om beb jgn nangis dong, ayo kita cari okta bareng2, mungkin aja okta ketiduran di bawah kolong kursi 😆😁
(jgn2 om beb nangis krn mikirin bakalan kena di omelin kak febi sama ibu nih klo okta ga ketemu) 😂Apri POV
'Inget ya seorang manajer itu gak boleh lama-lama ninggalin artisnya' Kalimat itu terngiang-ngiang di benakku.
Kalimat yang sering Okta katakan padaku.Aku merutuki diri sendiri, kalau saja tadi aku tidak lama berada di kafe, kalau saja aku cepat menghabiskan kopinya, kalau saja...
Ahh... terlalu banyak kalau saja, sedangkan Okta sekarang menghilang entah kemana.
Aku mengikuti Jihan dengan langkah lebar begitu keluar dari lift menuju satu ruang yang mungkin adalah ruang cctv, letaknya berada di pojok setelah kami menelusuri lorong panjang.
"Pak, tolong periksa rekaman cctv nya, Okta tadi syuting di studio tiga, kan?" Jihan yang terlihat masih panik dan tegang menoleh ke arahku.
"Iya studio tiga" Jawabku pasti, wajahku pasti terlihat lebih tegang dari Jihan.
"Studio tiga, studio tiga, cctv nomor berapa ya?" Jihan tampak berpikir keras sambil menunduk dengan mata terpejam.
"Kamera 13 pak, sejam yang lalu" Mbak Lilis bersuara dengan tenang, memang harus ada yang tenang di antara kami.
Tangan mbak Lilis menepuk-nepuk lenganku, dari raut wajahnya menyiratkan agar aku jangan panik di situasi seperti ini dan harus berpikir jernih.
Aku mengangguk, ku lihat Jihan melihat ke arah kami tetapi langsung menoleh ke arah monitor yang terpampang banyak di depan kami.
"Nah, nah itu pak" Ucapku cepat ketika melihat Okta yang sedang berjalan keluar dari ruang syuting.
Kulihat Okta sedang berdiri lama dan sesekali melongokkan kepalanya keluar ruangan, mungkin Okta sedang menunggu kedatanganku.
Lagi-lagi aku merutuki diri sendiri.
Tiba-tiba datang seekor nyamuk, eh maksudku seorang pria menghampiri Okta, wajah pria itu tampak samar.
"Ahh, cctv nya murahan nih!"
Perkataanku langsung mendapat perhatian berupa tatapan dari dua pasang mata yaitu dari petugas yang bertugas dan mata dari Jihan.
"Besok-besok kameranya akan saya ganti dengan yang lebih mahal dan tajam kalau bisa sekalian yang kedengeran suaranya" Kata Jihan lalu kembali melihat ke arah monitor.
Aku meringis karena malu.
Pria yang menghampiri Okta tampak berkata-kata mengajak keponakanku mengobrol dengan berlutut di depan Okta.
"Anjim si kuntet!!!" Makian keluar dari mulutku ketika jelas melihat wajah si pria tersebut.
"Teddy?!" Seru Jihan hampir bersamaan denganku.
"Kamu tadi bilang apa? Kuntet?" Tanya Jihan menoleh ke arahku dengan wajah bingung.
"Iya si Teddy itu" Jawabku sambil menunjuk ke arah monitor.
"Kok kuntet?" Tanyanya dengan wajah masih terlihat bingung.
"Pokoknya kuntet" Jawabku cepat.
"Mas Apri kenal dia?" Tanya Lilis.
"Kamu kenal Teddy?" Kali ini Jihan bertanya hampir bersamaan dengan Lilis.
"Ya kenal lah, saya manggil dia kuntet karena kesal, dulu dia ada kasus sama kakak saya" Jawabku panjang lebar dengan berapi-berapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/5/22 - 2/1/23