20. beneran aneh

764 207 34
                                    

bahagia ya om beb di rebutin okta sama frau, awas melayang tinggi klo jatoh sakit loh om 🤭

Apri POV

Aku melangkah ke arah ruang rias dan memasuki pintu dengan menutup pintu di belakangku pelan.
Mataku melebar melihat posisi duduk Okta dan Jihan begitu memutar tubuh.

"Kok bu Jihan duduk di bawah?" Tanyaku bingung melihat ke arah Jihan dan Okta bergantian.

Keponakanku tampak tidak acuh dengan sekitar sambil memegang tab, kalau sudah melihatnya seperti itu, Okta tidak ingin di ganggu atau sedang malas mengobrol dengan orang sekitar, intinya Okta sedang mencueki Jihan.

Sedangkan Jihan yang awalnya serius menekuri layar handphonenya langsung mendongak tinggi melihat ke arahku.

"Tempat duduknya penuh sama  laundry yang baru datang, jadi saya duduk di bawah" Jawab Jihan sambil tersenyum.
Aku tertengun, sepertinya aku harus membiasakan diri melihatnya tersenyum.

Manis juga.

"Bu Jihan kan bisa minta staf mindahin laudry ke ruang properti" Kataku sambil berjalan pelan ke arah Okta setelah berusaha menelan ludah tanpa kentara.
Jihan tampak berbeda apabila tersenyum seperti itu.

Aku malah teringat kejadian dia memelukku dari belakang, apakah Jihan tersenyum ketika memelukku?

Ah, mikir apaan sih Pri? Aku mengusir pikiran aneh yang tiba-tiba muncul.

"Gak apa-apa, saya biasa kok duduk di bawah" Ucap Jihan masih dengan senyuman di wajahnya.

"Tapi kan dingin" Kataku dengan kembali menelan ludah, jujurly, melihatnya tersenyum seperti itu adalah pemandangan aneh malah bisa jadi di bilang langka.

Dan lebih aneh lagi Jihan sampai duduk di bawah, apakah dia tidak mengomeli staf-staf yang ada di ruangan ini karena tidak merapikan laundry yang sudah bersih ke tempat properti.

"Nggak kok, saya pake bantal sofa" Jihan menepuk bantal yang sedang dia duduki.

"Ya tetap aja kenapa duduk di bawah" Kataku pelan lalu menepuk lengan Okta dengan membungkukkan punggungku sedikit ke bawah.

"Kamu kenapa gak geseran duduknya biar bu Jihan duduk di atas?" Tanyaku pada Okta.

"Ha? Kenapa om?" Okta mendongak dengan wajah bingung.

Hampir saja aku mendengus melihatnya.
Akting Okta luar biasa, tetapi aku tidak dapat di bohongi olehnya.

Keponakanku ini menegakkan punggung dengan tab masih di tangannya.

"Kamu kenapa gak geseran duduknya biar bu Jihan duduk di atas?" Ulangku pelan-pelan tetapi dengan suara sedikit keras lalu menoleh ke bawah agar Okta melihat ke arah yang aku tunjuk.

Okta mengikuti pandanganku. Lalu menutup mulutnya dengan gerakan tiba-tiba.

"Loh kok frau Jihan duduk di bawah?" Tanyanya sambil mematikan tab.
Okta memperlihatkan wajah terkejut yang terlalu di buat-buat.

Untuk orang yang belum mengenal Okta sejak lahir pasti akan tertipu, berbeda dengan aku yang sudah mengajak bermain dengannya sejak di dalam perut kak Febi.

Aktingnya sangat buruk sekali.
Aku sampai melirik Jihan pelan-pelan untuk melihat reaksi atasanku itu, jadi penasaran apakah Jihan tertipu oleh akting buruk yang sedang dimainkan oleh Okta.

"Tempat duduknya penuh, lagian Okta lagi asik liatin tab, saya gak enak nyuruh-nyuruh dia bergeser mas Apri" Jihan tersenyum penuh pengertian.

Luar biasa, reaksi Jihan di luar dugaanku, memang ada yang aneh dengan dirinya, kenapa sikap atasanku itu jadi berubah begini?

RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang