneran mendengar permintaanku.

"Bawain saya nasi bento? Kamu kan tau saya gak suka nasi bento" Ucapku setelah berdeham dengan punggung menegak lurus.

"Kemarin bukannya ibu pesan makan siang nasi bento?" Tanya Lilis dengan tangan memegang kacamatanya agar tidak melorot.

"Kapan?" Tanyaku bingung.

Lilis mendongak lalu kepalanya menggeleng pelan.

"Gak bu, ibu bukan makan nasi bento, terus sekarang gimana? Saya bilang ke mas Apri aja kalau ibu gak mau makan nasi bento yang di bawa mas Apri?"

"Siapa yang bilang saya gak mau makan nasi bento?" Tanyaku dengan suara lantang.

Sesaat mata kami bertatapan, Lilis menatapku dengan pandangan aneh.

"Tadi ibu bi... eh nggak, jadi ibu makan siangnya nasi bento dari mas Apri aja?" Lilis bertanya seperti memastikan sesuatu.

"Ya terpaksa, kan sayang kalau gak di makan, Apri udah capek-capek bawain" Jawabku sambil membolak-balikkan buku agenda harian.

Lilis menatapku dengan pandangan aneh lagi begitu aku meliriknya sekilas.

Pandangan mata apa itu? Aku nyaris mendengus.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang