25. misi pertama

693 204 96
                                    

tuh kan tahi lalatnya pindah ke atasan 🙄😆

Jihan POV

Dengan langkah riang aku memasuki lobi kantor sambil menjinjing dua plastik berisikan kopi di masing-masing tanganku.

"Pagi Lis" Sapaku ramah pada Lilis yang sedang menatap layar komputernya begitu sampai di lorong depan ruanganku.

"Eh, pagi bu" Balas Lilis mendongak, bisa terlihat sekretarisku itu menatapku dengan pandangan bingung.

Alisku bertaut melihat reaksinya seperti itu.

"Tumben nyapa" Suara pelan Lilis masih terdengar di telingaku walaupun dia berkata sambil menunduk.

Sesaat mataku melebar lalu aku mencoba untuk tersenyum, gak boleh marah Jihan. Ingat jangan galak, harus lembut.

Setelah menarik nafas pelan lewat hidung aku menghampiri mejanya.

"Ini tolong bagiin ke staf yang udah datang ya Lis, um, mas Apri udah datang belum ya?" Tanyaku sambil melongokkan leher lebih panjang ke arah lorong, tidak mungkin juga melihat Apri di lantai ini karena lantai ruanganku berbeda dengan ruang rias atau ruang tunggu artis.

"Kayanya udah bu, kalau gak salah tadi saya liat mas Apri di ruang pantry sama Okta lagi sarapan" Jawab Lilis sambil berdiri mengambil plastik kopi yang aku letakkan di atas mejanya.

Wajahnya masih jelas terlihat bingung.

"Oh mas Apri udah datang? Sini saya ambil satu, mau saya kasih langsung ke mas Apri" Aku kembali tersenyum lalu melangkah menuju pantry yang letaknya satu lantai di bawah.

Mataku berbinar begitu melihat Apri yang sedang menyantap nasi goreng dengan lahapnya.

Matahari yang bersinar terang menjadi latar belakang indah di belakang pria yang sering bertenger di pikiranku beberapa hari belakangan ini.

Apri memang seganteng yang sering di bicarakan para staf perempuan di sini.
Tapi kalau menurutku, Apri itu manis, di pandang lama-lama tidak akan merasa bosan.
Jarang-jarang kan ada pria berwajah manis seperti Apri.
Dulu aku terkecoh dengan penampakan fisiknya, ternyata orang berwajah manis itu belum tentu tidak bisa di andalkan.
Manisnya wajah Apri menutupi kelebihannya dalam berkelahi.
Kemampuan bela dirinya mampu membuatku shock dan tercengang.

Manis, ganteng, enak di lihat, jago berkelahi, paket komplit yang jarang tersedia.

Tatapanku fokus melihatnya sampai tidak sadar bibirku membentuk senyuman.

"Pagi mas Apri" Sapaku dengan suara lembut tetapi tidak terlalu berlebihan karena takut membuat Apri kaget.

"Eh, pagi bu Jihan" Balas Apri setelah mendongak.

"Tumben nyapa" Gumam Apri sambil menunduk.

Aku meringis, kenapa ucapan dan reaksinya sama seperti Lilis? Memang aneh ya kalau aku menyapa staf ku sendiri?

Sabar Jihan gak boleh marah, jangan galak, harus lembut, aku mensugesti diri sendiri.

"Ini kopi buat mas Apri" Kataku sambil meletakkan cangkir kopi yang terbuat dari kertas ke atas meja.

"Wah makasih bu Jihan, kebetulan saya belum ngopi" Apri tersenyum, manis banget, bikin lumer, pagi-pagi begini memang harus melihat yang manis-manis biar seharian penuh energi.

"Um..." Aku membersihkan kerongkongan karena ingin mengatakan sesuatu.

Sejak semalam aku menghapalkan kalimat demi kalimat ini. Dan kebetulan waktunya sangat tepat setelah melihat Apri tersenyum.
Jangan sampai gagal dalam menyampaikan kalimat yang sudah aku rangkai sedemikian rupa.

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang