okta: "om beb ga usah nunjukin muka jelek, om beb kan udah jelek" 🤪
om beb: "serah kamu lah okta serahhh"Jihan POV
"Jam istirahat kemarin kamu kemana? Saya cariin" Tanyaku setelah Lilis menyerahkan jadwal harian artis-artis naungan kami ke atas meja kerjaku dengan tangan sedikit gemetar.
Sepertinya Lilis punya penyakit tremor.
Aku mengamatinya dalam diam.
Kasian, mana masih muda.Punggungku menyender ke belakang, sekali lagi mengamati tekstur tubuh Lilis yang berdiri tidak jauh dari meja.
"Eungg... saya ada di ruang rias bu" Jawabnya setelah seperkian detik terdiam.
Aku sedang mengetes Lilis karena siang kemarin aku melihatnya keluar dari ruang rias bersama Apri dan Okta.
Mereka tampak akrab.
Aneh juga bisa melihat Lilis bersenda gurau dengan orang lain, dan yang lebih aneh lagi adalah perilaku Okta, bocah tengil itu sedang berada di gendongan Apri, dia tampak akrab berbicara dengan Lilis.Aku melihat mereka dari kejauhan.
"Ngapain kamu di sana?" Tanyaku lebih lanjut, karena penasaran dengan pembicaraan mereka bertiga.
"Saya ngobrol sama Okta bu" Jawab Lilis dengan wajah menunduk.
"Yang saya tau kemarin Okta gak ada jadwal syuting, ngapain mereka datang ke kantor?" Lanjutku kemudian, kalau sedang menginterogasi jangan tanggung-tanggung.
"Mas Apri dan Okta memang biasa datang walaupun Okta sedang tidak ada jadwal syuting, karena jaga-jaga takutnya ada syuting dadakan" Jawab Lilis dengan nada suara terdengar pelan seperti takut aku akan bertanya macam-macam lagi.
"Kamu ngobrol sama Okta? Memangnya ngobrolin apa sama anak kecil?" Tanyaku lagi, pertanyaanku malah terdengar seperti orang yang sedang penasaran.
"Ngobrolin makanan kesukaannya, ternyata Okta suka makan es krim, makanya mas Apri langsung ajak Okta beli" Jawab Lilis lancar.
Tidak ada tanda-tanda kalau dirinya berbohong, aneh aja, kok bisa mereka bertiga tampak akrab begitu padahal kan baru kenal. Sampai ngomongin soal makanan kesukaan Okta segala.
Lilis saja tidak pernah tersenyum padaku, kenapa dia tertawa dan bisa dadah-dadahan dengan Okta.
Dan yang bikin kesal itu si bocah tengil yang bisa bercakap-cakap santai dengan Lilis, sedangkan kepadaku Okta sangat tidak bersahabat."Oh gitu, Okta suka makan es krim" Aku mengangguk sambil membuka lembaran kertas jadwal syuting harian.
"Iya bu, terus saya di bawain es krim juga sama mereka"
Pantas saja kemarin sore aku melihat Lilis makan es krim di mejanya, ternyata di belikan oleh Apri.
Eh tapi kan aku tidak bertanya hal itu, kenapa Lilis malah memberikan informasi yang tidak penting.
Aku mendengus pelan.
"Okta hari ini ada pemotretan iklan buat majalah ya? Dia udah datang?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Udah bu, sekarang Okta lagi di rias" Jawab Lilis cepat.
"Tumben, biasanya telat" Gumamku.
"Ya udah, nanti saya ke tempat pemotretan buat ngecek, jadwal saya hari ini apa? Ada rapat gak?" Tanyaku lalu menggeser jadwal ke samping dan melipat kedua tanganku di atas meja.
"Kosong bu sampai siang" Jawab Lilis.
"Kok bisa kosong? Jadwalin rapat dong biar saya keliatan sibuk" Kataku di iringi gebrakan meja.
Lilis sampai berjengit kaget.
"Ya memang kosong bu, masa saya musti bikin jadwal rapat, sama siapa?" Lilis bertanya polos setelahnya.
Aku berdeham.
"Terus abis istirahat siang jadwalnya apa?" Tanyaku sambil menyibak rambut ke belakang.
"Gak ada bu sampai sore" Jawabnya takut-takut.
"Kenapa gak bilang sekalian kalau jadwal saya hari ini kosong sampai sore?" Aku nyaris menggebrak meja lagi tetapi aku urungkan karena melihat tubuh Lilis mengkerut dan mundur selangkah.
"Ya udah kamu boleh kembali ke meja" Kataku mengusirnya keluar.
Aku mendongak karena menyadari kalau Lilis tidak bergeming dari tempat dia berdiri.
"Ada apa? Apakah masih ada yang hendak kamu sampaikan?" Tanyaku dengan bahasa baku.
"Jadwal ibu kan kemarin padat makanya ibu marahin saya karena rapat sampai malam, jadi hari ini jadwal ibu saya kosongin biar ibu bisa istirahat seben..."
"Iya, iya saya ngerti, udah kamu boleh kembali ke meja sana" Aku kembali mengusirnya.
Ada peningkatan Lilis bisa berkata seperti itu walaupun tatapannya masih melihat ke arah lantai.
"Sebentar Lis" Aku mencegah sekretaris ku sebelum tangannya menggapai gagang pintu.
"Iya bu" Lilis berbalik dengan gerakan takut, tangannya memegang kacamatanya yang melorot.
"Kamu makan siang apa?" Tanyaku.
"Ngomong-ngomong, kamu bisa ngedongak gak kalau ngomong sama saya? Bosen saya tuh liatin ubun-ubun kamu tiap kali ngobrol" Lanjutku lagi.
Kulihat Lilis mendongak lalu cepat-cepat menunduk setelah bertatapan denganku.
Takut bener tatapan mata sama gue, setan kali gue ya? batinku tersinggung.
"Ibu mau makan apa? Nanti saya pesenin"
"Saya nanya sama kamu, kamu makan siangnya apa? Di tanya malah nanya balik" Kataku ketus.
"Saya makan siang nasi bento bu, mas Apri yang pesenin" Suara Lilis semakin mengecil di akhir kalimat.
"Apaan?" Tanyaku dengan tubuh condong ke depan.
Punggung Lilis menegak, wajahnya mendongak lalu kami bertatap muka.
"Mas Apri bawain saya makan siang nasi bento" Ucapnya dengan suara sedikit besar.
Kemarin di beliin es krim sekarang di bawain nasi bento, mereka berdua ada hubungan apa sih?
"Ada acara apa kok Apri bawa-bawa nasi bento? Semua karyawan dapat atau dia cuma ngasih kamu aja?" Tanyaku memancing.
"Eungg... saya gak tau bu kalau soal itu, saya gak enak nanya apa semua karyawan dapat nasi bento nya"
"Atau nanti saya tanyakan mas Apri kalau ibu mau nasi bento nya" Lanjut Lilis.
"Eh, eh, gak perlu, gak perlu, saya gak suka nasi bento, kamu pesenin saya Goka*a aja, set wagyu triple box ya"
"Jam dua belas harus udah sampe, cepetan di pesenin, kok malah bengong" Lanjutku dan kembali mengusirnya.
Lilis masih mematung di tempatnya aku melihatnya menggaruk-garuk kepala lalu menahan kacamatanya yang kembali melorot.
Akhirnya Lilis keluar dari ruanganku.
"Okta ulang tahun atau Apri yang ulang tahun ya? Kok Lilis di bawain nasi bento sih"
"Cih" Kenapa aku jadi memikirkan hal yang gak penting.
Tbc
cah cih cah cih, beneran ga penting? tapi di pikirin, cih, pura2 pdhl kepengen tuh nasi bento nya, blg ga suka malah pesen nasi bento juga
ck ck ck 🤭😆30/7/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/5/22 - 2/1/23