28. nanya kak febi

711 192 87
                                    

Om beb tolong jgn kebanyakan senyum om, tante ga kuat liatnya 😆

Apri POV

"Kak" Aku menutup pintu kamar kak Febi setelah sebelumnya melongok ke arah ruang TV.

Okta dan Dennis sedang berada di sana dan sepetinya mereka berdua sedang asik terlibat obrolan yang seru.

"Mau ngapain? Minjem duit? Gak ada, minjem aja sana ke Dennis" Kak Febi membentak galak dengan melayangkan tatapan sengit.

"Apaan sih? Siapa yang mau minjem duit?" Aku melangkah pelan ke arah ranjangnya.

Kak Febi bergeser tidak rela untuk memberikan ruang duduk padaku.

"Terus ke sini mau ngapain kalau bukan minjem duit? Biasanya kan elu ke sini kalau lagi kepepet soal duit doang"

"Ya ampun kak, gue minjem duit ke elu terakhir kapan sih? Udah lama kali, sekarang pendapatan gue udah stabil, duit mah gak kurang-kurang banget"

"Ya terus mau ngapain? Ganggu orang lagi nonton aja" Kak Febi berdecak sebal.

"Oh jadi ganggu waktunya nih? Ya udah deh gak jadi nanya-nanya" Aku pura-pura kecewa, karena biasanya kal Febi tidak akan tega melihatku begitu.

"Ehh... mau nanya-nanya apaan sih? Sini-sini, jangan pergi" Kak Febi menarik ujung kausku ketika hendak berdiri.

Aku tersenyum samar lalu kembali duduk tetapi membelakanginya agar tidak terlihat senang karena taktikku berhasil.

"Mau nanya apa adikku?" Ranjang bergerak sedikit, sepertinya kak Febi memposisikan dirinya duduk.

"Eung... nanyanya gimana ya?" Aku bergumam pelan.

Dari kemarin memang bingung untuk bertanya.
Pertanyaan yang terlontar dari mulutku saja kemarin salah ketika bertanya pada Dennis.

Aku meruntuki diri sendiri karena malah bertanya soal ciuman.

"Mau nanya apaan sih? Kayanya serius banget, elu gak lagi sakit parah kan, Pri? Penyakitnya belum stadium tiga, kan?"

"Apaan sih lu kak? Elu doain gue cepat-cepat mati?" Tanyaku sewot.

"Hehehe... ya nggaklah, lagian muka elu serius banget sekarang, mau nanya apaan? Di mulai dari pertanyaan sederhana aja dulu" Kak Febi masih terkekeh.

"Ck, kelamaan, da lah pergi sana, ngapain gue buang-buang waktu liatin elu diem begitu" Kak Febi mengusirku dengan cara menendang bokongku pelan memakai kakinya.

"Sebentar dulu, sabar kek, gue lagi mikir merangkai kata-kata yang benar biar gak salah nanya" Sungutku kesal.

"Lagian kelamaan mikir, keburu Okta masuk, entar elu gak jadi nanya" Balas kak Febi.

"Dulu elu mulai pacaran sama Dennis awalnya gimana?" Tanyaku setelah berdeham berkali-kali.

"Kamu nanyeee...?"

"Kak, sekali lagi elu ngomong gitu gue sambit pake bantal ya" Ancamku setelah mengambil bantal dari samping tubuhnya kak Febi.

Cukup sudah mendengar kata-kata 'kamu nanya' di kantor belakangan ini.
Jangan sampai sindromnya menjalar sampai ke rumah. Aku harus menghentikan kak Febi agar Okta tidak mengikutinya.
Di kantor saja aku sudah melarang Okta berkata demikian.

"Hehehe... elu kenapa deh Pri? Lagian pertanyaannya aneh banget, Okta aja sekarang udah mau tujuh tahun, terus elu baru nanya gue mulai pacaran sama Dennis awalnya gimana" Kak Febi kembali terkekeh.

"Ya kan nanya, tinggal jawab aja apa susahnya sih, pake ngomong kamu nanyeee..." Aku langsung memukul mulutku karena tidak sadar malah ikutan berkata kata-kata ajaib itu.

"Hahaha... persisan elu ngomong kaya gitu Pri, gimana, gimana, ulang dong" Kak Febi menarik-narik lenganku.

"Ck, apaan sih, geli tau dengernya, kak, gue serius nih" Aku mengibaskan lengan dan menampilkan wajah seserius mungkin menghadap kak Febi.

"Ya gitu, pacaran ya pacaran aja, mulainya juga setelah gue sama Dennis ciuman, awalnya gue gak mau pacaran sama Dennis karena hehehe..." Kak Febi tidak melanjutkan perkataannya tetapi malah terkekeh.

Aku rasa kakak perempuanku ini malah teringat kejadian di mana aku mendapati lehernya memerah setelah berciuman dengan Dennis.

"Umur gue sama Dennis kan tuaan gue, awal-awal gue gak mau pacaran sama lelaki yang lebih muda, tapi Dennis ternyata lebih dewasa dari usianya"

"Ya gue jadi luluh" Lanjut kak Febi.

"Apalagi Dennis jago ciuman" Kak Febi menunduk dengan rona merah di wajahnya.

"Stop, gue gak mau denger hal-hal aneh selain ciuman" Cegahku sebelum kak Febi mendongak dan hendak membuka mulut.

"Baru mau bilang, pelukan tuh enak sambil ciuman..."

"Pertanyaan yang kedua, tadi kan elu bilang awal-awalnya gak mau pacaran sama Dennis karena dia lebih muda, perempuan memang ada ya yang gak mempermasalahkan soal perbedaan umur begitu?" Potongku cepat mengalihkan perkataan kak Febi.

Membicarakan obrolan cium-ciuman atau hal intim dengan kakak sendiri tuh gak enak banget.

"Awalnya gue gak mau pacaran sama lelaki yang lebih muda, dulu gue pernah ngomong ke Shanti, pas gue mau kenalin pacar yang lebih muda ke orang rumah, eh tau nya malah teman adik gue, kan aneh, ehh... tapi malah kejadian, hehehe... takdir memang gak di sangka-sangka" Jawab kak Febi panjang lebar sambil tersenyum-senyum.

"Terus elu kan terkenal galak, kok bisa Dennis suka sama elu?"

"Kalau itu ya elu tanya Dennis lah, kan dia yang suka gue yang galak ini" Jawab kak Febi.

"Ok pertanyaan berikutnya, elu dulu pas awal-awal suka sama Dennis sempat manggil dia panggilan mas atau abang atau kakak nggak?" Tanyaku kemudian.

"Umm... seinget gue kayanya gak pernah manggil dia begitu, memangnya kenapa?" Kak Febi balik bertanya.

"Nah dulu kan Dennis asisten elu kak, elu gak masalah pacaran sama lelaki yang jabatannya di bawah elu?" Aku mengajukan pertanyaan lainnya tanpa menjawab kak Febi.

"Gue gak ada masalah tuh, gue terima Dennis apa adanya, dan syukur banget ternyata malah Dennis naik jabatan"

"Sebentar, elu nanya-nanya begini ada apaan sih? Elu lagi pendekatan sama perempuan yang lebih tua ya?" Kak Febi menarik lenganku dengan mata melebar.

Aku terdiam, tidak mungkin aku mengaku kalau sedang memulai hubungan dengan Jihan.

"Ng... nggak" Jawabku gugup karena tatapan kak Febi seakan menunggu jawaban dariku.

"Bohong, beneran kan elu lagi pendekatan sama perempuan yang lebih tua, kalau nggak, mana mungkin elu nanya-nanya begini"

"Pendekatan sama..."

"Beneran, gue cuma iseng nanya aja" Aku bangkit dari duduk sebelum kak Febi menyelesaikan kalimatnya.

"Elu lagi pendekatan sama mbak Lilis yang sering Okta omongin, Pri?" Tanya kak Febi dengan wajah serius.

"Ha? Nggak lah" Jawabku cepat.
Kak Febi ternyata salah sangka.

"Serius lu? Dia bukannya udah punya suami? Gila lu Pri, gue aduin ke ibu lu suka sama perempuan bersuami"

"Ihh... apaan sih lu kak" Aku langsung keluar kamar kak Febi dengan kalut.

Antara lega dan cemas, lega karena tebakan kak Febi salah mengira aku sedang pendekatan dengan mbak Lilis, cemas karena takut kak Febi beneran mengadukan aku pada ibu.
Yang ada nanti aku malah di ceramahi mereka berdua semalam suntuk.

Tbc

😅

12/11/22

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang