6. bisa bangkrut

829 226 87
                                    

krn ga ada photo om beb yg nunjukin perutnya (6pack, kayanya om beb in real life ga workout2 bgt kek anak didik tante yg lain) 😅 jadi tante nongolin muka om beb yg manis mulu, kalian jgn bosen yaaaa (ini pesennya om beb lsg) 😆

Apri POV

"Okta suka nasi bento nya?" Tanyaku ketika kami sedang menyantap makan siang di ruang pantry khusus artis atau model agensi perusahaan ini.

"Suka om, enak, besok makannya ini lagi ya" Jawab Okta dengan wajah ceria.

"Ti Lis suka juga gak?" Wajah Okta beralih ke samping di mana Lilis duduk.

"Suka" Jawab Lilis singkat sambil tersenyum membalas cengiran Okta.

"Tuh om beb, besok bawain ti Lis juga ya" Okta menusuk-nusuk punggung tanganku memakai jari telunjuknya seperti kebiasaan dia sejak dulu.

"Pokoknya tiap hari om beb harus beliin makanan buat Okta dan buat ti Lis" Lanjutnya lagi.

Keponakanku sedang merencanakan membuatku bangkrut secara perlahan-lahan ya?

"Beneran enak nasi bento nya, mbak Lis?" Tanyaku memastikan.

"Iya, beneran enak" Jawab Lilis lalu menunjukkan ibu jarinya ke arahku sambil tersenyum.

Aku membalas senyumannya. Rada bingung juga kenapa sekarang dia berubah.
Lilis yang dulu aku tahu orangnya sangat tertutup.
Dan yang aku dengar sejak Lilis bekerja sebagai sekretaris Jihan, dia tidak pernah mau bergaul dengan karyawan yang lain.

Tetapi yang sekarang terjadi, entah bagaimana caranya Okta bisa membuat Lilis berinteraksi dengannya.

Sampai-sampai mau makan siang bersama dengan kami. Padahal sejak dulu, Lilis tidak pernah meninggalkan meja kerjanya barang sedetik pun.
Yang aku dengar dari karyawan yang lain karena dedikasi Lilis terhadap kerjaannya tetapi alasan utamanya adalah karena Jihan selalu mencarinya walaupun di jam istirahat seperti ini.

"Ti Lis udah gak kenapa-kenapa, kan?" Tanya Okta dengan berbisik dan melirikku sekilas.

Alisku bertaut melihat kelakuannya.

"Nggak" Jawab Lilis cepat.

"Frau gak ngomelin ti Lis lagi kan?" Tanyanya lagi, ekspresi wajah Okta terlihat seperti orang dewasa.

Emang sok tua keponakanku ini.

"Nggak" Lagi-lagi Lilis menjawab singkat.

"Ti Lis jangan bohong, jangan jawab nggak-nggak terus karena ada om beb di sini"

"Anggap aja om beb gak ada" Lanjut Okta.

Lilis terkekeh.

"Mana mungkin mbak Lilis anggap om gak ada, memangnya om ini setan?" Tanyaku sewot.

Lilis terkekeh lagi.

"Ihh om beb gak usah ikut masuk ke dalam obrolan kita deh"

Tuh lihat aja, wajahnya Okta seperti layaknya orang dewasa lebih tepat nya seperti emak-emak yang sedang bergosip tidak kenal waktu dan tempat.

"Kan om ada di sini dan dengar kalian ngobrol, gimana om gak ikutan ngobrol sama kalian?" Kataku setelah menyeruput es jeruk.

"Ya makanya Okta bilang, anggap aja om beb sendiri gak ada"

"Ha? Gimana-gimana?" Tanyaku bingung setelah mendengar ucapan keponakanku.

"Om beb bisa keluar dulu gak? Okta mau ngomong empat mata sama ti Lis"
Okta tidak menjawab pertanyaanku malah mengusirku.

"Okta ngus..."

"Ehem... ehem"
Terdengar suara deheman dari arah pintu memotong perkataanku.

Aku, Okta dan Lilis menoleh bersamaan ke asal suara.

Jihan berdiri di sana dengan tangan bersedekap, dia bersedekap seperti itu terlihat kaya siapa ya?

"Waktu makan siang udah mau habis, kamu gak balik ke ruangan Lis?" Tanya Jihan dengan suara tegas sambil berjalan, suara klotak-klotak dari heels nya terdengar mendekat.

Aku melirik Okta, raut wajahnya langsung berubah masam melihat kedatangan Jihan, sedangkan Lilis langsung berdiri dengan gerakan canggung.

"Ti Lis balik ke ruangan dulu ya Okta, makasih nasi bento nya mas Apri" Lilis pamit setelah mengelus puncak kepala Okta.

"Okta anterin ti Lis ke ruangannya dulu ya om beb" Okta mengikuti Lilis melangkah keluar ruangan melewati Jihan yang melihat mereka berdua dengan pandangan tajam.

Aku tahu keponakanku itu sedang menghindari Jihan, sepulang nanti aku harus memberitahukan Okta agar jangan bersikap seperti itu kepada orang lain terutama kepada atasan.

Jihan menoleh kepadaku setelah tubuhnya memutar.

"Jadwal Okta udah kelar dari tadi, kok gak pulang?" Tanyanya.

Ini hari apa ya? Hari mengusir orang nasional? Dari tadi perasaan aku di usir terus.

"Nanti kami akan pulang jam satu bu" Jawabku lalu berdiri dan membungkuk hormat padanya.

Jihan melirik tempat makanan bento sisa makan siang kami yang masih ada di atas meja.

"Udah makan siangnya?" Tanyanya.

"Enak?" Lanjutnya cepat.

"Udah bu, iya enak" Jawabku tersadar lalu merapikan meja makan yang berantakan terlebih di tempat duduk yang tadi di tempati oleh Okta.

"Makannya bertiga aja? Kamu bawanya banyak?"

Kegiatanku membersihkan meja terhenti.

"Iya bu bertiga aja, saya cuma bawa tiga, buat Okta saya sama mbak Lilis" Jawabku.

"Besok-besok bawain empat" Kata Jihan tangannya masih bersedekap.

"Empat? Buat siapa bu?" Tanyaku bingung.

"Ya buat saya, siapa lagi, saya balik ke ruangan dulu, udah jam satu" Jihan memutar tubuhnya dengan anggun lalu keluar ruangan.

Aku berdiri bengong.

Berpikir lalu berkacak pinggang.

"Gue beneran bisa bisa bangkrut nih kalau begini caranya"

Tbc

tante juga mau ya om bebbbbb 🙌🏼🙌🏼🙌🏼😆

31/7/22

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang