7. percuma

743 213 95
                                    

om beb kliatan suntuk, udah kerasa bangkrut ya om? 😅

Apri POV

"Satu, dua, tiga, empat, loh kok ada empat kotak makanan om? Yang satunya lagi buat siapa? Om beb makannya nambah ya?" Tanya Okta setelah menghitung kotak makanan yang aku masukkan ke dalam tas jinjing.

Aku menghela nafas panjang sepelan mungkin agar tidak terlihat suntuk di mata keponakanku yang menyebabkan ini semua.

"Buat ibu Jihan" Jawabku sembari mengikat tali tas agar mudah ku tenteng.

"Ha? Buat frau? Okta gak salah dengar kan?" Tanyanya dengan mata melebar lalu satu tangannya bergerak menempel di belakang telinganya.

Keseringan akting di depan kamera nih anak, kelakuannya sampai terbawa ke dunia nyata.

"Frau itu siapa Okta?" Suara kak Febi terdengar di belakang kami.

Dennis, vati Okta yang sedari tadi bersama kami di meja makan malah tidak berkomentar apa-apa.
Vatinya Okta itu malah asik menyantap sarapan nasi goreng buatan ibu padahal sudah di buatkan roti isi selai kacang oleh kek Febi.

Sahabatku sejak masa sekolah ini memang irit ngomong, berbeda dengan Okta yang sangat lancar berceloteh.

Dennis tidak akan mengeluarkan kata-kata sebelum kita bertanya, dulu aku sempat bingung bagaimana caranya dia meluluhkan hati kak Febi yang galak.
Tetapi ketika melihat hasil berbuatannya ketika kak Febi tidak masuk kerja setelah rekan kerjanya melakukan pelecehan seksual pada kak Febi, aku jadi yakin kalau Dennis itu mempunyai moto hidup 'talkless do more'.
Tanpa perlu berkata-kata, mulut Dennis di pakai untuk hal lain yaitu meninggalkan jejak merah di leher kak Febi.

Jadi bingung gen senang bercelotehnya Okta ini dari mana, padahal kedua orang tuanya tidak ada yang seperti Okta, kak Febi kan galak, Dennis pendiam, sedangkan ibu, ibu apa ya?

"Frau Jihan, ma, bos nya om beb, frau galak" Jawab Okta sambil menyomot roti yang ada di samping piring Dennis.

"Iya, galaknya sama kaya mama kamu" Timpalanku mendapat delikan dari kak Febi.

"Mama Okta gak galak om beb, tapi tegas, om tuh gak bisa bedain ya orang galak sama tegas?" Okta membela kak Febi.

"Aihh anaknya siapa sih ini???" Kak Febi menunduk memberikan pelukan pada anaknya lalu mencium puncak kepala Okta.

"Okta tuh gak tau apa-apa, mama kamu tuh galak, tanya aja vati kamu, dulu vati..."

"Itu kan dulu Pri, sekarang beda ya mein schatz" Kali ini Dennis meraih pinggul istrinya, kak Febi menunduk dan mengecup bibir Dennis, Dennis kembali menarik pinggul kak Febi begitu istrinya hendak menjauh lalu melumat bibir kak Febi dengan membabi buta.

Dan terjadilah adegan intim yang tidak layak di lihat oleh anak seumuran Okta.
Tanganku langsung menutup mata Okta.

Aku yang melihat adegan tersebut jadi pengen muntah.

"Om beb ngiri tuh liat mama sama vati ciumannn... makanya cari pacar om" Okta terkikik walaupun matanya masih aku tutup.

Sedangkan aku mendengus.

Mana mungkin aku menang menghadapi tiga orang sekaligus untung ibu sedang tidak berada di antara kami, kalau iya, dah lah mendingan tamatin aja cerita ku ini wahai penulis yang sentimennn.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang