10. siapakah si penelpon?

705 205 129
                                    

makan apa om? frau di bagi ga? bagi lah ntar ngambek lagi 😆

Jihan POV

Beberapa hari sudah berlalu dan aku masih mendapatkan telepon tidak di kenal dari penelpon yang sama.

Si penelpon tidak pernah membuka suara sehingga membuatku kesal luar biasa.

Kenapa aku bisa yakin kalau dia adalah penelpon yang sama? Karena dari deru nafasnya terdengar sama.

Sekali dua kali aku menjawab ketika nomornya menghubungiku dan hanya di balas dengan suara nafas berat.

Sudah kesal menghadapi Okta di tambah lagi oleh si penelpon iseng.

Bikin senewen aja.

"Masuk" Kataku setelah mendengar suara ketukan dari luar pintu ruanganku.

Lilis masuk sambil menunduk dengan tangan memegangi kacamatanya yang melorot.

Ini lagi manusia yang bikin hari-hariku makin bertambah kesal.

"Lis" Panggilku.

"Iya bu" Jawab Lilis masih menunduk.

"Kayanya saya tau alasan kenapa kamu selalu menunduk kalau menghadap ke ruangan saya" Kataku sambil bersedekap dan punggung menyender ke belakang.

Mataku mengamati Lilis dari atas sampai batas bawah sesampai mataku saja.

"Kenapa bu?" Tanyanya.

"Karena kamu megangin kacamata kamu terus, coba deh kamu dongak" Jawabku ketus.

Kepala Lilis perlahan mendongak tetapi tatapan matanya tidak melihat ke arahku.

Tangan Lilis masih memegang kacamatanya.

"Coba kamu lepas tangannya" Perintahku gemas.

Tangannya bergerak mengikuti perintahku tetapi langsung kembali memegang kacamatanya karena ternyata melorot.

"Nih" Kataku setelah berdiri di depan Lilis sambil mengangsurkan selotip padanya.

"Buat apa bu?" Tanya Lilis bingung karena melihat selotip di tanganku.

"Dari pada saya capek liat kamu megangin kacamata mulu, mending kamu selotipin tengah-tangah kacamata kamu ke jidat, jadi saya gak risih liat kamu megangin kacamata" Jawabku panjang lebar.

Sesaat Lilis terdiam lalu tiba-tiba terkekeh geli.

"Eh kamu bisa ketawa juga?" Tanyaku takjub melihatnya seperti itu.
Aku pikir Lilis akan tersinggung mendengar perkataanku barusan, ternyata reaksinya sangat bertolak belakang.

"Gitu dong ketawa, kan jadi keliatan kaya manusia biasa" Kataku sambil melangkah kembali ke meja kerja.

Lilis mungkin menyadari kekehan yang reflek keluar dari mulutnya, sekretaris ku itu langsung terdiam.

"Lah memangnya selama ini saya bukan manusia bu?" Tanya Lilis.

Lagi-lagi aku di buat takjub olehnya, kulihat Lilis tersenyum geli.

"Ya lagian selama ini jangankan ketawa, senyum aja kamu gak pernah kalau berhadapan dengan saya" Jawabku jujur.

"Kamu ke sini mau ngapain?" Tanyaku kemudian karena Lilis tidak menanggapi perkataanku yang terakhir.

"Itu bu, maaf saya baru teringat sesuatu" Jawab Lilis dengan suara dan gerakan tubuh kembali normal.

"Teringat apa?" Tanyaku sambil mencondongkan tubuhku ke depan.

"Ibu masih nerima telepon dari orang yang gak pernah bersuara itu?" Lilis mendongak dan menatapku takut.

"Masih, memangnya kenapa?" Tanyaku sambil melirik ke arah layar handphone karena ada notifikasi pesan yang masuk.

"Nomornya itu-itu aja bu?" Tanya Lilis lagi.

"Iya, memangnya kenapa?" Aku balik bertanya setelah mengecek nomor yang selalu menghubungiku itu.

"Saya boleh tau nomornya gak bu?"

Pertanyaan Lilis mampu menarik perhatianku.

"Buat apa? Kamu mau nelpon dia balik pake nomor kamu?" Tanyaku ingin tahu.

"Nggak bu, bukan, saya cuma mau ngecek nomornya aja, mungkin bisa ketauan siapa yang nelpon"

"Memangnya bisa?" Tanyaku lagi.

"Bukan saya sih yang ngecek, tapi mas Apri, saya di suruh Okta buat cari tau nomor yang nelponin ibu itu" Jawab Lilis.

"Okta yang nyuruh? Kok bisa?" Tanyaku jadi berminat dengan pembicaraan kami.

"Itu bocah tengil keliatannya aja gak bersahabat sama saya ya, tapi ternyata peduli juga" Ucapku pelan lebih ke diri sendiri.

Hatiku sedikit tersentuh.

"Iya bu, Okta yang ngusulin ide untuk nyatet nomornya terus mas Apri yang ngecek pake aplikasi" Lilis bergerak maju dengan melangkah pelan, dari raut wajahnya kulihat Lilis sedikit ragu dan takut.

"Nih kamu catet" Aku langsung mengarahkan layar handphoneku lebih ke depan agar Lilis dapat melihat nomor yang dia minta.

"Memangnya pake aplikasi apa?" Tanyaku penasaran.

"Okta kemarinan bilang pake aplikasi apa ya... umm... getkon... kon... oiya getkontak kalau gak salah"

"Kamu tuh kalau ngomong kon jangan ngambang gitu kek Lis, bikin otak saya traveling aja jadi keinget sama satu cerita yang pernah saya baca" Aku langsung menepuk kening untuk mengusir pikiran kotor yang disebabkan oleh perkataan Lilis.

"Memang kenapa bu? Kan saya lupa nama aplikasinya" Ucap Lilis dengan wajah polos, sepertinya Lilis tidak mengerti dengan apa yang aku maksud.

Otaknya Lilis masih suci, bagus deh, jangan kaya aku yang mendengar kata 'kon' langsung teringat sesuatu.

"Lupain yang saya omongin, cepetan tulis nomornya, lama bener timbang nulis nomor handphone doang" Kataku lebih karena malu dengan jalan pikiranku.

"Nih pulpen, nih kertas, kamu niat gak sih nanya nomor handphonenya tapi ke sini gak bawa apa-apa buat nulis?" Tanyaku tanpa jeda sambil menyodorkan dua benda ke samping handphone milikku.

"Udah bu, udah saya catet di otak saya" Jawab Lilis cepat.

Aku tersenyum tipis, Lilis memang dapat kubanggakan, daya ingatnya memang luar biasa untuk mengingat angka.

"Ya udah kalau udah inget, cepetan kamu temuin Apri, saya jadi penasaran sama pemilik nomor telepon itu"

"Baik bu, nanti saya kabarin kalau sudah tau nama si penelpon" Lilis membungkukkan tubuhnya.

"Eh iya Lis" Panggilku sebelum Lilis memutar tubuh.

"Iya kenapa bu?" Tanyanya.

"Mending kamu catet aja deh nomornya di kertas, saya takut kamu kaya anak kecil yang di suruh emaknya buat beli sesuatu ke warung, pas nyampe warung malah lupa sama apa yang mau di beli"

Lilis menatapku dengan pandangan aneh.

"Ibu sangsi sama daya ingat saya?" Tanyanya kemudian.

"Ya bukannya sangsi, kalau salah satu angka aja kan pasti beda ceritanya, nih ambil" Jawabku setelah menulis nomor si penelpon iseng di atas kertas.

"Saya percaya banget sama daya ingat kamu kok, udah cepetan temuin Apri" Aku mengusirnya pergi seperti biasa.

Lilis kembali membungkuk lalu memutar tubuh setelah mengambil kertas berisikan nomor handphone.

Jadi penasaran siapa yang sering menelponku tanpa suara itu.

Tbc

ayooo... kira2 ada yg tau ga siapa yg sering nlp frau? 🤭

14/8/22

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang